Di balik senyumnya yang merekah saat dikukuhkan sebagai sarjana pendidikan, tersimpan kisah perjuangan Afni Nurul Sabilah, calon wisudawati terbaik STKIP Taman Siswa Bima. Dengan torehan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) fantastis, 3,98, lulusan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) ini membuktikan bahwa mimpi besar tak mengenal latar belakang ekonomi.
Afni, yang merupakan lulusan terbaik PGSD dan akan diwisuda pada 1 November 2025, telah menyelesaikan skripsinya yang berjudul Pengaruh Metode Talking Stick Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) Kelas IV SDN 4 Tente Kecamatan Woha.
Menjadi guru adalah cita-cita Afni sejak kecil. Namun, anak pertama dari dua bersaudara pasangan Syarifuddin, seorang petani, dan Nurlaila, ibu rumah tangga, ini harus berhadapan dengan realitas keluarga yang berekonomi pas-pasan. Keterbatasan sempat membuatnya mengambil jalan lain.
“Sebenarnya dari waktu duduk di bangku sekolah saya sudah bercita-cita ingin menjadi guru. Tapi waktu itu saya masuk SMKN 1 Kota Bima atas arahan orang tua dan memilih jurusan Optimasi Tata Kelola Perkantoran,” kenangnya.
Api mimpinya untuk mengabdi sebagai pendidik akhirnya menemukan jalan terang ketika ia diterima di STKIP Taman Siswa Bima. Keberhasilannya mengenyam bangku pendidikan tinggi dan meraih titel sarjana pendidikan tak lepas dari “uluran tangan” pemerintah melalui program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah yang disalurkan melalui kampus.
“Kuliah di STKIP Taman Siswa Bima alhamdulillah dapat beasiswa KIP Kuliah, sangat membantu saya. Kalau tanpa ini sulit bagi saya mewujudkan cita-cita,” ujarnya penuh rasa syukur.
Dosen Sebagai Pembentuk Mentalitas
Perjalanan Afni tidak selalu mulus. Ia mengaku sempat merasa minder, terutama saat awal-awal berinteraksi dengan rekan sesama mahasiswa. Namun, lingkungan kampus menjadi tempatnya bertumbuh.
Ia merasa senang karena banyak dibantu oleh dosen-dosen di STKIP Taman Siswa Bima yang kompeten. Para dosen tersebut tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga berperan penting dalam memompa semangat dan membentuk mentalitas mahasiswa.
“Alhamdulillah dapat dosen yang mempermudah membentuk potensi diri yang terus mendorong agar terus berkarya dan tidak minder,” ujar wanita kelahiran Kota Bima, 21 Mei 2004 saat ditemui di kampus, Jumat (24/10/2025).
Pelajaran Penting dari Kampus Mengajar
Selama menempuh pendidikan sarjana, hal yang paling membekas adalah saat Afni mengikuti program Kampus Mengajar di SDN 44 Mande Kota Bima. Di sana, ia menghadapi tantangan nyata: membimbing siswa dari berbagai latar belakang, termasuk beberapa siswa berkebutuhan khusus (disabilitas).
Pengalaman itu mengajarkan Afni esensi sejati menjadi seorang guru.
“Di sekolah tempat saya ikut program Kampus Mengajar, ada juga siswa yang berkebutuhan khusus. Jadi tahu bagaimana menghadapi siswa dari berbagai latar belakang yang berbeda. Jadi tantangan menjadi seorang guru harus banyak bersabar,” ujarnya.

Baginya, keberhasilan seorang guru adalah saat berhasil membentuk karakter positif peserta didik dan melaksanakan transfer ilmu pengetahuan dengan baik, bahkan ketika menghadapi siswa yang “ngomong sendiri saat kita mengajar.”
Setelah wisuda, Afni tak ingin berhenti. Ia berencana segera mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai tahap awal pengabdiannya sebagai pengajar di Bima, dan jika ada kesempatan beasiswa, ia bertekad untuk melanjutkan ke jenjang S2. Semua itu ia lakukan demi satu tujuan mulia: mengangkat derajat kedua orang tuanya. (US)
Follow informasi Berita11.com di Google News











