Pernah Raih Beasiswa Penuh, Penjual Jajan di Pinggir Jalan ini Bertekad Lanjut S2 di Negeri Kanguru

Mega Syafitri (Jilbab Hitam) Bersama Kedua Orang Tua dan Saudaranya.

Mata gadis itu tiba-tiba sayu. Sekilas dia memandang sekeliling tembok di ruangan, memerhatikan orang-orang yang berdiri dan berlalu lalang di sekitarnya. Sesekali dia menghela napas karena musim yang meranggas. Sejurus kemudian, pandangannya melekat pada kertas yang ada di tangannya. Tertulis biaya pendaftaran ulang mahasiswa baru Rp2.700.000.

Bacaan Lainnya

“Apakan boleh pendaftaran ulangnya dicicil? Karena saya tidak memiliki uang segitu untuk biaya daftar ulangnya,” pertanyaan itu meluncur dari bibirnya setelah melihat total biaya pendaftaran.

Tak lama, jawaban dari wanita yang melayani pendaftaran mahasiswa baru di ruangan itu membuatnya buyar. Ibu Nurrahmah, panitia penerimaan Maba yang juga dosen di kampus STKIP Taman Siswa hari itu menegaskan seluruh biaya pangkal kuliah (SPP) saat pendaftaran ulang bagi Maba tidak boleh dicicil. Namun mantan ketua Prodi Pendidikan Matematika itu juga memberi opsi lain sehingga membuat semangatnya kembali menggumpal setelah sempat meluruh. Dia diarahkan mendaftar melalui jalur calon penerima beasiswa Bidikmisi.

Hari-hari pertama melangkahkan kaki di Kampus Merah— sebutan kampus STKIP Taman Siswa Bima pada tahun 2017 lalu, masih tersimpan rapi dalam memori Mega Syafitri. Jika saja wanita asal Kecamatan Langgudu yang melayani pendaftaran Maba pada hari itu tak memberinya informasi opsi pendaftaran lewat jalur Bidikmisi, mungkin dia sudah harus mengubur dalam-dalam mimpinya untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Karena jangankan untuk biaya kuliah, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, orang tuanya harus tertatih-tatih.

“Kemudian Ibu Pur (Nurrahmah) langsung memintai saya nomor WA yang bisa digunakan untuk mengirimkan formulir pendaftaran (jalur) Bidikmisi. Saat itu saya tidak memiliki HP yang bisa digunakan untuk WA. Pada akhirnya saya memberikan nomor telepon guru saya untuk dikirimi formulir pendaftaran tersebut,” kenang Mega Syafitri.

Alumnus SMKN 9 Bima tahun 2017 ini masih mengingat secara detail saat dia berjuang dalam waktu yang terbatas mengikuti seleksi penerima beasiswa penuh jalur Bidikmisi untuk mendapatkan kesempatan duduk di bangku kuliah. Dia menerima formulir pendaftaran jalur Bidikmisi tepat pada hari terakhir batas pendaftaran, sehingga hari itu harus bergegas dari kediamannya di Desa Rato Kecamatan Bolo menggunakan kendaraan umum menuju Desa Padolo Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima, lokasi kampus.

Udara pengap di antara jubelan penumpang di atas bangku-bangku lusuh disertai asap tebal yang dimuntahkan dari knalpot bus tua itu tak dia pedulikan, yang terpenting impiannya harus dikejar. Jenis kendaraan ini pula yang banyak membantunya untuk merajut mimpi-mimpinya hingga menyelesaikan seluruh kredit semester di Kampus Merah. Terkadang melewati jalan bopeng, meliuk-liuk di antara tikungan tak jauh dari hamparan kristal putih garam di tepian laut yang menguap di tengah musim kemarau, melewati pohon bungur di pinggir jalan dan deretan bangunan di sekitar kompleks kantor Pemda Kabupaten Bima.

Mega Syafitri Bersama Sejumlah Teman Kuliahnya.

Kepada tim seleksi, dia menceritakan secara jujur kondisi kedua orang tuanya, minat dan tekadnya untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Berselang beberapa jam setelah melewati proses pemeriksaan kelengkapan dokumen dan interview oleh tim seleksi, termasuk oleh Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Ibnu Khaldun, hari itu Mega Syafitri merasa sangat beruntung karena namanya masuk dalam 10 kuota penerima beasiswa Bidikmisi dari puluhan orang yang mendaftar pada jalur tersebut. Bagaimana tidak, jika saja dia tidak mendapatkan tiket tersebut, maka kandas sudah mimpinya untuk kuliah. Selama ini, orang tuanya hanya mengandalkan penghasilan dari menjual jajan (pangaha bunga) di sekitar Pasar Sila, yang kadang hasilnya tak menentu.

“Latar belakang keluarga saya tidak memiki anggaran untuk melanjutan di jenjang kuliah, namun saya sangat ingin kuliah dan ingin membahagiakan kedua orang tua saya, bahwa saya bisa dan mampu berkuliah dengan tekad dan ikhtiar. Bahkan sebelum berangkat wawancara (seleksi Bidikmisi), saya memohon restu dari Ibu dan Ayah, agar didoakan supaya lulus Bidikmisi dengan niat ikhlas untuk mendapatkan ilmu,” ujar anak ke-2 dari tiga bersaudara, dari pasangan suami istri Syamsuddin dan Rodiah ini.

BACA JUGA: Siswa Kami Merajut Masa Depan di bawah Bayang Maut

Minat dan impiannya melanjutkan studi keluar negeri membuat Mega Syafitri memilih Program Studi S1 Pendidikan Bahasa Inggris di STKIP Taman Siswa Bima. Baginya, STKIP Tamsis adalah kampus terbaik di Bima, tak berbeda jauh dengan kampus di luar daerah. Apalagi dia sadar betul kondisi ekonomi keluarganya yang serba pas-pasan. Dia menapaki bangku kuliah bukan tanpa modal prestasi akademik. Wanita kelahiran 9 September 1999 silam yang memilih jurusan Teknik Komputer dan Jaringan saat duduk di bangku SMK ini sudah menunjukan kemampuan akademiknya. Selama berseragam putih abu di SMKN 1 Bolo atau yang dulu dikenal SMKN 9 Bima, dia selalu langganan masuk juara 3 besar di kelas. Bahkan saat duduk di bangku kelas III dia berhasil meraih juara I umum dan menjadi peserta ujian nasional dengan nilai tertinggi di SMKN 9 Bima.

“Pendapatan keluarga saya hanya disandarkan dari hasil menjual kue tradisional Bima pangaha bunga dan sejak duduk di bangku SMP saya juga ikut berjualan jajan setiap sepulang sekolah. Karena saya sadar setelah lulus sekolah tidak punya anggaran untuk lanjut kuliah. Saya sangat ingin bisa kuliah seperti yang lainnya,” ujarnya.

Bagi Mega, mengikuti proses kuliah dan menyelesaikan setiap beban SKS per semester merupakan hari-hari menyenangkan. Walaupun pada awal masuk kuliah di Prodi Bahasa Inggris dia sempat merasa minder, melihat teman-teman kuliahnya begitu fasih berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Hal itu membuatnya merasa tertantang untuk membaca dan terus belajar hingga akhirnya juga memiliki skill yang sama seperti teman-temanya yang lain.

“Setiap hari kami belajar dengan semangat dan selama berkuliah selama empat tahun saya tidak pernah absen dalam mengikuti perkuliahan,” ujarnya.

“Dari sekian banyak dosen yang paling super dalam mendidik saya adalah Pak Ramli M.Pd selaku Ketua Prodi Bahasa inggris, di mana beliau tidak hanya mendidik kami melalui transfer ilmu pengetahuan, namun beliau juga mentransfer moral value (nilai-nilai moral) kepada mahasiswanya, mendidik dengan cara-cara yang luar biasa tidak terbayangkan oleh dosen-dosen yang lain, dengan cara-cara yang cukup ekstrim, terkadang membuli, memberikan motivasi, juga semangat untuk mengejar mimpi,” ungkap Mega.

Motivasi dari dosen tersebut membuat dia bersemangat untuk terus merajut mimpi-mimpi yang lain, bahkan yang lebih besar dari sebelumnya. “Saya tidak pernah berkecil hati karena saya yakin seyakin-yakinnya bahwa cara dosen dalam mendidik terlepas apapun pola didik adalah cara mereka menjadikan lebih baik dalam proses belajar,” ujarnya.

Miliki Segudang Pengalaman Organisasi Mahasiswa

Tidak hanya mengikuti proses kuliah, Mega juga menggali berbagai pengalaman organisasi internal dan eksternal kampus. Dia dipilih oleh rekan-rekannya sebagai Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris periode 2018-2019, Ketua Umum Koordinator Pemberdayaan Perempuan Badan Eksekutif Republik Mahasiswa(BEM-REMA) STKIP Tamsis periode 2019-2020, Sekretaris Jenderal 2 BEM REMA STKIP Tamsis periode 2020-2021, Ketua Umum Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) STKIP Tamsis periode 2018-2019 dan periode 2019-2020, Ketua Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat IMM Cabang Bima periode 2020-2021. Mega juga pernah menjadi Sekertaris Umum Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) STKIP Tamam Siswa Bima pada tahun 2019 dan menimba pengalaman dalam penyelenggaraan Pilkada Kabupaten Bima pada tahun 2020 dengan menjadi panitia adhoc atau anggota KPPS di TPS 7 Desa Rato Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima.

Selain itu, selama kuliah Mega juga aktif mengikuti seminar, workshop, kuliah umum, study tour, serta sekolah kader, di antaranya workshop penulisan bersama Tere Liye. Dia juga pernah meraih juara I review buku bertajuk baca kilat, Hacks the Way You Read dan juara I kelompok dalam vidio class project. Ada banyak pengalaman berkesan baginya saat aktif dalam berbagai organisasi internal dan eksternal kampus, di antaranya saat menjadi moderator dan pemandu acara (master of ceremonies/ MC) menggunakan Bahasa Inggris pada pembukaan Darul Arqom Madia Regional NTB yang diselenggarakan PC IMM Cabang Bima periode 2019-2020 di Gedung Seni dan Budaya Kota Bima.

BACA JUGA: Sering dapat Cibiran, Leni Buktikan jadi Calon Wisudawati Terbaik, Skripsi tanpa Revisi

Ia juga aktif mengikuti Darul Arqom Madia Nasional (DAM Nas) yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Kota Kendari di Balai Latihan Kerja dan Koperasi Kota Kendari pada tahun 2019. Selama menjabat Ketua Umum Pimpinan Komisariat IMM dua periode, dia tercatat dua kali mengikuti pengkaderan Darul Arqom Dasar.

“Hal yang paling memotivasi saya dalam belajar berbagai macam hal dalam organisasi, baik di lingkungan internal dan eksternal kampus adalah bahwa dengan berorganisasi kita dapat belajar berbagai hal baru, bertemu dengan orang-orang baru dan mendapatkan banyak motivasi untuk terus semangat mencari ilmu,” ujar Mega.

Di tengah kesibukan kuliah selama empat tahun dan aktif berorganisasi, Mega tak pernah melupakan jerih payah orang tuanya, sehingga untuk membantu meringankan beban orangtua, dia harus pintar dan bijak membagi waktu, mulai dari bangun tidur hingga saat tertidur lagi. Pagi hingga pukul 14.00 Wita dia mengikuti kegiatan kuliah di kampus. Setelah ashar atau waktu sore hingga pukul 21.00 Wita, dia berjualan jajan khas Bima (pangaha bunga) di pinggir ruas jalan negara Lintas Bima-Sumbawa di Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima. Usai menutup tempat jualan pada malam hari, dia melanjutkan aktivitas membuat jajan untuk dijual esok hari. Aktivitas itu terulang setiap hari dari waktu bangku sekolah hingga kuliah.

“Kadang jika saya terlambat pulang, bikin kue pun telat, sehingga kami harus begadang sampai jam 2 pagi untuk menyelesaikannya.Terkadang sering kali saya juga harus membagi waktu saya untuk organisasi Kesayangan saya di IMM agar segalanya berjalan dengan baik. Meminta orang tua untuk bersabar dan memohon maaf karena membuat mereka lelah dan sering kali harus begadang demi anaknya,” ujarnya.

Mega Syafitri Foto Bersama Sejumlah Teman Kuliahnya Usai Diyudisium sebagai Sarjana.

Setelah dikukuhkan sebagai sarjana dan sebagai salah satu peserta dengan IPK terbaik melalui proses yudisium angkatan XV di kampus STKIP Taman Siswa pada Jumat, 6 Agustus 2021 lalu, Mega mengisi hari-harinya mengasah kemampuan bahasa Inggris dengan mengikuti pemantapan TOEFL/ IELTS di Rumah Bahasa, tanpa melupakan rutinitasnya membantu orang tua berjualan jajan di pinggir jalan negara dan membuat jajan malam hari untuk dijual pada hari berikutnya.

“Harapan saya ke depannya, saya dapat melanjutkan studi S2 dengan beasiswa LPDP lewat jalur Prasejahtera di luar negeri, tepatnya di Australia. Itu merupakan mimpi saya yang sedang saya ikhtiarkan melalui Rumah Bahasa NTB saat ini. Saya berharap semoga nanti di real test TOEFL saya mendapatkan skor yang sesuai untuk apply (melamar) beasiswa LPDP dan lolos serta didanai oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kementerian Keuangan) untuk melanjutkan study. Amin,” harapnya.

Mega mengungkapkan, selain dosen di kampus, sejumlah seniornya di organisasi IMM /Fokal IMM Bima seperti Doktor Ridwan dan Ikhlas serta Mursalim yang saat ini menjabat Ketua KPU Kota Bima banyak memberi motivasi untuk melanjutkan pendidikan hingga luar negeri, berkarya dan mengabdikan diri untuk bangsa dan negara.

“Mereka semua memotivasi saya untuk belajar lebih dan lebih, menanamkan cita-cita untuk berangkat S2 dan mengabdi lebih banyak untuk bangsa dan negara. Saya sangat merasa berterima kasih atas pengertian kedua orang tua saya, yang dalam keterbatasan memberikan saya semangat untuk lebih baik,” ucap Mega. (US)

Pos terkait