Kisah Rahman, Cucu Marbot Masjid di Desa Pesisir Kabupaten Bima Penerima Beasiswa Program Doktoral dari Pemerintah Polandia

Rahman, pemuda peraih beasiswa dari Pemerintah Polandia asal desa pesisir di Kabupaten Bima.
Rahman, pemuda peraih beasiswa dari Pemerintah Polandia asal desa pesisir di Kabupaten Bima.

Menempuh pendidikan setinggi-tingginya merupakan impian banyak milenial dan generasi Z untuk masuk gerbang kesuksesan. Namun tak semua orang mendapatkan kesempatan karena sejumlah keterbatasan.

Dari banyak milenial yang menggantungkan harapan itu, A Rahman menjadi salah satu pemuda yang memiliki kisah yang menarik untuk diulik. Cucu dari marbot masjid salah satu desa pesisir di Kabupaten Bima ini sedikit demi sedikit mampu meraih impiannya menempuh pendidikan tinggi di luar negeri.

Bacaan Lainnya

Sebelumnya Rahman adalah salah satu penerima Beasiswa NTB (awardee). Ia baru saja diterima sebagai mahasiswa program Doktoral (S3) di Information and Communication Technology, Warsaw University of Technology, Warsaw, Polandia. Saat proses seleksi beasiswa S3 dari Pemerintah Polandia, ia sukses meraih rangking 1. Namanya bertengger pada urutan pertama sebagai calon mahasiswa di kampus tersebut pada pengumuman Rabu, 7 Februari 2024.

Rahman memulai perjalanan pendidikan dari Sekolah Dasar Negeri Badas di Sumbawa Besar. Setelah itu ia melanjutkan ke pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Labuhan Badas, Sumbawa Besar.

Pendidikan menengah kejuruan ia tempuh di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Sumbawa Besar. Sejak saat itu ia sudah tertarik dengan jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Setiap langkah dalam perjalanan pendidikan itu mengajarkannya nilai-nilai penting seperti disiplin, kerja keras, dan ketekunan yang membentuk dia dari dasar untuk merencanakan setiap langkah masa depan, termasuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.

Setelah lulus dari SMK, Rahman melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana (strata 1) di Universitas Teknologi Sumbawa. Ia memilih jurusan Teknik Informatika, linear dengan jurusan yang ia tempuh saat duduk di bangku SMK. Proses yang ia lalui bukan tanpa tantangan, namun dukungan dari keluarga, teman dan para guru serta dosen membantunya melewati setiap rintangan.

“Meraih gelar sarjana menjadi pencapaian besar dalam hidup saya, memberi saya pondasi yang kokoh untuk mengejar impian lebih tinggi,” cerita Rahman dari Polandia, Kamis (8/2/2024).

Setelah menyelesaikan gelar S1 di Universitas Teknologi Sumbawa dengan predikat Cum Laude, Rahman terus berusaha mengembangkan diri dengan melanjutkan pendidikan ke tingkat magister di luar negeri.

Baginya, keputusan untuk melanjutkan studi ke luar negeri memerlukan keberanian dan keteguhan hati. Hal itu sekaligus membuka pintu bagi pengalaman belajar yang luar biasa dan peluang untuk bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya.

Untuk mewujudkan mimpi itu, ia mendaftar program beasiswa luar negeri (Beasiswa NTB) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi NTB, tujuan studi di Eropa. Saat melamar beasiswa tersebut, Rahman tertarik dengan Vistula University dan memilih jurusan Computer Science.

“Saat memulai kuliah di sini (Polandia), saya sudah mulai berkontribusi membantu profesor dalam pengajaran di kelas. Ada banyak teman internasional yang datang berkunjung ke kediaman saya, baik untuk tujuan belajar bersama maupun untuk bersantai. Saya sangat senang dapat berkolaborasi dan bekerja sama dengan teman-teman dari berbagai negara,” ujar Rahman.

BACA JUGA: Hasilkan hingga Rp8 Juta per Malam dari Menjual Sosis dan Salome Goreng

Pada 7 Maret 2023, Rahman menyelesaikan Program Magister Computer Science di Vistula University Polandia dan meraih predikat Cum Laude. Sejak saat itu ia menantikan pembukaan pendaftaran program doktoral (S3). Dalam proses penantian itu, ia nyaris lalai karena terlalu sibuk bekerja hingga tidak memerhatikan jadwal pembukaan pendaftaran S3 di kampus Warsaw University of Technology yang dibuka dari 21 Juni hingga 14 Agustus 2023.

“Tepat tanggal 1 Agustus, saya mulai mempelajari semua persyaratan yang dibutuhkan untuk melamar dan segera menghubungi profesor untuk menjadi supervisor penelitian saya. Namun, akibat keterlambatan saya, saya tidak berhasil mendapatkan satupun profesor tersebut,” cerita dia.

Sembari menunggu pembukaan pendaftaran selanjutnya, Rahman mulai menyiapkan beberapa paper penelitian internasional yang merupakan salah satu persyaratan. Akhirnya, pada 7 Februari 2024, ia menerima beasiswa Pemerintah Polandia, program doktoral (S3) Information and Communication Technology, Warsaw University of Technology, Polandia.

“Saya merasa sangat bersyukur atas setiap langkah yang telah saya ambil dalam perjalanan pendidikan ini. Saya yakin bahwa pendidikan saya akan menjadi alat yang kuat untuk membawa perubahan positif, bukan hanya bagi diri saya sendiri, tetapi juga bagi masyarakat di sekitar saya dan dunia secara luas,” kata pemuda kelahiran 14 Februari 1997 ini.

Rahman mengaku perjalanan hidupnya dari SD hingga menjadi calon doktor telah mengajarkan ia untuk tidak pernah menyerah pada impian dan tujuan.

Bagi Rahman, ibu adalah sosok yang paling dekat dengan dirinya saat sosok ayah memperjuangkan untuk mencari nafkah. Ibu selalu menemani, mengajarkan, berdoa dan memberi dorongan motivasi kepadanya untuk terus maju dan berkembang.

Petuah dari ibunya Sri Sumiati yang selalu ia ingat. “Nak, jangan pernah luput dari berizikir mengingat Allah, salat, mengaji, sadaqah, berbuat kebaikan dan mengikuti tuntunan baginda Rasulullah Muhammad Sholallahu’alaihi Wassalam, karena dengan inilah kesuksesan dunia akhirat dapat diraih,” cerita Rahman mengutip petuah ibunya.

Ia berharap cerita perjalanan pendidikan yang ia tempuh dapat menginspirasi orang lain untuk mengejar ambisi mereka dengan tekad dan kegigihan, karena setiap langkah kecil membawa lebih dekat kepada kesuksesan yang besar.

Rahman juga menyampaikan apresiasi khusus kepada mantan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah yang memberikan kesempatan kepada dia dan anak-anak lain di NTB menempuh pendidikan di Eropa melalui program Beasiswa NTB.

Di sela kesibukannya menempuh pendidikan tinggi dan bekerja di Polandia, Rahman juga sesekali menjadi muazin dan khatib Jumat masjid di Polandia.

Kabar bahagia Rahman diterima di program Doktoral Information and Communication Technology, Warsaw University of Technology, Warsaw, Polandia melalui jalur beasiswa dari Pemerintah Polandia juga dikabarkan Doktor Zul—sapaan akrab mantan Gubernur NTB— melalui laman facebooknya.

BACA JUGA: Sering dapat Cibiran, Leni Buktikan jadi Calon Wisudawati Terbaik, Skripsi tanpa Revisi

Rahman adalah pemuda yang berasal dari keluarga sederhana di desa pesisir, Dusun Bajo Selatan Desa Bajo Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Almarhum Ismail Ibrahim, kakeknya semasa hidup mengabdikann diri sebagai marbot Masjid An Nur di Dusun Bajo Selatan Desa Bajo Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima. Itu setelah lama tidak melaut sebagai nelayan.

Karena keterbatasan ekonomi kakeknya sempat membuat paman dan ayahnya yang merupakan alumnus SMAN 1 Raba tak langsung melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Namun bekerja sebagai buruh di PT Veener Calabai Kabupaten Dompu. Setelah itu merantau di Sumbawa Besar dan bekerja di Hotel Kencana Sumbawa Besar dengan modal Bahasa Inggris.

Sejak duduk di bangku SD hingga SMAN 1 Kota Bima (dulu SMAN 1 Raba) Doktor Umar, ayah dari Rahman langganan jawara kelas. Sejak SMA belajar secara otodidak bahasa Perancis. Selain bahasa Inggris, ayahnya juga menguasai beberapa bahasa asing lain seperti bahasa Jepang, bahasa Jerman dan dialek bahasa Belanda.

Setelah memiliki modal, ayahnya kemudian mendaftar kuliah di STKIP Hamzanwadi pada usia 34 tahun, satu tahun batas akhir usia untuk mendaftar CPNS. Kemudian menyelesaikan S1 pada tahun 2010. Setelah mendapatkan spirit di lingkungan akademik, ayahnya kemudian melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Ganesha di Bali dengan rutin bolak balik ke Sumbawa Besar menggunakan sepeda motor, karena harus sambil bekerja.

Setelah itu, ayahnya Umar berhasil menyelesaikan program magister pada tahun 2013 dan tak berselang lama berhasil menyelesaikan program doktor Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Bali, predikat dengan pujian, IPK 3,82.

Akan ada cahaya di ujung terowongan, pepatah itu juga menggambarkan perjalanan hidup ayah Rahman, Doktor Umar. Dunia akademik melekat dengan keluarganya. Hingga saat ini Doktor Umar, ayah Rahman menjabat sebagai Sekretaris Program Pascasarjana di Universitas Teknologi Sumbawa, setelah sempat berkarir sebagai Vice Chairman STKIP Paracendekia NW Sumbawa.

Sementara almarhum Adam Gani, kakek dari silsilah ibunya dikenal sebagai seorang tokoh agama, penceramah dan imam masjid yang melahirkan empat putri dari istri bernama Siti Hawanu, yakni Ratnah, Fatimah, Sri Sumiati, dan Hayati.

Semasa sekolah ibunya meraih sejumlah prestasi, sehingga menjadi bekal dalam mendidik anak dan rumah tangga.

Rahman menukil kalimat bijak yang pernah disampaikan mantan Presiden Republik Indonesia yang juga tokoh nasional B.J. Habibie: “seorang pria tidak akan pernah menjadi seorang pria yang besar tanpa adanya perempuan hebat di sisinya yang selalu memberi dukungan dan harapan dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil.” [US]

Follow informasi Berita11.com di Google News

Pos terkait