(Ginanjar Gie)
Aku tak peduli tentang kisah
Aku tak peduli tentang cerita
Yang Aku pedulikan ialah tentang nyawa
Tentang Ruh Tuhan yang disemayamkan dalam setiap jiwa yang hidup di atas muka bumi.
Ironi abad tanpa adab
Mengorek sebab untuk melegalkan perilaku biadab
Dan kini peristiwanya telah melampaui bab-bab
Menyepelekan harga kehidupan demi terpuaskan hasrat iblis yang memohon kolab.
Kejam.
Setelah kau tusuk belalai selangkanganmu yang tajam
Dalam kenikmatan sang rahim
Kini kau tusuk istrimu dengan sajam.
Habis manis sepah kau buang
Tapi tidak untuk dibunuh
Meski setiap detik kau selalu memandikannya dengan uang
Bukan berarti kau bebas menebas mengikuti kemauan tubuh
Ketahuilah
Kekejaman fir’aun menghukum siapapun yang tidak mau mengakuinya sebagai Tuhan
Tapi ia tidak pernah dikisahkan bahwa ia menghukum apalagi membunuh istrinya.
Lihatlah kisahnya Aisyah binti Mujahim.
Bahkan Asiyah termasuk salah satu dari empat wanita yang dijamin masuk surga, bersama dengan Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad. Kisah keimanannya dan perjuangannya dalam menjaga keimanan di tengah suami yang zalim menjadi inspirasi bagi umat Islam.
Dan lihat juga kisah istri nabi Luth
Seorang wanita yang diazab olah Allah yaitu Walihah atau Walahah.
Apakah Nabi Luth membunuh istrinya?
Tidak…!!!!
Demi Allah Tidak…!!!!
Ia pasrahkan kepada Pemilik skenario untuk menuliskan kisah takdir istrinya dalam keabadian, meskipun sang istri telah ingkar pada pencipta dan Tuhan yang ia gaungkan Ketuhanannya dalam setiap fetak nafas dakwahnya, namun sebagai seorang suami. Ia tetap menuliskan nama istrinya dalam hatinya. Sebab bagaiamanapun, ia adalah wanita yang pernah ia tiduri dan wanita yang telah menjelajahi segala lekuk tubuh lahir dan bathinnya.
Sungguh kau pantas dikutuk.
Bukan karena Aku yang paling baik
Tapi perilakumu hari ini
Sungguh telah mencederai harkat dan martabat seorang suami di seluruh dunia.
Sebab 90% para suami di seluruh dunia akan merelakan kehidupannya disingkatkan demi memperpanjang umur istinya.
Tapi kau malah merebut hidup istrimu demi memuaskan hasrat kebinatangan yang menguasai akal sehatmu.
Terakhir.
Utang bukan untuk dipikirkan
Apalagi untuk dijadikan sebagai alasan untuk membunuh
Tapi utang harus dibayar
Dan selama pengutang menyanggupi untuk membayar
Maka segala delik dan pasal tidak mampu menjeratnya.
Tapi kau menjerat dirimu dengan cara menganiaya dan merebut paksa hak hidup istrimu.
#Kopi_kenangan
#Sastrawan_sesat