Kisah Mawardin: Konsisten Meraih Nilai Matematika di atas 90, Biayai sendiri Kuliah hingga Tuntas

Mawardin.
Mawardin.

Dengan IPK fantastis 3,94, Mawardin, calon wisudawan terbaik dari Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Taman Siswa Bima, membuktikan bahwa kemandirian finansial dan ketekunan akademik dapat berjalan beriringan. Putra dari pasangan petani sederhana, Muhammad Ali dan Mihra, asal Desa Nunggi, Kecamatan Wera, ini akan dikukuhkan sebagai sarjana pada 1 November 2025.

Mawardin adalah anak keenam dari enam bersaudara, namun memilih menempuh pendidikan S1 melalui jalur mandiri yang ia biayai sendiri sepenuhnya dari awal hingga lulus, tanpa bantuan finansial orang tua. “Bukan orang tua nggak mampu, tapi saya anaknya mandiri dari usia anak hingga dewasa,” ceritanya.

Bacaan Lainnya

 

Mahasiswa Multitasking yang Membiayai Diri Sendiri

Alih-alih dibiayai, Mawardin justru rutin memberikan uang kepada orang tuanya setiap bulan. Seluruh biaya kuliah dan kebutuhan hidup ia kumpulkan dari beragam usaha sampingan yang ia jalankan di luar jadwal kuliahnya yang hanya 2-3 hari seminggu.

Keterampilan teknis dan semangat wirausaha Mawardin sangat beragam, meliputi membuka jasa potong rambut dan jasa service (install ulang, reset, Custom ROM, dan upgrade HP Android jadul). Kemudian menyediakan layanan remot dan setting Wi-Fi rumah warga. Menjual paket data internet. Selain itu, ia juga menawarkan jasa pengerjaan tugas Matematika.

“Lewat kegiatan ini awal mulanya terkumpul biaya pendidikan saya. Bersyukur banget,” ujarnya. Kegiatan ini tidak hanya membiayai studinya tetapi juga mengasah skill teknis digital, memperluas relasi, dan membangun rasa percaya diri untuk menghadapi dunia kerja.

BACA JUGA:  Lewintana: di antara Lautan Rindu dan Rasa yang Menggoda

Momen paling tak terlupakan Mawardin adalah saat ia lolos program Kampus Mengajar Angkatan 5. Dalam program yang fokus pada literasi dan numerasi ini, Mawardin mengambil peran utama dalam penguatan numerasi siswa, berbekal keahliannya di bidang Matematika.

Ia menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami, antara lain  teknik perkalian cepat menggunakan jari-jari tangan,  strategi pengurangan cepat tanpa alat bantu. Kemudian, latihan hitung perkalian 1–10 yang aplikatif dan kontekstual.

“Melalui pendekatan ini, saya melihat peningkatan signifikan dalam kemampuan numerasi siswa,” jelas alumnus SMAN 2 Wera, yang semasa sekolah pernah meraih Juara 1 Umum dan Juara 4 Olimpiade Fisika tingkat Kabupaten Bima.

Selain mengajar, Mawardin dan tim juga mendirikan pojok baca, mengadakan latihan beladiri karate untuk disiplin, dan kegiatan rutinan yasinan untuk penguatan karakter religius. Pengalaman ini memberikan pelajaran berharga dalam pedagogik, manajemen kelas, dan kerja sama lintas disiplin.

 

Pelajaran Hidup di Balik Kecewa

Ketertarikan Mawardin pada Program Studi Pendidikan Matematika didorong oleh nilai Matematika yang konsisten berada di atas 90 sejak SD. Ia tertarik pada tantangan logika dalam menyelesaikan persoalan sulit. “Momen-momen seperti itulah yang membuat saya semakin yakin bahwa dunia matematika adalah bidang yang saya sukai dan kuasai,” katanya.

Meskipun tidak aktif di banyak organisasi luar, ia menjabat sebagai Ketua Bidang Kerohanian Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika dan senang berdiskusi dengan teman-teman.

BACA JUGA:  Sejumlah Tokoh Bima Berharap tak ada lagi Aksi Vandalisme dalam Penyampaian Aspirasi

Namun, ia juga merasakan duka yang mendalam saat menyusun tugas akhir. Beberapa teman dekat yang sering ia bantu justru bersikap tertutup dan enggan berbagi informasi. “Pengalaman ini mengajarkan kepada saya bahwa bersikap baik kepada orang lain memang penting, tetapi jangan dilakukan secara berlebihan hingga mengorbankan diri sendiri. Saya belajar bahwa tidak semua orang akan membalas kebaikan dengan kebaikan yang sama,” ujarnya, sambil bersyukur masih memiliki teman-teman yang menjaga hubungan baik. Ia juga berhasil menjaga integritas pribadi di lingkungan kos yang kurang sehat.

Setelah lulus, fokus utama Mawardin adalah menjadi guru matematika berstatus PNS, sebuah cita-cita yang ia tuangkan dalam buku catatan sejak SMP. Untuk mewujudkannya, ia berencana mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan.

Sambil menanti program CPNS, ia akan merintis usaha yang sudah ia geluti selama kuliah, seperti membangun konter HP, usaha pangkas rambut, dan usaha Wi-Fi, melihat peluang yang besar dan pemasukan yang lumayan.

Mawardin juga menyampaikan harapan kritisnya kepada pemerintah, khususnya terkait daerah asalnya. Ia meminta pemerintah memperhatikan kepentingan keberlanjutan hidup masyarakat pedesaan, terutama sektor pertanian, dengan menurunkan harga dan memperlancar distribusi pupuk yang sering kali langka dan memicu konflik.

Selain itu, ia berharap pemerintah lebih serius menciptakan lapangan pekerjaan yang memadai bagi sarjana.

“Pemerintah seharusnya tidak hanya fokus pada kepentingan ekonomi elite atau golongan tertentu, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara luas,” tegasnya, menekankan perlunya keadilan dan akses ekonomi yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat. (US)

Follow informasi Berita11.com di Google News

Pos terkait