Siswa Kami Merajut Masa Depan di bawah Bayang Maut

Rani Sakinah Fitrah dan Sahabatnya siswa Kelas 6 SDN Sakuru Meratapi Kondisi Ruangan Kelasnya yang tak Kunjung Diperbaiki Pemerintah. Foto US/ Berita11.com.
Rani Sakinah Fitrah dan Sahabatnya siswa Kelas 6 SDN Sakuru Meratapi Kondisi Ruangan Kelasnya yang tak Kunjung Diperbaiki Pemerintah. Foto US/ Berita11.com.

“Nanti kalau ibu guru bilang kelas empat, jawab kami siap belajar ya!” Seorang guru kelas berseragam keki dipadu hijab berwarna peach tampak memberi aba-aba dan menyemangati puluhan siswa dalam ruangan kelas 6×7 meter di sekolah negeri yang berbatasan dengan Jalan Lintas Parado Kabupaten Bima hari itu. Serentak siswanya menyahut “Kami siap belajar.”

Dalam ruangan kelas itu, pernak-pernik bunga kertas hasil karya siswa ditempel di tembok bagian depan samping papan tulis.  Foto Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Maruf Amin serta sebuah jam dinding juga menjadi penghias dinding tembok berwarna kuning yang mulai usang itu. Sebagian dinding tembok tampak mengelupas.  Beberapa potongan kayu plafon dan tripleks  yang menjadi langit-langit dalam ruangan itu sudah lapuk dan tampak menjuntai. Sebagiannya telah ambruk, sehingga membuat sinar matahari mampu menerawang hingga dalam ruangan kelas.

Tidak jauh dari ruangan kelas itu, sebuah tenda bekas ukuran 6×6 meter berdiri tepat di halaman depan sekolah, memayungi puluhan siswa yang sedang belajar.  Sebuah papan tulis dipasang di depan meja siswa. Hari itu puluhan siswa di bawah tenda itu berupaya berkosentrasi menerima materi belajar yang disampaikan guru kelas. Namun sebagiannya sibuk menyeka keringat dan mengipas -ngipaskan buku.

Potret itu menjadi rutinitas siswa dan guru di SDN Sakuru Kecamatan Monta Kabupaten Bima lima tahun terakhir setelah kondisi atap di sekolah setempat rusak parah. Sebagian siswa kadang tidak menyelesaikan kegiatan belajar hingga tuntas karena khawatir atap sekolah tiba-tiba ambruk.

Saat bel sekolah berbunyi, puluhan siswa bergegas keluar dari ruangan kelas.  Rani Sakinah Fitrah, salah seorang dari puluhan siswa itu menunjuk ruangan kelas 5 saat melihat Berita11.com mendokumentasikan beberapa bagian di sekolah itu, Selasa (14/2/2023).

“Dulu triplek dan kayu plafon ruangan ini nyaris kena kepala saya. Tapi untungnya waktu itu cepat keluar,” cerita Rani saat menunjuk ruangan kelas 5 SDN Sakuru yang sudah tak dipakai karena kondisinya sudah rusak parah.

Setelah ruangan kelas 5 tak lagi digunakan karena kondisinya yang rusak parah, 25 siswa dipindahkan mengikuti kegiatan belajar mengajar di bawah tenda yang dipasang di tengah halaman sekolah.

Ruangan kelas 6 yang menjadi tempat belajar Rani dan kawan-kawannya  kondisinya tidak jauh berbeda dengan ruangan kelas 5. Sebagian besar plafon yang menjadi langit-langit dalam ruangan kelas itu telah ambruk. Bahkan sebagian genteng bangunan sekolah pecah, sehingga saat musim hujan, Rani dan kawan-kawannya harus belajar dalam ruangan kelas yang digenangi sisa rembesan air hujan.

“Kadang takut jika tiba-tiba genteng dan kayu di atas plafon kelas jatuh. Teman-teman yang lain juga takut,” ungkap putri pasangan suami istri Ririn Fitriani dan Abubakar, warga Desa Sakuru Kecamatan Monta Kabupaten Bima itu.

BACA JUGA:  Nestapa Hesti, Ibu dari Bayi yang Meninggal di Halaman RSUD Bima

Tidak hanya Rani, siswi kelas 6 lainnya, Suhada juga mengungkapkan kerisauannya. Dia berharap pemerintah segera memperhatikan kondisi sekolah setempat.  Dia tidak bisa membayangkan jika atap ruangan belajar tiba-tiba ambruk dan menimpa siswa maupun guru yang sedang mengajar.

“Kalau bisa secepatnya diperbaiki. Soalnya teman-teman setiap hari takut. Mau belajar di ruangan lain juga sudah tidak ada yang kosong. Banyak yang rusak,” ujar siswi yang berencana melanjutkan sekolah di SMPN 4 Monta Kabupaten Bima itu.

Ironis, kondisi bangunan yang mengancam jiwa siswa dan guru itu ternyata sudah berlangsung lima tahun dan setiap tahun selalu dilaporkan kepada Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Dikbudpora) Kabupaten Bima. Bahkan pihak sekolah setempat sudah beberapa kali menyampaikan proposal kepada Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan, Dinas Dikbudpora Kabupaten Bima.

Kondisi langit-langit ruang kelas 4 SDN Sakuru Kecamatan Monta Kabupaten Bima yang masih dipakai untuk ruang belajar. Foto MR/ Berita11.com.

Pihak sekolah juga berupaya menyampaikan kondisi sekolah hingga ke pemerintah pusat melalui aplikasi laporan Data Pokok Pendidikan (Dapodik).  Sebuah sistem pendataan (database) berskala nasional yang terintegrasi dengan data kependidikan lain di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI).

“Katanya data Dapodik sekolah ini belum rapi dan dua tahun terakhir kami perbaiki. Setiap tahun kami masukan proposal,  tapi bantuan juga belum ada. Setiap tahun juga sekolah kami diikutkan Bimtek (bimbingan teknis) DAK fisik Sarpras, tapi sampai hari ini bantuan tidak ada,” ujar Abdurrahman kepala SDN Sakuru.

SDN Sakuru Kecamatan Monta Kabupaten Bima adalah satuan pendidikan yang berdiri tahun 1924, era Kolonial Belanda atau sebelum Indonesia merdeka.  Terakhir, atap seng sekolah setempat dirahab sekira tahun 2013 dan diganti dengan genteng. Lima tahun terakhir tiga ruangan kelas dan satu ruangan guru rusak parah. Bahkan ruangan kelas 5 tidak bisa digunakan karena bagian plafonnya telah ambruk. Demikian juga kayu peyangga genteng  bagian atap, seluruhnya nyaris ambruk sehingga membahayakan keselamatan siswa.

Abdrurrahman  sedih melihat kondisi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah setempat. Setiap hari siswa berjuang merajut masa depan di bawah bayangan maut.  Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru dan dirinya agar fasilitas sekolah segera dibenahi pemerintah, namun hingga saat ini asa itu hanya angan menimang harapan.

Siswa kelas 6 SDN Sakuru tetap semangat belajar meskipun kayu penyangga atap sudah lapuk dan beberapa bagian genteng sudah pecah, mengancam keselamatan mereka. Foto US/ Berita11.com.

“Setiap hari siswa kami belajar di bawah bayang maut. Kepala Dinas Dikbudpora Kabupaten Bima, Pak Zunaidin juga sudah pernah mampir ke sekolah kami di sini walaupun mampir sebentar. Tapi sampai sekarang kondisinya begini,” ujar dia.

Beberapa hari mendatang, sekolah setempat berencana memindahkan kegiatan belajar mengajar siswa kelas 6 ke ruangan musala.  Kegiatan belajar mengajar di ruangan kelas 4 juga akan dipindahkan sementara di ruangan administrasi sekolah setempat.

“Ruangan kelas 6 juga hancur. Apalagi saat musim hujan seperti sekarang, sudah tidak ada yang berani naik ke bagian atap ruangan karena sudah mau ambruk seluruhnya. Kalau ruang kelas 5 itu tidak lagi dipakai dan terpaksa 25 siswa kami pindahkan belajar di dalam tenda. Itupun tenda itu sudah banyak bolong-bolongya dan repot saat musim hujan. Kalau musim kemarau kepanasan,” kata Abdurrahman.

BACA JUGA:  Tapak Tilas Anak Petani, Dulu pernah jadi Buruh, kini Sukses Duduk di Kursi Legislatif

Tidak hanya pihak sekolah yang berupaya melaporkan kondisi bangunan SDN Sakuru, Pengawas Pendidikan Sekolah Dasar, Dinas Dikbudpora Kabupaten Bima, Munawar mengaku sudah menyampaikan kondisi sekolah setempat secara berjenjang melalui laporan monitoring pengawas kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Dikbudpora Kecamatan Monta maupun secara langsung kepada Dinas Dikbudpora Kabupaten Bima.

“Kami sebenarnya sudah laporkan kondisi sekolah ini dan sekolah yang rusak tidak hanya di sekolah sini saja,” ujar Munawir.

Kondisi yang hampir sama juga dialami dua sekolah dasar di Desa Tolouwi Kecamatan Monta Kabupaten Bima.  Namun tidak separah kondisi atap bangunan SDN Sakuru Kabupaten Bima.

Banyak sekolah rusak jadi potret buram pendidikan di Kabupaten Bima

Tidak hanya di Kecamatan Monta, masalah sarana dan prasarana pendidikan rupanya menjadi bagian potret buram pendidikan di Kabupaten Bima.  Atap salah satu ruangan belajar di SMPN 1 Soromandi Kabupaten Bima sejak tahun 2007 ambruk. Demikian juga bagian pagar sekolah yang dibangun sejak tahun 1981 itu nyaris roboh karena tak kunjung diperbaiki.

Kepala sekolah setempat, Syamsudin mengaku sudah melakukan berbagai upaya, termasuk membangun komunikasi dengan anggota legislatif di Gedung Udayana Kota Mataram. Namun hingga kini pihak sekolah setempat belum mendapatkan jalan untuk membenahi kondisi atap ruangan kelas yang ambruk.

Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Bima juga tidak luput dari perhatian masyarakat pada tahun 2022, di antaranya SDN Inpres Teke Kecamatan Palibelo. Dari enam ruangan kelas, hanya dua ruangan belajar di sekolah setempat yang masih layak digunakan.  Selebihnya bagian atapnya sudah lapuk dan membahayakan siswa dan guru. 

Tak berbeda jauh dari kondisi sejumlah sekolah tersebut, siswa di SMPN 12 Satu Atap Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima harus bertaruh nyawa setiap hari saat menuntut ilmu karena tiga ruangan kelas di sekolah setempat sudah ambruk. Siswa pun harus belajar di bawah ancaman karena bisa tertimpa sisa material atap. Kondisi atap ruangan yang ambruk telah berlangsung sejak tahun 2020.

Fakta sejumlah sarana dan prasarana sekolah di Kabupaten Bima yang rusak membuat Kepala Dinas Dikbudpora Kabupaten Bima, Zunaidin gusar. Dia menepis dinas yang dipimpinnya tidak memerhatikan kondisi fisik sekolah yang mengancam jiwa guru dan siswa. Menurut dia, semua butuh proses dan waktu (US)