Semangat dan ketekunan Roni Muliadin, pemuda kelahiran Bima, 6 Oktober 2000, membuahkan hasil manis. Ia dinobatkan sebagai calon wisudawan terbaik dari Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) STKIP Taman Siswa Bima. Dengan IPK 3,83, Roni akan dikukuhkan sebagai sarjana pada prosesi wisuda yang digelar 1 November 2025.
Roni adalah putra pertama dari tiga bersaudara, anak pasangan Ajudan, seorang petani dari Desa Kawuwu, Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, dan Fatmah, seorang ibu rumah tangga. Berlatar belakang ekonomi pas-pasan, pencapaian Roni menjadi bukti bahwa keterbatasan tak menghalangi fokus dan prestasi.
Nyaman di Kampus Merah Bergelar Doktor
Alumnus SMPN 4 Woha dan SMA Kae Woha ini mengaku sangat bersyukur bisa menempuh pendidikan di STKIP Taman Siswa Bima, atau yang akrab disebut Kampus Merah.
“Alhamdulillah selama kuliah empat tahun saya merasa nyaman dan bahagia kuliah di STKIP Taman Siswa Bima,” ujarnya.
Roni memilih kampus tersebut karena menyediakan Program Studi PJKR yang sesuai minatnya. Ia juga terkesan dengan kualitas pengajar di sana.
“Selain kampusnya bagus, dosen di Taman Siswa juga kebanyakan berlatar belakang doktor-doktor yang profesional,” katanya. Baginya, pengalaman berdiskusi dan bertukar informasi dengan para dosen dan mahasiswa lain menjadi momen yang tak terlupakan.
Berprestasi di Kelas dan Lapangan Olahraga
Sejak duduk di bangku sekolah, Roni telah menunjukkan kemampuan akademiknya, kerap meraih Juara 2 atau 3 di kelas saat SMP dan SMA. Ia bahkan sempat beberapa kali mengikuti Olimpiade Ibnu Sina.
Namun, di bangku kuliah, Roni menemukan panggung prestasinya di bidang olahraga. Ia berhasil mewakili Kabupaten Bima dalam cabang olahraga Petanque pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) NTB tahun 2022.

“Alhamdulillah meraih juara 3. Terus saya juga pernah mengikuti seleksi pra-PON untuk mewakili wilayah NTB,” cerita Roni bangga.
Bantuan Beasiswa dan Bakti kepada Orang Tua
Beruntung, Roni berhasil mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui beasiswa KIP Kuliah sejak semester awal hingga lulus. Bantuan ini sangat krusial, memungkinkannya fokus penuh pada kuliah tanpa harus membebani orang tuanya.
“Saya fokus kuliah, tidak sambil kerja,” ungkapnya.
Meski demikian, di sela waktu kuliah, Roni tetap rutin meluangkan waktu untuk membantu sang ayah bertani. “Alhamdulillah bisa meringankan beban orang tua juga,” katanya. Ia juga sempat bergabung dengan organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) untuk waktu yang singkat.
Setelah resmi menyandang gelar sarjana, Roni telah menetapkan langkah selanjutnya: mewujudkan mimpinya menjadi guru. Ia berencana mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan.
“Insya Allah kalau diberikan umur panjang dan rezeki, saya mau melanjutkan pendidikan di PPG Prajabatan,” harapnya.
Terkait kondisi sosial ekonomi dan kesempatan kerja, Roni menyuarakan harapan bagi para sarjana dan masyarakat umum. Ia menyoroti minimnya lapangan pekerjaan yang layak di tengah banyaknya lulusan sarjana setiap tahun, khususnya di wilayah Bima.
Oleh karena itu, ia berharap agar pemerintah segera membuka lebih banyak lowongan pekerjaan yang layak untuk mengurangi tingginya angka pengangguran di Indonesia. (US)
Follow informasi Berita11.com di Google News











