Kerawanan Pangan, Harga Minyak Dunia dan Barang Impor Naik Tahun 2024 adalah Kepastian

Bossman Mardigu. Foto Ist.
Bossman Mardigu. Foto Ist.

Berita11.com— Pengamat geopolitik dan geoekonomi yang juga mantan tenaga pengajar Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dengan spesifikasi tugas tentang perang rahasia, Mardigu Wowiek Prasantyo, megingatkan harga minyak dunia, harga barang impor dan harga pangan dunia akan naik pada tahun 2024 merupakan sebuah kepastian.

Pria yang dikenal Bossman Mardigu itu mengatakan, kerawanan energi dan kerawanan pangan terjadi karena perang lain yang sedang meletus di Asia Barat.

Bacaan Lainnya

“Kalau sudah urusan perang begini, pasti ada penyebabnya dan kali ini penyebabnya adalah negara kecil yang berada di ujung Laut Merah. Kelompok rebel pemberontak itu berperang melawan hegemoni, yaitu Houthis melawan Amerika, Inggris dan Israel dan itu perang baru sangar namanya,” kata Mardigu dikutip dari videonya di account Tiktok Bossman Mardigu, Selasa (23/1/2024).

Dalam videonya itu, lulusan San Fransisco State University, Master Applied Psychology in Criminal Mind and Forensic Investigators yang juga seorang praktisi hipnoterapi ini, juga membahas ciri negara berdaulat.

“Beda memang menjadi sebuah negara berdaulat dibandingkan dengan menjadi negara yang berwacana mau berdaulat. Kalau negara yang berwacana mau berdaulat mereka itu pura-pura pro Palestina agar populis di negaranya, yang kemudian digaungkan berita di media secara besar-besaran. Dikencangkan beritanya namun nggak ada actionnya,” katas Bossman.

Ciri-ciri negara yang mau berdaulat yang penting di tanah air terlihat tersohor, terlihat popular dan disukai masyarakat. Namun actionnya tidak ada.

“Beda dengan negara Afrika Selatan misalnya, langsung bawa Israel ke sidang PBB atas nama pembantaian warga sipil. Langsung action, atau Houthies serang kapal niaga yang menuju Israel di Laut Merah,” kata dia.

Bossman juga menjelaskan fungsi Laut Merah, Terusan Suez dan perdagangan dunia. Dalam perjalanan niaga laut nilai transaksinya adalah 80 persen. Sebanyak 80 persen barang niaga disalurkan melalui laut (maritim) dari Asia menuju Eropa. Kemudian dari Eropa menuju Asia Barat, bisa melawati Terusan Suez atau melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan.

BACA JUGA: Tipu Warga hingga Rp10 Juta, Intelijen Gadungan Diciduk Polisi

“Perbedaanya adalah kalau melalui Terusan Suez akan hemat waktu dua minggu hingga menghemat 8.000 km jarak laut. Jadi ada 15 persen trasaksi dunia melalui laut. Melalui Terusan Suez yang ujungnya adalah Laut Merah,” katanya.

Sementara itu, di Laut Merah terdapat check point line selebar 29 km. Selat tersebut bernama Bab El Mandeb yang artinya The Gate of Tear. Mengapa dinamakan pintu gerbang air mata? Wilayah yang membelah semenanjung Arabia di Yaman yang memisahkan Benua Afrika di wilayah Eritrea dan Djijou.

“Di wilayah check point itulah Houthis menyerang kapal niaga yang menuju Israel. Hal itu adalah bentuk bantuan Houthies terhadap warga Gaja yang telah mengungsi sebanyak dua juta jiwa dengan kondisi kedinginan, kurang air dan kelaparan serta tidak ada sarana kesehatan,” ujar Bossman.

Israel terus saja menghajar Gaja demi memusnakan Hamas tanpa peduli nasib warga yang telah puluhan ribu meninggal dunia.

“Apa yang dilakukan Houthis? Houthis menembakan roketnya ke kapal niaga menyerang dengan drone, juga menyerang dengan boat kapal niaga tersebut. Hasilnya empat perusahaan besar cargo menyetop kapal niaga merka yang akan melalui Laut Merah,” katanya.

Sejumlah perusahaan itu sebut Bossman, Maersk Line perusahaan milik Denmark, kemudian perusahaan Perancis CMA CGM, Hapag Lloyd sebuah perusahaan Jerman, dan perusahaan Swittzerland SMC, di mana keempat perusahaan maritim cargo ship tersebut merupakan penguasa atas 50 % ship container dunia. Sekarang tambah satu lagi perusahaan yang mensetop rute melalui Bab Al Mandeb, yakni perusahaan minyak Inggris British Petroleum.

“Ini yang akan membuat minyak dunia bergerak naik. Kalau armada perminyakan laut dunia juga melakukan hal yang sama stop melalui Laut Merah. Efek dari tindakan Houthis nilai perdagangan yang melalui Laut Merah ke Terusan Suez menurun hingga tinggal 60 persen dan ini terlihat dari pendapatan Mesir yang setiap tahunnya mendapat 20 billion dollar dari fee melalui Terusan Suez dalam dua bulan ini turun 40 persen,” kata Bossman lagi.

BACA JUGA: Militan Rohingya 'sedih' atas Pembunuhan Pemimpin Masyarakat Sipil

Pria yang memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun berbisnis oil dan gas serta digital bisnis ini juga mengatakan, dalam dua bulan ini sebanyak 24 kapal niaga telah diserang Houthis. Kemudian kapal Induk Amerika USS Dwight Elsenhower yang berada di sana dan menyerang pangkalan Houthies.

“Dengan serangan Amerika dan Inggris tersebut, perang telah terjadi di Asia Barat lainnya. Selain Gaza, Amerika telah menyerang 72 kali serangan udara ke Yaman dalam tiga hari ini. Serangan yang menarget 16 lokasi di ibukota Sana’a dan Kota Pelabuhan Mocha,” katanya.

Apa yang dilakukan Inggris dan Amerika tanpa permisi dari PBB, tanpa persetujuan dari parlemen negara masing-masing ini membuka keributan di internal negara Amerika. Kemudian Biden berupaya mengambil kesempatan agar dirinya dicalonkan lagi oleh Partai Demokrat dalam Pilpres 2024 Amerika. Perang dengan Yaman menjadi senjata politik dalam negeri dan luar negeri Biden.

“Kemudian Houthies hari ini menyerang balik dengan rudal ke arah kapal perang Amerika USS Laboon yang bisa diintersep dari udara. Namun ternyata tidak mengurangi serangan roket berikutnya” ujarnya.

Yaman memiliki rudal dari Iran. Stok rudal Yaman banyak, mulai dari yang berjarak 1.400 km hingga berjarak 100 km. Ada ribuan cadangan persenjataan mereka yang sedang dimobilisasi ke arah Laut Merah.

“Kalau memuncak perang tersebut, maka dunia akan terjadi kerawanan energi dan kerawanan pangan. Ini semua adalah perjuangan Houthi atas pembelaannya kepada warga Gaza. Sekarang kita bertanya mana langkah kita selanjutnya? Peace,” ujar pencipta bisnis cyronium ini. [B-19]

Follow informasi Berita11.com di Google News

Pos terkait