Mataram, Berita11.com— Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut persentase penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada September 2022 naik menjai 13,82 persen disbanding kondisi pada Maret 2022 sebesar 13,68 persen.
Kenaikan persentase penduduk miskin di Provinsi NTB dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Jika dikomparasi dengan periode yang pada tahun yang berbeda, antara September 2021 dengan September 2022, persentase kemiskinan di NTB menurun 0,01 persen.
Pelaksana Tugas Kepala BPS Provinsi NTB, Dr Mohammad Junaedi dan Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi NTB, Dr Arrief Chandra Setiawan, mengatakan, jumlah penduduk miskin NTB pada September 2022 sebesar 744,69 ribu orang. Jumlah itu bertambah 12,8 ribu orang dibandingkan Maret 2022 dan bertambah 9,39 ribu orang dikomparasi dengan September 2021.
Disebutkan, persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2022 sebesar 14,10 persen, turun menjadi 13,98 persen pada September 2022. Sementara persentase penduduk miskin pedesaan pada Maret 2022 sebesar 13,24 persen, naik menjadi 13,66 persen pada September 2022.
Dikomparasikan dengan kondisi pada Maret 2022, jumlah penduduk miskin September 2022 perkotaan di Provinsi NTB naik sebanyak 2,22 ribu orang atau dari 381,84 ribu orang pada Maret 2022 menjadi 384,03 ribu orang pada September 2022. Pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan naik sebanyak 10,6 ribu orang atau dari 350,09 ribu orang pada Maret 2022 menjadi 360,66 ribu orang pada September 2022.
Garis Kemiskinan pada September 2022 tercatat sebesar Rp489.954 per kapita bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp367.535 atau 75,01 persen dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp122.419 atau 24,99 persen.
Pada September 2022, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 3,86 orang anggota rumah tangga. Besaran garis kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp1.891.222 per rumah tangga miskin per bulan.
Junaedi menjelaskan, angka kemiskinan dipengaruhi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang ditetapkan oleh pemerintah pada awal September 2022 lalu.
“Karena harga BBM naik, ongkos produksi naik, harga barang naik, pengeluaran masyarakat naik,” jelas Junaedi di Mataram, Senin (16/1/2023).
Melalui BRS, BPS Provinsi NTB juga menjelaskan, secara umum, pada periode September 2013 – September 2022, tingkat kemiskinan di Provinsi NTB mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase, perkecualian pada beberapa periode yaitu Maret 2017, Maret 2020, September 2020, dan September 2022. Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada tahun 2020 merupakan akibat dari adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia.
Sementara itu, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode September 2022 dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak. Perkembangan tingkat kemiskinan September 2013 sampai dengan September 2022.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTB pada September 2022 mencapai 744,69 ribu orang. Dibandingkan Maret 2022, jumlah penduduk miskin bertambah 12,8 ribu orang. Sementara jika dibandingkan dengan September 2021, jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 10,61 ribu orang. Persentase penduduk miskin pada September 2022 tercatat sebesar 13,82 persen, meningkat 0,14 persen poin terhadap Maret 2022 dan turun 0,05 persen poin terhadap September 2021.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2022–September 2022, jumlah penduduk miskin perkotaan naik sebesar 384,03 ribu orang, sedangkan di perdesaan turun sebesar 360,66 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 14,10 persen menjadi 13,98 persen. Sementara itu, di perdesaan naik dari 13,24 persen menjadi 13,66 persen.
Garis Kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan nonmakanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin, sedangkan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. [B-19]