Dari Petani ke Sarjana Terbaik: Kisah Agustina, Si Anak Desa yang Melangkah Jauh Berkat KIP Kuliah

Agustina. Foto US/ Berita11.com.
Agustina. Foto US/ Berita11.com.

Mimpi untuk mengangkat derajat keluarga sering kali menjadi bahan bakar paling kuat bagi seorang anak. Bagi Agustina, mimpi itu kini selangkah lagi terwujud. Gadis sederhana dari Desa Pela, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, ini baru saja dinobatkan sebagai lulusan terbaik dari Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi (PTI) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima.

Di tengah kesibukan persiapan wisudanya yang akan digelar 1 November 2025 mendatang, Agustina mengenang kembali perjalanan panjangnya. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Heri Amalik, seorang petani, dan Siti Nur, seorang ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi yang pas-pasan membuat Agustina bertekad untuk mandiri sejak dini.

Setelah lulus dari SMAN 1 Monta pada 2021, Agustina sempat tak menyangka dirinya akan menjadi calon guru. Profesi ini tak pernah terlintas di benaknya, sampai sang abang menyarankan agar ia mengambil studi di STKIP Taman Siswa Bima. Meskipun saran itu datang dari orang lain, ia memilih prodi yang paling ia cintai: Pendidikan Teknologi Informasi.

BACA JUGA:  Tanpa Uang Sepeser pun, Putra Nelayan Lulus jadi Anggota Polri dari Jalur Proaktif

“Saya menyukai dunia IT,” ujarnya. Pilihan ini membuatnya nyaman menekuni ilmu, meski tujuannya kini bergeser—ia mantap ingin menjadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) agar bisa membahagiakan orang tua.

Jalan menuju kelulusan pun tidak mudah. Agustina merasa sangat terbantu oleh campur tangan pemerintah melalui program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Bantuan inilah yang membebaskannya dari beban biaya pendidikan. Sebagai balasan atas kesempatan tersebut, ia berupaya keras agar tidak menjadi beban finansial bagi keluarganya.

“Selama kuliah saya coba cari kerja sampingan. Apa saja saya lakukan untuk bisa mandiri,” katanya. Tekadnya kuat. Dari tahun 2023 hingga 2025, ia sempat bekerja sebagai petugas sensus mitra Badan Pusat Statistik (BPS). “Hilangkan gengsi. Manfaatkan waktu dengan baik-baiknya untuk investasi masa depan,” pesannya penuh makna.

 

Melampaui Batas Diri di PMM

Pengalaman berharga tak hanya ia dapatkan di bangku kuliah. Selama menuntut ilmu, Agustina aktif mengikuti program di luar kampus. Ia pernah menjadi peserta Kampus Mengajar di SDN Pandai, Kecamatan Woha. Namun, pengalaman yang paling mengubah hidupnya adalah saat mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas Slamet Riadi Surakarta.

BACA JUGA:  Kisah Buruh Pelabuhan Bima yang Sukses Raih Predikat Cumlaude, Pernah jadi Pemain Liga III di Jawa

“Pada awalnya saya adalah pribadi yang introvert,” aku Agustina saat ditemui di STKIP Taman Siswa Bima, Jumat (24/10/2025) lalu. Namun, berkat PMM, pribadinya perlahan berbalik. “Saya jadi ekstrovert,” tambahnya.

Di Surakarta, ia tak hanya bertemu teman-teman baru dan mengenal budaya Jawa yang berbeda dari tanah asalnya di Bima, tetapi juga berkesempatan mengunjungi berbagai tempat bersejarah. Pengalaman ini, menurutnya, sangat mendukung pengembangan potensi dalam dirinya.

Setelah resmi menyandang gelar sarjana, langkah Agustina sudah terencana dengan matang. Ia bertekad melanjutkan pendidikan dengan mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan di Nusa Tenggara Barat. Cita-citanya tunggal: menjadi guru PNS.

“Karena dengan menjadi PNS, saya yakin dapat mengangkat derajat kedua orang tua saya,” pungkasnya, memancarkan optimisme seorang anak desa yang siap mengukir masa depannya sendiri. [B-31]

Follow informasi Berita11.com di Google News

 

 

Pos terkait