Bimaku Negeri Berkalang Sampah

Ilustrasi.
Ilustrasi.

Di tanah tempat ombak dulu bercerita,

Bacaan Lainnya

Laut Bima kini bisu, ditutup kantong belanja,

Karang pun mengeluh dalam diamnya luka,

Tertusuk plastik, tertimbun sisa dunia fana.

Di pinggir kubur, bunga tak lagi harum,

Digantikan bau busuk dari limbah yang tertimbun,

Nisan tua dikelilingi botol dan kaleng,

Apakah ini cara kita mengenang yang telah pergi?

Anak-anak bermain di sungai yang hitam,

Airnya membawa racun, bukan harapan,

Ikan-ikan pergi, burung-burung pun jarang,

Tapi kantor tetap bersih—ber-AC dan tenang.

BACA JUGA: Enam Kawasan Prioritas Pengembangan Pariwisata Kabupaten Bima

Wahai pemangku kuasa yang duduk di singgasana,

Apakah matamu tak sampai ke pinggiran desa?

Atau telingamu disumpal janji proyek semata,

Sampai bau sampah pun kau anggap aroma biasa?

Dan kalian yang berteriak lantang anti perubahan,

Menolak bersih, menolak tanam, menolak gerakan,

Kalian diam saat bumi memanggil,

Tapi paling lantang saat sampah dibersihkan orang lain.

Kabupaten Bima, bukan milik pelupa,

Ia rumah bagi mereka yang peduli dan menjaga,

Tapi selagi kita acuh dan sibuk menyalahkan,

Sampah tak akan hilang—ia justru tumbuh dari kebisuan (*)

Pantai Utara, 12 Mei 2025

Pos terkait