Jalan Panjang bagi Santi Menekuni Olahraga Berat yang Identik dengan Pria

Santi (sebelah kiri tengah) dan atlet Kurash Kabupaten Bima foto bersama Bupati Bima, Hj Indah Dhamayanti Putri usai menyabet medali Porprov XI tahun 2023 Nusa Tenggara Barat. Foto Ist.

Nama lengkap wanita ini, Santi. Dia adalah dua bersaudara, putri dari pasangan Sirajudin dan Maemunah, warga Desa Runggu, Kecamatan Belo Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.

Dia mulai menyukai olahraga sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Memainkan pion-pion di atas bidak catur adalah kegemaran awal saat ia menekuni olahraga. Dia kemudian beralih ke olahraga beladiri saat duduk di bangku sekolah menengah atas, medium tahun 2015-2016.

Beladiri pertama yang dia tekuni waktu itu, Tae Kwon Do.  Beberapa tahun kemudian, dia diajak oleh pelatihnya untuk hijrah ke jenis beladiri lain,  Muay Thai. Pada tahun 2021 dia kemudian dipanggil oleh pengurus provinsi (Pengprov) NTB mengikuti pelatihan wasit seni bela diri campuran (Mixed Martial Arts/ MMA) di SMAN 2 Kota Bima.

Nah, di situlah saya disuruh masuk ke MMA dan saya berlatih hanya satu bulan dan langsung mengikuti kejuaraan di Kota Mataram,” ujar alumnus SMAN 1 Woha Kabupaten Bima ini.

Santi pernah mengikuti kejuaraan daerah MMA se-Provinsi NTB di GOR Turide Mataram, 8-9 Junuari 2022 lalu. Dia mewakili Kabupaten Bima bertanding bersama 108 atlet yang mengikuti kejuaran tersebut. Kejuaraan itu merupakan pengalaman pertamanya setelah “hijrah” ke cabang olahraga lain. Maka tak heran ia hanya mampu mempersembahkan medali perunggu atau meraih juara 3 kategori fighter senior putri 52 kilogram.

Dia harus puas meraih juara tiga setelah kalah pada semifinal dari Undikma. Santi sempat berhasil mencatatkan rekor dua kali menang dan hanya satu kali kalah pada ajang tersebut. Kendati demikian, Santi bersyukur mampu meraih medali. Baginya progres itu cukup baik karena MMA adalah cabang baru di dunia Karate.

Santi (kiri) sukses meraih medali saat tampil dalam Kejuarda IBA MMA di GOR Turide Mataram tahun 2022 lalu.

“Itu Kejurda pertama saya di MMA. Alhamdulillah dapat juara tiga. Sebelum itu saya selalu mengikuti kejuaraan Muay Thai dan selalu meraih juara satu,”  ujar wanita kelahiran 5 Mei 1999 silam itu.

Selama menjadi petarung, Santi melewati berbagai suka duka. Hal yang selalu terkenang baginya, saat mengikuti latihan rutin di Kota Bima. Padahal tempat tinggalnya berada di salah satu desa di Kabupaten Bima

“Suka dukanya banyak, mulai dari latihannya susah kendaraan, karena tempat latihannya di Kota Bima. Berangkat latihannya nebeng (numpang) sama teman. Kalau teman ndak pergi, ya terpaksa ndak latihan,” ujar dia.

Walaupun tidak memiliki fasilitas kendaraan pribadi yang menunjang untuk mengikuti latihan rutin, Santi tetap semangat. Dia mensiasati kekurangannya itu dengan latihan secara mandiri di rumah.

“Karena modalnya adalah latihan yang giat, percaya diri dan jangan pernah berpikir untuk mengalah,” ujar mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi  (PJKR) Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Pendidikan Taman Siswa itu.

Kalahkan rasa takut dalam diri

Pada awalnya Santi sempat takut dan minder menekuni olahraga berat seperti MMA. Namun tekad yang kuatlah, yang terus memompa semangatnya menjalani latihan rutin.

“Karena keinginan mencoba bergabung di beladiri MMA, akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dan berlatih. Tidak lama kemudian pelatih saya mendaftarkan ikut event kejuaraan di Mataram dan dengan bekal latihan sebulan dan ditambah percaya diri, alhamdulillah bisa membawa pulang perunggu,” cerita Santi.

Prestasi sebagai petarung Indonesia Beladiri Amatir (IBA MMA) yang diraihnya tidak lepas dari peran dua pelatihnya, Sutomo dan Imran.

Menurut Santi, setiap remaja dan mahasiswa berpotensi menjadi petarung olahraga berat seperti MMA. Paling tidak, harus ada motivasi awal mau langsung mencoba olahraga tersebut.

Calon petarung wanita juga harus menguatkan mental, mengalahkan rasa cemas dan minder dalam diri.

“Jika kita ingin mencoba dan mengubah semuanya, maka akan terjadi. Begitupun untuk beladiri MMA. Jangan pernah dulu memikirkan kita tidak bisa dan tidak mampu sebelum kita mencobanya,” ujarnya.

Menurut dia, seseorang tidak bisa menilai potensinya melalui uji coba (training) pertama, karena siapapun akan bisa jika terbiasa.”Intinya jangan pernah berpikir kalau kita perempuan itu lemah dan laki-laki lah yang kuat,” katanya.

Berselang setahun setelah membawa pulang perunggu pada Kejurda MMA tingkat NTB, Santi sukses mempersembahkan medali perak Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XI tahun 2023 Nusa Tenggara Barat untuk Kabupaten Bima. Meskipun olahraga baru yang ditekuninya masih seumur jagung.

Santi dan atlet Kurash saat menerima medali Porprov XI NTB di Mataram.

Santi menjadi salah satu dari 289 atlet Porprov NTB yang memperkuat kontingen Kabupaten Bima dan sukses mempersembahkan medali lewat Cabor Kurash. Olahraga beladiri yang memiliki gerakan dasar saling membanting, yang berasal di wilayah Tatarstan Asia Tengah atau Uzbekistan.

Prestasi dia dan sejumlah rekannya dari Cabor Kurash diapresiasi langsung oleh Bupati Bima, Hj Indah Dhamayanti Putri dan sejumlah pengurus Komite Nasional Olahraga Indonesia (KONI) Kabupaten Bima. Karena atlet Cabor Kurash merupakan yang paling banyak mempersembahkan medali untuk Kabupaten Bima.

Selama kuliah di Program Studi PJKR STKIP Taman Siswa, Santi mendapatkan subsidi biaya pendidikan (beasiswa) dari semester II-V. “Sekarang saya ndak dapat lagi beasiswa,” ujarnya. [US]

Follow informasi Berita11.com di Google News