Puluhan Warga di Kabupaten Bima Diserang Campak

Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bima, Berita11.com— Puluhan warga di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) diserang campak sebulan terakhir. Tidak hanya Balita, penyakit sangat menular itu juga menyerang dewasa.

Warga Kabupaten Bima, Arfah menuturkan, umumnya gejala awal campak yang muncul batuk kering hingga suhu badan tinggi. “Sebagian besar anak-anak dan ternyata kena yang dewasa juga,” ujar warga Desa Bajo Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima itu, Sabtu (6/5/2023).

Wanita paruh baya yang juga memiliki kemampuan melakukan pengobatan campak melalui nonmedis ini juga mengatakan, lebih dari lima anak yang terserang campak datang berobat kepadanya dan dirinya menyarankan agar pasiennya menghindari untuk mandi saat suhu badan tinggi atau saat virus penyebab penyakit campak sedang inkubasi dan menggunakan bedak serta bahan-bahan yang wangi.

Khusus di Desa Bajo Kecamatan Soromandi saja, lebih dari tujuh orang menderita penyakit campak dan rata-rata sembuh setelah 5-7 hari. Umumnya setelah empat hari panas tinggi dan batuk kering, sekujur tubuh penderita campak dipenuhi ruam merah.

Campak biasa disebut oleh masyarakat Bima-Dompu sebagai penyakit “karena” dan biasa diobati dengan obat tradisional Bima-Dompu, lo’i kawaro, lo’I keta. Sebuah obat yang dibuat dari tumbukan beras dan beberapa bahan lain yang dikeringkan. Sebagian besar warga yang menderita campak tidak dibawa berobat ke Puskesmas atau rumah sakit, karena belum ada obat khusus dari penyakit campak, kecuali untuk mendapatkan obat penurunan panas seperti paracetamol.

Warga Desa Talabiu Kecamatan Woha Kabupaten Bima, Nurfafliana mengaku panik saat putrinya menderita panas tinggi disertai batuk. Dia trauma atas peristiwa anak di desa setempat yang masih duduk di bangku sekolah dasar meninggal dunia setelah positif terjangkit demam berdarah dengue (DBD), sehingga dirinya lekas membawa putrinya untuk opname di Puskesmas Woha. Namun oleh petugas setempat ditolak karena putrinya menderita campak.

Putrinya itu kemudian dirawat di rumah hingga sembuh dari campak setelah tujuh hari dan meninggalkan bekas bintik hitam usai muncul ruam merah.

Sebelum itu, dokter pratik umum di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, dr Jatmiko mengaku, pasiennya didominasi anak dengan gejala campak yang ditandai batuk kering dan demam tinggi serta bintik-bintik merah.

Kepala Bidang Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, Alamsyah hanya menjawab salam ketika dikonfirmasi Berita11.com dan tidak menjawab pertanyaan terkait sebaran penyakit campak di Kabupaten Bima saat dikonfirmasi.

Informasi yang diperoleh Berita11.com, sebaran campak tidak hanya terjadi di Kabupaten Bima, namun juga menyerang sejumlah warga di Kota Bima terutama yang dalam kondisi imum lemah.

Sumber Berita11.com di Kota Bima, mengaku dia dan keluarganya diserang campak hingga mengalami ruam merah di sekujur tubuh setelah batuk dan demam tinggi.

Kemenkes Tetapkan KLB Campak

Kasus campak kembali meningkat di Tanah Air. Kejadian ini pun ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa wilayah.

BACA JUGA: Sasar Hotel dan Pasar, Kapolres Dompu Imbau Lapor jika Ada Tukang Palak minta Jatah

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini sudah ada 53 KLB Campak di 34 kabupaten/kota.

“Saat ini sudah ada 53 KLB campak di 34 kabupaten/kota di 12 provinsi, yang sudah menetapkan level kabupaten/kota atau provinsinya,” kata Nadia Selasa (10/1/2023) lalu, dikutip dari Kompas.com, Senin (8/5/2023).

KLB itu tersebar dari Pulau Sumatera hingga Provinsi Papua.

Nadia menyatakan, wilayah bisa dinyatakan dan ditetapkan sebagai KLB bila memiliki minimal 5 kasus campak.

Menurut dia, kasus campak terjadi karena imunisasi saat pandemi menurun.

“Hal ini tentunya karena ada kasus campak dan umumnya karena selama pandemi cakupan campak yang rendah,” ujar Nadia.

Untuk mengejar capaian vaksinasi, kata Nadia, pihaknya telah melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Rangkaian BIAN ini sudah terlaksana agar Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) untuk anak terpenuhi.

Ke depan, Kemenkes bakal melakukan imunisasi kejar di wilayah-wilayah dengan kasus campak yang meningkat. “Untuk vaksinasi, sudah ada kemarin BIAN yang merupakan (program) kejar imunisasi. (Kalau untuk) daerah, (imunisasi) kejar campak segera,” ujar Nadia.

Beberapa wilayah di Sumatera Barat yang telah menetapkan KLB campak adalah Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Pasaman Barat, Kabupaten Solok, dan Kota Padang, Kota Sawah Lunto, dan Kota Padang Panjang.

Lalu, di Provinsi Riau, KLB campak ditetapkan di Kota Pekanbaru, dan Kota Dumai. Adapun di Provinsi Aceh, KLB ditetapkan di Kabupaten Bireun. Selanjutnya, di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kota Sibolga, Kota Medan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Baru Barat, dan Kabupaten Serdang Bedagai. Di Provinsi Jambi yaitu Bungo dan Tanjab Barat. Kemudian, Provinsi Jawa Barat yakni Bogor, Bandung Bekasi. Provinsi Banten yaitu Kota Serang, Kabupaten Serang, Lebak, dan Pandeglang.

Provinsi Jawa Tengah yaitu Sukoharjo dan Boyolali. Provinsi Kalimantan Utara yakni Nunukan. Provinsi Jawa Timur yakni Kota Batu, Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Bangkalan. Adapun di Provinsi NTT yaitu Kabupaten Sumba Timur, dan Provinsi Papua yaitu Kabupaten Mimika. Berdasarkan sebarannya, beberapa wilayah sudah menetapkan KLB Campak hingga dua kali, bahkan Kota Padang sudah 7 kali. Data ini diterima pemerintah pusat per tanggal 7 Januari 2023.

Virus Penyebab Campak

Dikutip dari Alodokter, Campak atau measles adalah penyakit akibat infeksi virus yang ditandai dengan demam, sakit tenggorokan, dan ruam di seluruh tubuh. Infeksi campak berawal dari saluran pernapasan yang kemudian menular melalui percikan air liur.

Gejala awal campak adalah sakit tenggorokan, mata berair dan kemerahan (konjungtivitis), dan bintik putih di dalam mulut. Ruam yang muncul mulanya berupa bintik-bintik merah kecil, kemudian menyatu hingga ukurannya tampak lebih besar.

Meskipun mirip, gejala campak berbeda dengan gejala rubella. Pada campak, ruam bisa bertahan selama 5–7 hari, sedangkan ruam rubella hanya bertahan selama 1–3 hari. Kedua penyakit tersebut bisa dicegah dengan melakukan vaksin MMR.

BACA JUGA: Lima Rekomendasi untuk Menguatkan Agensi Perempuan dalam Lingkaran Eksteremisme Kekerasan

Umumnya, penderita campak dengan daya tahan tubuh yang baik bisa sembuh tanpa pengobatan. Namun, pada penderita yang memiliki daya tahan tubuh rendah atau mengalami malnutrisi, campak bisa menimbulkan komplikasi serius, seperti:

1. Dehidrasi akibat diare dan muntah

2. Infeksi telinga

3. Radang paru-paru (pneumonia)

4. Radang otak (ensefalitis)

5. Buta

Komplikasi campak yang berat tersebut juga lebih sering terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Jika diderita ibu hamil, campak dapat menimbulkan komplikasi kehamilan, seperti bayi lahir prematur hingga meninggal dalam kandungan.

Penyebab dan Gejala Campak

Campak disebabkan oleh infeksi virus dari famili Paramyxovirus. Virus ini menular melalui percikan air liur saat penderitanya bersin, batuk, atau berbicara. Penularan virus ini juga dapat terjadi ketika seseorang menyentuh hidung atau mulut setelah memegang permukaan benda yang terkena percikan liur.

Beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena campak adalah belum menerima vaksin campak atau vaksin MMR, atau tinggal bersama maupun merawat seseorang yang terkena campak

Umumnya, gejala campak akan muncul 10–14 hari setelah seseorang tertular virus penyebab penyakit ini. Awalnya, campak dapat menimbulkan gejala berupa: demam, pilek, pegal linu, lemas, hidung tersumbat, diare.

Setelah itu, ruam muncul mulai dari wajah dan leher, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Ruam tersebut awalnya kecil seperti biang keringat, kemudian menyatu dan membentuk ruam lebih besar.

Diagnosis Campak

Dokter dapat menentukan pasien menderita campak dengan menanyakan gejala dan memeriksa karakteristik ruam pada kulitnya. Namun, pada beberapa kasus, dokter perlu melakukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis, yaitu:

1. Tes darah, untuk memeriksa antibodi terhadap virus campak

2. Tes PCR melalui swab tenggorokan dan hidung, untuk mendeteksi virus campak

3. Tes urine, yang juga untuk mendeteksi virus campak

Pengobatan dan Pencegahan Campak

Campak dapat sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Namun, untuk membantu meredakan gejala, penderita disarankan untuk melakukan upaya-upaya berikut:

1. Banyak minum air putih

2. Minum obat pereda demam, seperti paracetamol atau ibuprofen

3. Beristirahat yang cukup

4. Mengonsumsi suplemen vitamin A, sesuai saran dokter

Campak dapat dicegah dengan pemberian vaksin campak dan dilanjutkan dengan vaksin MMR, yaitu vaksin gabungan untuk campak, gondongan, dan rubella. Pemberian vaksinasi tersebut harus sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh dokter.

Penderita campak disarankan untuk tetap di rumah sampai gejala mereda guna mencegah penularan penyakit, minimal hingga 4 hari setelah ruam muncul.

Selain itu, penderita campak dan orang yang merawatnya disarakan untuk tidak berbagi alat makan, rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta membersihkan perabotan rumah dengan desinfektan. [B-19/B-22]

Follow informasi Berita11.com di Google News

Pos terkait