Eks Kabais: Tidak ada Satupun Kejadian di Indonesia yang Luput dari Intelijen, Cabai Keriting di Pasar pun Dilaporkan

Ilustrasi Taruna Intelijen. Credit Disway.
Ilustrasi Taruna Intelijen. Credit Disway.

Jakarta, Berita11.com— Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) periode 2011-2013 Laksdya (Purn) Soleman B Ponto merespon pro-kontra tentang Presiden Joko Widodo yang mengaku memiliki data tentang jeroan partai politik (parpol) yang bersumber dari intelijen.

Soleman mengaku heran mengapa publik mempersoalkan Presiden Jokowi yang memegang data intelijen mengenai arah parpol.

Bacaan Lainnya

Ponto mengungkapkan, hal sesimpel seperti data mengenai perkembangan harga cabai keriting di pasar pun dilaporkan oleh intelijen.

“Ya enggak tahu kenapa itu kok itu diributkan. Itu kan sudah dari dulu seperti itu. Sekarang coba, cabai keriting di seluruh pasar induk itu kita laporkan jam 8 pagi sampai jam 8 malam. Kan orang enggak tahu coba. Itu saja kita laporkan. Apalagi yang lain-lain,” ujar Ponto dikutip Jumat (29/9/2023).

Ponto mengatakan, BAIS sebagai salah satu lembaga yang bergerak di bidang intelijen pasti melaporkan segala sesuatu yang terjadi di Indonesia. Maka, tidak ada satupun kejadian di Indonesia yang luput dari pantauan dan laporan intelijen. Arah parpol juga tercatat dalam laporan intelijen seperti BAIS.

BACA JUGA: China akan menempatkan fasilitas mata-mata di Kuba

“Tidak ada satupun kejadian di negeri ini yang tidak dilihat, yang tidak dilaporkan, dan tidak ditulis. Semua tertulis. Tidak ada satupun,” kata Ponto.

Saat menjabat Kepala BAIS sampai 2013, Ponto mengakui bahwa lembaga yang dia pimpin itu meneliti arah parpol menjelang Pemilu 2014. Namun demikian, tidak semua data intelijen dibutuhkan oleh pemimpin, dalam hal ini presiden

“Intelijen itu bagi seorang pemimpin, misalnya saya komandan, saya sudah punya namanya intelijen dasar itu 60 persen dari situasi yang akan dilihat, sehingga saya akan cari hanya 40 persen dari intelijen itu. Saya akan keluarkan namanya UUK, unsur utama keterangan, yang untuk mendapatkan 40 persen itu,” jelas Ponto.

Menurutnya, jika presiden berbicara tentang sesuatu, maka tidak boleh menyalahkan intelijen. Karena 60 persen pertimbangan sudah ada dalam pikiran pemimpin.

“Sehingga hanya 40 persen yang masuk dari intelijen. Jadi, kalaupun kita kasih (data) yang banyak, tapi kalau itu tidak menarik perhatian beliau, tidak ada intelijen dasar di kepala beliau, itu enggak akan ada manfaat,” ujarnya.

BACA JUGA: PKS akan Bawa Polemik TWK 75 Pegawai KPK ke Komisi II DPR

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku memiliki informasi lengkap dan komplit dari intelijen soal situasi dan arah politik partai-partai. Hal itu diungkap presiden saat menghadiri rapat kerja nasional relawan Seknas (Sekretariat Nasional) di Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu (16/9/2023).

“Saya tahu dalamnya partai seperti apa, saya tahu. Partai-partai seperti apa saya tahu, ingin menuju ke mana saya juga ngerti,” kata Jokowi.

Jokowi menyinggung tahun 2024 menjadi tahun penting bagi Indonesia untuk melompat menjadi negara maju.Namun menurutnya, untuk bisa ke sana, sangat bergantung pada kepemimpinan.

“Informasi yang saya terima komplet dari intelijen. Saya ada BIN, dari intelijen di Polri ada, dari intelijen TNI saya punya BAIS,” kata Jokowi.

Mantan Wali Kota Solo itu mengungkap, informasi yang dikantongi dari intelijen lengkap, mulai dari angka, hingga survei. “Angka, data, survei, semuanya ada. Saya pegang semua itu dan hanya milik presiden karena langsung, langsung ke saya,” ujarnya.

Pernyataan presiden tersebut kemudian heboh dan mendapat tanggapan dari sejumlah organisasi sipil. [B-19]

Follow informasi Berita11.com di Google News

Pos terkait