Bima, Berita11.com— Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Kependidikan Taman Siswa (STKIP Tamsis) Bima akan mewajibkan setiap mahasiswa akhir untuk menanam dua pohon minimal di rumah masing-masing sebagai upaya menyikapi ancaman perubahan iklim (climate change).
Ketua STKIP Tamsis Bima, Ibnu Khaldun Sudirman mengatakan, kampus akan membuat sejumlah kebijakan pro-lingkungan, di antaranya mewajibkan kepada mahasiswa akhir menanam minimal dua pohon di rumah masing-masing atau di komunitas terdekat dengan mahasiswa.
“Kita nanti akan membuat syarat untuk ujian skripisi, sudah kah mereka menanam pohon. Salah satunya apakah ada buktinya, mereka bisa dokumentasi dengan video atau apa. Syarat-syarat sebelum menyelesaikan kuliah sudah menanam, minimal di rumah sendiri atau rumah orang tuanya, itu bisa menjadi contoh bagi tetangga-tetangganya (mahasiswa),” ujar Ibnu di kampus STKIP Tamsis Bima, Sabtu (9/10/2021) lalu.
Kebijakan tersebut akan mulai diterapkan STKIP Tamsis pada tahun ini. Secara umum, berbagai kebijakan dan program ramah lingkungan mulai dilakukan kampus merah sejak tahun 2018 melalui deklrasi sadar lingkungan yang bersamaan dengan gerakan sadar literasi.
Ibnu mengatakan, STKIP Tamsis adalah salah satu kampus di Indonesia yang konsisten merespon setiap isu (kebijakan) nasional dan global. Apalagi dalam 10 tahun terakhir perubahan iklim (climate change), pemanasan global (global warming) serta efek rumah kaca telah menjadi isu utama (mainstream).
“Jadi, saya kira kampus yang memiliki inovasi untuk terus menyikapi informasi-informasi terkini, juga harus mengikuti langkah-langkah dan agenda besar nasional serta dunia. Tentu dengan cara melakukan sesuai apa yang menjadi kewenangannya dan kemampuannya. Kami di Taman Siswa sudah declare (deklarasi) sejak tahun 2018 soal sadar literasi dan sadar lingkungan,” ujar mantan ketua Forum Rektor Bima-Dompu ini.
Alumnus Program Doktor FISIP UI ini berharap, berbagai upaya dan kebijakan kampus menjadi salah satu lokomotif bagi upaya pelestarian lingkungan yang dimulai dari lingkungan terkecil masing-masing kerabat mahasiswa.
“(Mahasiswa) punya kewajiban untuk menanam. Jadi, ada kesadaran individu dan masuk ke institusi (lingkungan) keluarga di rumah. Nah, nanti bisa lebih luas di masyarakat tingkat dusun, RT RW. Jadi kita mendorong dosen, pegawai dan Civitas Taman Siswa ini, juga lulusan untuk menjadi pelopor, penggerak, melakukan kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan, itu yang sedang menjadi konsen kita,” ujarnya.
Selain kegiatan menanam, konsen lain kampus mengelola sampah yang kini menjadi salah satu persoalan serius di daerah dan isu global. Civitas Akademika STKIP Tamsis diarahkan agar mampu mengelola sampah hingga bernilai ekonomis. Hal ini sejalan dengan target kampus menjadi salah satu pusat inkubasi bisnis, di antaranya menghasilkan produk-produk lokal yang bersaing.
“Ada komitmen ekologis, menata kampus ini, mulai sadar soal sampah juga. Sampah plastik sudah banyak diatur, termasuk soal membakar sampah sudah diatur, bakteri, racun dan macam-macam. Itulah yang akan kita dorong, ada sampah organik, sampah basah, bila perlu kami mengimbau dosen yang bawa sampah dari rumah, silakan dibawa lagi,” pungkas Ibnu. [B-19]