Bima, Berita11.com— Hasil uji laboratorium terhadap sampel air “ingus” laut di Teluk Bima yang diambil Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bima dan dikirim ke UPT Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Bima diketahui mengandung nitrat (NO3) 6,202 miligram per liter, melebihi batas maksimal sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 sebesar 0,008 mg/l.
Kandungan nitrat (NO3) melebihi ketentuan tersebut diketahui melalui uji laboratorium oleh Labkesda Kota Bima melalui metode fotometri.
Selain kandungan NO3 di atas ambang batas, berdasarkan hasil uji Labkesda Kota Bima juga diketahui unsur phosphate dari sampel yang dikirim DLH Kabupaten Bima sebesar 1,00 mg per liter, di atas ambang batas sesuai Kepmen Menteri Lingkungan Hidup 0,015 mg per liter.
Sementara itu ditinjau dari aspek fisika, berdasarkan hasil uji oleh Labkesda Kota Bima juga diketahui hasil uji elektrometri terhadap sampel diperoleh hasil daya hantar Listrik (DHL) 24,23 microseimens per centimeter, sedangkan sesuai Kepmen LH nilai DHL batas standar 2.250 microseimens per centimeter.
Sampel air laut dari Teluk Bima yang dikirim DLH Kabupaten Bima juga diketahui mengandung total coliform 1000 MPN per 100 mililiter dan colitinja 1000 MPN per 100 mililiter melalui uji dengan metode most probable number.
Kepala Bidang Pencemaran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bima, Ali Mahdi membenarkan sebagaimana hasil uji Labkesda Kota Bima dari sampel yang dikirim pihaknya, kandungan nitrat (NO3) melebihi ambang batas yang ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup.
“Hasilnya kandungan Nitrat dan beberapa parameter jauh melebihi ambang batas,” kata Ali menjawab Berita11.com, Selasa (13/2/2024).
Mantan Kepala Bidang Konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupten Bima ini menduga, kandungan Nitrat yang melebihi ambang batas sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tersebut bersumber dari pupuk yang larut dalam air hujan dan terbawa hujan, kemudian bermuara di laut.
Dugaan pihaknya tersebut juga merujuk hasil kajian kronologi saat munculnya buih di Teluk Bima beberapa tahun lalu.
“Itu 1 air laut 50 cm di bawah buih 1 air laut yang mengandung buih,” ujarnya.
Menurut dia, pemakaian pupuk tahun 2024 untuk jangung oleh para petani di Bima lebih rendah dari pada tahun 2022, sehingga ada korelasi positif dengan fenomena buih di Teluk Bima.
Berkaitan potensi sumber Nitrat tinggi di air laut Teluk Bima dalam sampel yang dikirim DLH Kabupaten Bima ke Labkesda Kota Bima karena diduga berasal dari aktivitas industri yang menggunakan bahan baku Batubara, hal tersbut perlu mengetahui data emisi gas buang dari industri pengguna bahan Batubara. [B-22]
Follow informasi Berita11.com di Google News