Bima, Berita11.com— Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengingatkan tren penurunan produksi beras yang selalu terjadi di akhir tahun.
Produksi beras nasional sepanjang Januari-September 2024 diprediksi lebih rendah 1,78 juta ton atau 6,81% dibandingkan periode sama tahun 2023. Sementara, konsumsi beras nasional di periode sama naik 230 ribu ton atau 1% menjadi 23,16 juta ton di Januari-September 2024 dibandingkan Januari-September 2023.
Hasilnya, neraca beras nasional periode Januari-September 2024 diproyeksikan mengalami defisit sampai 2,01 juta ton. Angka ini melonjak dari posisi defisit di tahun 2023 periode sama yang tercatat sebesar 1,78 juta ton. Setelah produksi beras nasional mencapai puncak April 2024 yang mencapai 5,31 juta ton, secara bertahap produksi mengalami penurunan. Hingga ke level terendah sampai saat ini, yaitu 2,06 juta ton beras di bulan Juni 2024.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima, Afifuddin menyebut, produksi gabah setara beras pada tahun 2023 di Kabupaten Bima sebanyak 145.000 ton, sehingga dapat dipastikan tidak terdampak neraca beras nasional diproyeksi defisit 2,01 juta ton.
“(Produksi) ini masih jauh di atas kebutuhan konsumsi beras Kabupaten Bima sebesar 63.000 ton per tahun,” ujar Afifuddin saat dihubungi melalui layanan media sosial whatshapp, Selasa (6/8/2024).
Menurut mantan Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bima ini, sejauh ini stimulus dari pemerintah belum mampu menahan petani untuk menanam tanaman selain padi, karena para petani tergoda memilih tanaman yang bisa memberikan hasil dan kesejahteraan secara cepat, seperti tanaman jagung, kacang tanah dan kacang kedelai.
“Kami hanya bisa menyediakan bibit, pupuk berdasarkan bantuan dari Kementerian Pertanian (pemerintah pusat). Untuk stok beras masih cukup,” ujar pejabat yang akrab disapa Papi ini.
Kendati demikian, Distambun Kabupaten Bima tetap mengantispasi potensi menurunya jumlah produksi padi setiap tahun. “Prioritas kita sewkarang adalah menahan laju penurunan luas panen sambil di sisi lain tetap beruapaya meningkatkan IP (indeks pertanaman),” jelas Afifuddin.
Merujuk data Distambun Kabupaten Bima, persediaan beras untuk konsumsi 18 kecamatan di Kabupaten Bima pada tahun 2022 lalu tercatat sebanyak 127.710 ton, sedangkan persediaan dalam bentuk gabah kering giling (GKG) 130.986 ton, dari total luas areal panen 49.220 hektar. Adapun produksi GKG pada tahun tersebut tercatat 245.323.
Jumlah produksi padi sawah 18 kecamatan di Kabupaten Bima pada tahun 2022 tercatat 238.565 ton dari luas panen padi sawah 47.026 hektar, sedangkan total produksi padi ladang pada tahun yang sama 6.760 ton dari luas panen padi ladang 18 kecamatan di Kabupaten Bima seluas 2.194 hektar.
Pada tahun 2023, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Distanbun Kabupaten Bima, Chairul Munir menyebut, produksi padi tiga tahun terakhir di Kabupaten Bima menurun drastis. Per tahun hanya mampu produksi sekitar 2-3 ribu ton gabah kering giling (GKG). Berbeda dibandingkan tahun-tahun mampu mencapai 60 ribu ton per tahun.
Chairul mengatakan, alih fungsi lahan tanam hampir merata dilakukan petani pada semua kecamatan. Namun terbanyak ditemukan di lahan pertanian Kecamatan Bolo, Kecamatan Madapangga, Kecamatan Sape, Kecamatan Monta hingga Kecamatan Ambalawi.
Umunya petani termotivasi menaman tanam jagung, karena hasilnya menjanjikan daripada padi. Jika trend peralihan lahan tanam ini terus berlanjut hingga 10 tahun mendatang, Kabupaten Bima dikhawatirkan akan mengalami krisis pangan. Stok beras akan terganggu, sehingga memaksa pemerintah mendatangkan beras dari daerah lain. [B-22/B-19]
Follow informasi Berita11.com di Google News