Omzet Menurun hingga Berimbas pada Masa Depan Anak, Pedagang di Bima Mengeluh

Aktivitas pedagang bahan pokok di Pasar Tradisional Sila, Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Sabtu (26/8/2023) lalu. Foto US/ Berita11.com.
Aktivitas pedagang bahan pokok di Pasar Tradisional Sila, Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Sabtu (26/8/2023) lalu. Foto US/ Berita11.com.

Bima, Berita11.com— Kenaikan harga bahan pangan dan bahan bakar minyak (BBM) tahun 2022 lalu hingga kini masih berimbas terhadap masyarakat kecil seperti sejumlah pedagang di pasar tradisional Sila, Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sejumlah pedagang mengaku omzet mereka terus merosot terutama dua bulan terakhir. Karena daya beli msayarakat yang terus menurun. Ketidakstabilan ekonomi pada level daerah dan nasional diduga menjadi pemicu masyarakat kecil terpaksa menekan pengeluaran.

Bacaan Lainnya

Pedagang bahan pokok di pasar tradisional Sila, Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Rahma mengaku, penurunan omzet yang dialaminya lebih dari 50 persen. Jika sebelum kenaikan BBM omzet yang mampu dia raih hingga Rp2,5 juta per hari, saat ini turun drastis Rp700 ribu.

“Sekarang kadang Cuma Rp500 ribu. Beda jauh sebelum harga minyak naik. Sekarang sepi pembeli. Makanya saat ada anak kemarin yang minta kuliah, saya bilang stop dulu. Karena hasil jualan saya lagi turun drastis,” ujar Rahma di Pasar Sila, Sabtu (26/8/2023) lalu.

Rahma berharap pemerintah berjuang menstabilkan ekonomi masyarakat. Paling tidak membuat regulasi untuk menekan harga bahan pokok naik. Karena kenaikan berbagai harga bahan pokok dan barang strategis serta BBM tidak mengutungkan para pedagang kecil. Namun sebaliknya menyebabkan menurunya gairah pembeli dan modal yang harus dikeluarkan oleh para pedagang kecil semakin besar.

BACA JUGA: Pustu Dibangun di Halaman Sekolah, Wali Murid Terusik hingga Minta Bupati Bima ‘Turun Tangan’

“Sekarang semua serba naik, bahan barang produksi lokal seperti jahe dan kopi juga naik. Apalagi beras itu terus bertahan di harga Rp12 ribu per kilogram,” ujarnya.

Selain kenaikan harga barang dan BBM, menurut Rahma menurunnya daya beli masyarakat yang berimbas terhadap omzet pedagang kecil seperti dirinya juga karena merebaknya market place atau penjualan online. Pada sisi lain, media sosial saat ini lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membeli berbagai jenis kebutuhan. Termasuk sembako, di antaranya sayur.

“Sekarang sudah banyak yang beli lewat online. Beli sayur dan beli beras juga banyak lewat online,” ujar Rahma.

Hal yang sama juga dikeluhkan Asni, pedagang sayur di Pasar Sila Kabupaten Bima. Dia mengaku omzet yang dia dapat kini hanya Rp200 ribu. Padahal sebelumnya pernah mencapai Rp800 ribu hingga Rp1 juta per hari.

“Kadang tidak tentu sekarang. Paling tinggi cuma dapat Rp200 ribu. Itupun masih kotor. Padahal sebelumnya itu sampai Rp800 ribu bahkan Rp1 juta,” ujarnya.

Menurut dia, menurunnya omzet para pedagang kecil di pasar tradisional karena situasi ekonomi di daerah dan nasional yang belum stabil. Selain itu masih terimbas kenaikan harga BBM tahun lalu, sehingga masyarakat mau tidak mau menghemat pengeluaran. Apalagi saat ini harga beras terus bertahan Rp12 ribu/ kg dan harga telur bertahan Rp2.500/ butir.

BACA JUGA: Sejumlah Pengecer Mengaku Dipaksa untuk Gelembungkan Data Pupuk Bersubsidi

“Harapannya kami pemerintah memperhatikan masyarakat kecil seperti kami. Kalau harga-harga naik dan pembeli jadi berkurang, keluarga kami mau makan apa?” tanyanya.

Sebagaimana pantauan langsung Berita11.com, harga bahan pokok, barang strategis dan komoditi ekspor dan impor yang dijual di pasar tradisional di Kabupaten Bima sebagaimana di Pasar Sila mengalami kenaikan. Sebagiannya fluktuatif dan masih bertahan seperti harga beras masih dijual Rp12 ribu/ kg, harga telur Rp2.500/ butir. Sementara harga komoditi yang masih stabil di antaranya harga cabai rawit Rp40 ribu/ kg, harga tomat Rp5 ribu/ kg dan harga kol Rp5 ribu/ kg.

Merujuk BRS Kota Bima yang juga menjadi acuan Kabupaten Bima, Badan Pusat Statistik Kota Bima mencat inflasi pada Juli 2023 sebesar 0,43 persen terjadi karena naiknya IHK di Kota Bima yang ditunjukkan dengan naiknya harga pada kelompok komoditas dengan andil besar yaitu kelompok komoditas transportasi sebesar 2,11 persen dan kelompok komoditas makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,10 persen. [B-19]

Follow informasi Berita11.com di Google News

Pos terkait