Bernilai Ekonomis dan Berfungsi Cegah Longsor, BPBD Ajak Masyarakat Tanam Rumput Vetiver

Plt Kalak BPBD Kabupaten Bima, M Chandra Kusuma. Foto Ist.

Kota Bima, Berita11.com— BMKG memprediksi badai La Nina terjadi pada akhir tahun 2021 karena peningkatkan masa udara basah dari Samudera Pasifik menuju Indonesia. Untuk itu, masyarakat perlu mulai bersahabat dengan potensi bencana alam, salah satunya mengurangi risiko bencana.

Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima, M Chandra Kusuma mengajak masyarakat agar menanam ruput vetiver di lahan masing-masing, tidak hanya berfokus pada komoditi jagung dan melakukan ekspansi (ekstensifikasi) area lahan hingga hutan tutupan yang kemudian berpotensi memicu bencana yang tidak diharapkan seperti luapan baniir bandang.

Bacaan Lainnya

Menurut mantan Camat Woha ini, rumput vetiver sangat ekonomis dengan nilai keuntungan hingga puluhan juta per hektar, tidak kalah dengan komoditi jagung yang proses tanamnya membutuhkan biaya banyak, perawatan seperti pemupukan. “Tanam rumput vetiver prosesnya mudah, tidak sulit seperti jagung. Vetiver dapat berguna untuk mencegah longsor. Selain bisa dijual sebagai bahan baku minyak wangi, juga dapat dijadikan pakan ternak,” ujarnya di BPBD Kabupaten Bima, Senin (4/10/2021).

BACA JUGA: Bupati Bima Resmikan Bendung Sori Rasa dan Tolomoti Wera

Selain mengajak masyarakat menanam rumput tersebut, BPBD Kabupaten Bima sendiri berupaya mengembangkan tanaman tersebut untuk meminimalisasi dampak bencana alam dengan menanam rumput vetiver di sekitar daerah aliran sungai, sehingga diharapkan mencegah longsor sekitar tebing sungai. Untuk mewujudkan hal tersebut, pihaknya berupaya melobi dukungan dari pemerintah pusat.

“Hutan sudah rusak, mungkin sudah waktunya kita kenallan rumput (vetiver) untuk cegah longsor yang juga bisa jadi bahan minyak wangi,” katanya.

Dikatakannya, untuk jangka panjang, pihaknya juga mengajak masyarakat menanam vegetasi yang bersahabat dengan lingkungan dan hutan seperti kayu putih dan bambu. Tidak hanya fokus secara massif menanam jagung dengan mengabaikan potensi bencana alam karena aktivitas ladang.

BACA JUGA: Pasca Hujan Lebat, Pemukiman Warga di Dompu Digenangi Banjir

Menurut mantan Kabag Humas dan Protokol Setda Kabupaten Bima ini, tanaman rumput vetiver mudah hidup. Demikian juga kayu putih, cocok dengan karakter dan struktur tanah di Bima. contohnya di Oi Katupa Tambora dan Desa Piong Kecamatan Sanggar yang menjadi loksi industri minyak kayu putih. Urusan pemasaran rumput vetiver pun tidak perlu dirisaukan masyarakat, karena saat produksi tersedia dalam jumlah banyak pasti akan diserap. Apalagi rumput vetiver telah menjadi komoditi ekspor untuk bahan baku minyak wangi. [B-19]

Pos terkait