Dampak Buruk Pertambangan bagi Lingkungan dan Manusia

Ilustrsi kerusakan lingkungan akibat air asam tambang sulfidah.
Ilustrsi kerusakan lingkungan akibat air asam tambang sulfidah.

Berita11.com— Sektor pertambangan memang menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Negara, namun pada sisi lain aktivitas pertambangan menimbulkan banyak dampak sosial dan lingkungan.

Limbah pertambangan sering menimbulkan masalah bagi masyarakat, karena dapat menghasilkan dampak yang sangat merugikan lingkungan seperti pembuangan limbah tambang ke laut atau Submarine Tailing Disposal (STD) yang sering dilakukan oleh perusahaan pertambangan tanpa melakukan pengolahan air limbah terlebih dahulu.

Bacaan Lainnya

STD yang dibuang langsung ke laut biasanya tidak akan bisa teroksidasi karena kandungan oksigen pada air laut yang lebih sedikit, sehingga dapat menimbulkan zat beracun yang berbahaya bagi ekosistem laut. Selain itu, air limbah pertambangan yang dibuang juga masih banyak yang tidak mengikuti standar Keputusan Menteri LHK Nomor 202 Tahun 2004.

Garis besar dampak negatif dari aktivitas perusahaan pertambangan:

Pencemaran Terhadap Aliran Sungai

Pencemaran akibat air limbah tambang tanpa pengolahan yang dibuang langsung ke badan sungai. Praktik ini sangat meresahkan, karena dapat mengakibatkan penyebaran zat beracun di air. Air dan sisa sedimen limbah pertambangan biasanya mengandung logam berat yang dapat membahayakan ekosistem sungai. Apalagi jika air sungai tersebut dikonsumsi pula oleh masyarakat, tentu dampaknya tidak hanya dirasakan oleh flora dan fauna semata, tetapi juga manusia.

Khusus tambang sulfida dapat menyebabkan dampak yang parah pada akuifer air minum, kontaminasi lahan pertanian, kontaminasi dan hilangnya ikan dan satwa.

Bijih sulfida mengandung logam seperti tembaga atau nikel yang terikat pada belerang, membentuk mineral sulfida. Ketika terkena udara dan kelembapan, terjadi reaksi kimia yang menghasilkan asam sulfat yang bermigrasi ke lingkungan sekitar dan, melalui pencucian, melepaskan logam berat yang ada di batuan sisa, dinding lubang, dan cekungan tailing operasi penambangan ke sungai dan danau pada tingkat tertentu, beracun bagi ikan dan biota air lainnya. Bentuk pencemaran ini biasa disebut dengan Air Asam Tambang (AMT) dan berpotensi merusak seluruh ekosistem.

BACA JUGA: Wagub NTB Dorong PT STM Perhatikan Lingkungan dan Berdayakan SDM Lokal

Mengancam Keselamatan Manusia

Selain berdampak terhadap lingkungan, limbah tambang juga mengancam keselamatan manusia. pertambangan yang menghasilkan air limbah dan dibuang langsung ke badan sungai dapat menyebabkan air sungai tersebut beracun, karena mengandung logam berat.

Contoh kandungan logam berat yang dapat membahayakan adalah merkuri, arsenik, tembaga dan juga timbal. Air yang mengandung merkuri tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti bronkitis dan gangguan paru-paru, sementara arsenik merupakan zat beracun yang dapat menimbulkan gagal ginjal dan kanker. Kandungan tembaga atau timbal di dalam air yang dikonsumsi juga tidak kalah berbahaya, tembaga dapat mengakibatkan diare serta sakit perut, dan timbal dapat menurunkan IQ, gangguan syaraf, hingga reproduksi.

Punahnya Hewan dan Tumbuhan yang Terdampak

Tidak hanya ekosistem air dan darat saja yang terganggu. Dampak pertambangan juga dapat membuat keanekaragaman hayati di Indonesia ikut punah. Hal ini karena sebelum ditemukan sumber daya pertambangan, sebagian besar wilayah tempat tinggal fauna dan flora jauh dari pemukiman, sehingga mereka tidak merasa terganggu.

Aktivitas tambang juga menimbulkan polusi air karena adanya limbah tambang. Kerusakan ekosistem air dapat mengurangi pasokan air yang dibutuhkan agar hewan dan tumbuhan dapat bertahan hidup. Jika pasokan tersebut terus berkurang, terpaksa mengonsumsi air yang telah terpolusi logam berat. Akibatnya, banyak hewan dan tumbuhan yang akhirnya mati dan terancam punah. Contohnya seperti orang utan, yang awalnya banyak terdapat di Sumatera dan Kalimantan, kini jumlah populasinya cukup memprihatinkan.

Selain berdampak terhadap lingkungan, sebagian besar kegiatan pertambangan juga besar potensi bahayanya bagi pekerjanya, di antaranya:

1. Kebakaran

Bahaya ini dapat bersumber dari pemanasan batu bara secara spontan pada limbah atau batu bara yang pecah di pinggir jalan pada lapisan yang berisiko tinggi, mesin dan peralatan listrik dan mekanik, bahan peledak dan detonator, dan pekerjaan panas seperti pembakaran, pengelasan, dan penggilingian.

2. Runtuhan

Badan bijih yang tidak stabil dapat mengakibatkan runtuhnya badan bijih pada area pertambangan. Hal ini dapat disebabkan oleh seismisitas/kegempaan yang diinduki. Misalnya, penggunaan bagan peledak, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan lereng.

BACA JUGA: Hasil Uji Laboratorium Air “Ingus” Luat di Teluk Bima: Nitrat 6,202 mg per liter di atas Batas Maksimal Kepmen LH

3. Banjir

Beberapa alasan terjadinya banjir adalah ledakan yang disengaja, sehingga dapat menyebabkan masuknya air, dan juga infrastruktur pertambangan yang tidak layak sehingga mengakibatkan kebocoran.

4. Kontaminan atmosfer yang beracun

Keterbatasan ruang di bawah tanah menyebabkan kontaminan dari atmosfer yang beracun dapat saja terjadi, seperti debu, aerosol, asap diesel dan partikel dan asap dari peledakan, serta gas yang dilepaskan dari lapisan batuan itu sendiri.

5. Bahaya terkait peledakan

Dari kegiatan peledakan dapat menimbulkan beberapa potensi bahaya seperti batu terbang, debu dan gas beracun (NO2, NO, CO) yang berbahaya bagi sistem pernapasan, dan juga ledakan dini dari bahan peledak itu sendiri.

Khusus pada kegiatan sistem pertambangan bawah tanah (underground mining) juga menimbulkan beberapa bahaya, di antaranya karena:

Metana

Metana adalah salah satu gas berbahaya, meskipun tidak beracun, tidak berbau dan tidak berwarna. Namun menghirup gas metan terus menerus, bahkan setiap hari dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan sesak nafas.

Gas Beracun

Selain Metana, terdapat satu hal lagi yang cukup membahayakan bagi pekerja bawah tanah yaitu gas beracun. Gas beracun tersebut yakni CO, H2S, NOx, dan SO2. Gas-gas tersebut dibuat dengan menetapkan ambang batas tertinggi untuk kadarnya sendiri dan tidak boleh ada satupun gas yang melampaui ambang batas tersebut, karena bila terdapat pada kadar tinggi maka gas tersebut bisa menyebabkan kematian.

Batuan Rapuh

Batuan rapuh merupakan salah satu faktor risiko terbesar bagi para pekerja tambang. Walaupun bebatuan itu telah disanggah dengan berbagai metode agar kuat, namun tetap ada potensi bahaya runtuhnya batuan itu.

Debu

Debu juga dapat memicu masalah kesehatan yang cukup serius. Debu yang mengandung partikel silika Selain partikel silica, debu dari bijih radioaktif dan debu batubara akan menyebabkan masalah pada paru-paru.

Follow informasi Berita11.com di Google News

Pos terkait