Tingkat Kehadiran Urutan 9 dari 10 Kota-Kabupaten, Dikes akui Program CKG di Kabupaten Bima tidak Dikawal Baik

M Farid. Foto US/ Berita11.com.
M Farid. Foto US/ Berita11.com.

Bima, Berita11.com— Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima menyebut tingkat kehadiran masyarakat yang memanfaatkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang menjadi salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto berada pada urutan 9 dari 10 kota dan kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sampai per 25 Juni 2025 lalu, dari 21 fasilitas kesehatan pertama atau Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kabupaten Bima, yang sudah diperiksa baru 1.430 orang dari total pendaftar 1.430 orang sejak program PKG/ CKG diluncurkan pemerintah pusat pada 13 Februari 2025 lalu.

Bacaan Lainnya

Ketua Tim Kerja Program dan Pelaporan Sub-Bagian Program dan Pelaporan Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, Muhammad Farid mengakui, tren kehadiran masyarakat di Puskesmas di wilayah Kabupaten Bima untuk mengikuti kegiatan CKG menurun. Bahkan berada pada urutan 9 dari 10 kota/ kabupaten di Provinsi NTB.

“Hasil evaluasi pelaksanaan CKG di Kabupaten Bima sedikit. Tren kurang lebih dua bulan terakhir ini ketika membandingkan kabupaten kota lain yang ada di Provinsi NTB. Dari evaluasi kemarin per tanggal 21 juni itu masih di urutan 9 dari 10 kota kabupaten dari jumlah ynag hadir. Artinya kita masih jauh dari harapan,” ujarnya kepada Berita11.com, kemarin.

BACA JUGA: Manfaatkan Program JKN, Syahru Jalani Operasi dengan Tenang

Ia menyebut, penyebab utama belum maksimalnya masyarakat memanfaatkan program CKG karena publikasi kegiatan yang belum masif. Faktor selanjutnya berkaitan demand, masyarakat belum merasakan program CKG sebagai sebuah kebutuhan. Selain itu terdapat pandangan dalam masyarakat yang khawatir diketahui penyakitnya.

“Mereka kadang-kadang sungkan mengetahui penyakit. Bahkan membuat mereka stres salah satu penyebabnya (tidak maksimalnya pemanfaatkan program CKG). Itu lari ke edukasi. Padahal ini sebenarnya untuk deteksi awal untuk kewaspadaan dini,” ujarnya.

“Jangan sampai mereka masuk level tinggi baru ribut-ribut harus rujuk (ke fasiltias lebih lanjut). Padahal di tahap ini, masih ada upaya untuk meminimalisasi televers selanjutnya. Itu yang saya lihat informmasi (tentang program CKG) itu belum secara masif,” ujarnya.

“Kemudian (penyebab) ketiga, kami di Kabupaten Bima masih merasakan evaluasi, belum berkala dilakukan karena puskesmas dengan kesibukan dan lain-lain, mana yang hadir saja. Karena tidak ada kehadiran itu mereka menganggap bahwa program ini (tidak maksimal), artinya program ini tidak dikawal dengan baik,” katanya.

Ia berharap Puskesmas mengingatkan kembali minat masyarakat mengikuti kegiatan CKG, mencari terobosan lain untuk mendorong agar angka kunjung CKG bisa lebih baik.

Farid juga meluruskan persepsi keliru dari sebagian petugas Puskesmas bahwa untuk mendapatkan pelayanan CKG/ PKG masyarakat harus menunggu tanggal ulang tahun.

“Sekarang itu tidak harus menunggu harus Ultah. Jadi semua (masyarakat) kita yang sempat silakan datang ke Puskesmas untuk CKG. Sekarang pemahaman sekarangnya harusnya didorong tidak harus menunggu ultah. Kalau menunggu ultah harusnya sudah di angka 50 persen, masa ultah orang desember semua,” ujarnya.

BACA JUGA: Tiada Hari tanpa Berbagi, Legislator Lima Periode Anggap Pengabdian sebagai Kebutuhan

Ia menyebut, capaian CKG di wilayah Kabupaten Bima masih di bawah 10 persen. “Angka di bawah 10 persen saya pikir ada yang tidak beres bahwa pemahaman ini ada yang keliru. Jadi masyarakat tidak harus menunggu ulang tahun, datang saja,” ujarnya.

Adapun terkait alat pemeriksaan yang tidak tersedia di Puskesmas, Farid mengaku belum belum mendapatkan laporan rigit dari Puskesmas.

“Tapi sebenarnya kami punya WAG agar Puskesmas itu menginformasikan kepada kami apa reagen yang tidak tersedia atau kosong, agar memenuhi sekian item CKG. Beberapa laporan tidak tertulis. Harapannya kami Puskesmas itu punya laporan tertulis soal ketersedian,” ujarnya.

Menurut Farid, pada awal tahun Puskesmas seharunya sudah memetakan kebutuhan reagen agar kegiatan CKG/ PKG tidak terhambat.

“Seharusnya di awal tahun sudah memetakan, dari sekian pemeriksaan itu reagen di Puskesmas yang tidak tersedia atau akan ada risiko kosong. Harapan kami kepala Puskesmas itu menyampaikan bahwa di bulan depan periksa karena reagennya mau kosong atau expired. Kami akan mendata kembali atau melakukan evaluasi kembali, evaluasi secara berkala setiap bulan,” isyaratnya. [B-19]

Follow informasi Berita11.com diGoogle News

Pendaftaran%20Maba%20UM%20Bima

Pos terkait