Kisah perjuangan Nofitasari, calon wisudawati terbaik dari Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP Taman Siswa Bima, adalah cerminan ketangguhan. Dibesarkan oleh seorang ibu tunggal (single parent), Nofitasari berhasil meraih IPK membanggakan 3,93 dan akan disahkan sebagai sarjana pada 1 November 2025.
Perempuan kelahiran Bekasi, 14 Maret 2004 ini, berasal dari Desa Rada, Kecamatan Bolo. Ia mengakui, masa kuliah penuh dengan tantangan, terutama di awal-awal perkuliahan.
Perjuangan di Garis Depan Bersama Mama
Dengan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, Nofitasari mengalami kesulitan finansial yang cukup berat. Ia mengenang sering telat membayar biaya kuliah, bahkan baru bisa melunasinya menjelang Ujian Akhir Semester (UAS). Untuk transportasi, ia harus nebeng dengan teman sekampung hingga semester empat, sebelum sang ibu akhirnya mampu membelikan sepeda motor.
Bagi Nofitasari, sang ibu (Johan) adalah wanita tangguh dan kuat yang membesarkan dan mendidiknya dengan penuh cinta. “Mama yang menjadi garda terdepan segala hal yang saya butuhkan,” tuturnya penuh rasa syukur.
Kebanggaan keluarga Nofitasari kian lengkap, sebab kakak kandungnya juga merupakan alumni Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Taman Siswa Bima yang pernah menjadi wisudawan terbaik di kampus yang sama.

Menaklukkan Rasa Introvert Melalui IMM
Awalnya, Nofitasari yang cenderung introvert bertekad hanya fokus pada kuliah dan belajar, menghindari organisasi kampus. Namun, pada semester tiga, pandangannya berubah. Ia memutuskan bergabung dengan organisasi eksternal kampus, yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
“Dari mengikuti organisasi tersebut sedikit demi sedikit saya bisa bersuara, tampil, dan tidak terlalu takut maupun menutup diri dari banyak orang,” kenangnya.
Keterlibatan aktifnya di IMM menorehkan jejak kepemimpinan. Ia diamanahkan menjadi Ketua Bidang Kader (2023-2024). Kemudian Sekretaris Umum (2024-2025).
Selain IMM, pengalaman berkesan lain adalah mengikuti program Kampus Mengajar Angkatan 5. Di sana, ia belajar banyak hal baru, mendapatkan “keluarga baru,” serta sambutan hangat dari murid dan guru-guru.
Jatuh Cinta pada Kisah-Kisah Masa Lalu
Meskipun minat awal Nofitasari adalah pada Pendidikan Agama Islam, ia akhirnya memilih Prodi Pendidikan Sejarah di STKIP Taman Siswa Bima karena keterbatasan kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan kuliah di luar Bima.
“Mengapa harus Sejarah, kerena saya suka tentang yang berhubungan dengan kisah-kisah atau cerita-cerita,” ungkap Nofitasari, menjelaskan alasan di balik pilihan jurusannya yang unik.
Linear dengan pendidikan keguruan yang ia tempuh, Nofitasari sudah memantapkan hati untuk menjadi seorang guru. Impian terbesarnya adalah menjadi guru PNS, dan ia berencana mempersiapkan diri secara maksimal untuk mengikuti tes CPNS.
Nofitasari juga menyampaikan harapannya kepada pemerintah. Menurutnya, pemerintah perlu menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan keadilan sosial dan kelestarian lingkungan.
Ia juga berharap pemerintah dapat membuka lebih banyak kesempatan kerja dan usaha yang merata bagi lulusan baru seperti dirinya dan masyarakat umum. (US)
Follow informasi Berita11.com di Google News











