Bima, Berita11.com— Sebanyak 498 titik panas (hotspot) pembakaran hutan dan lahan (Karhutla) termonitor di wilayah Kabupaten Bima sepanjang Januari hingga Juni 2024 atau selama satu semester.
Hal tersebut terungkap dalam rapat koordinasi (Rakor) kerja sama antarlembaga dalam menghadapi bencana hidrometeorologi (kekeringan dan Karhutla) yang digelar di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima, Rabu (17/7/2024) lalu.
Sekretaris BPBD Kabupaten Bima, Ramlah mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima melalui BPBD setempat sengaja menggelar Rakor untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologis di wilayah Kabupaten Bima.
“Mengingatkan kondisi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi saat ini bisa kita lihat model kebakaran, pola sosial masyarakat bisa kita carikan solusi, mulai dari antisipasi hingga pusat informasi terpadu agar kejadian kebakaran hutan dan lahan ini tidak menjadi sebuah bencana,” ujar Ramlah.
Ia menjelaskan, Rakor juga sebagai upaya terpadu menghadapi ancaman Karhutla yang kerap melanda wilayah Kabupaten Bima, terutama saat musim kemarau sebagaimana saat ini.
“Kami dari BPBD sudah melakukan penanganan kekeringan dengan mensuplai air bersih di beberapa kecamatan yang dampak kekeringan,” ujarnya.
Perwakilan Stasiun Meteorologi (Stamet) Sultan Muhammad Salahuddin/ BMKG Bima, Supriyadi mengatakan, saat ini terjadi perubahan pola curah hujan. Selain itu, suhu udara meningkat dan cenderung terjadi peningkatan titik panas (hotspot) di sejumlah wilayah rawan Karhutla.
“Pemahaman mendalam terhadap dinamika cuaca yang tidak stabil tersebut, sebagai dasar untuk mengembangkan strategi penanggulangan yang efektif dan proaktif. Data BMKG dan data klimatologi global menunjukkan bahwa ada 498 titik panas di Kabupaten Bima,” ujar dia.
Menurut Supriyadi, kolaborasi antara BMKG dan sejumlah lembaga terkait dan pemerintah daerah akan menjadi pondasi kuat bagi peringatan dini (early warning system) yang lebih efektif. “Kolaborasi ini akan memperkuat sistem peringatan dini, memantau perubahan cuaca secara realtime,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima, Arif Rahman menyebut, selain berdampak terhadap kebutuhan konsumsi air bersih warga, bencana kekeringan juga berdampak terhadap lahan pertanian di Kabupaten Bima. Tercatat 24 hektar lahan pertanian di Desa Sanolo dan 50 hektar lahan pertanian di Desa Sondosia Kecamatan Bolo terdampak bencana kekeringan.
“Kami juga telah melakukan upaya dengan memberikan pompa air,” katanya.
Perwakilan Dinas Sosial Kabupaten Bima Misrah mengatakan, Dinas Sosial siap bekerja sama membantu BPBD sebagai koordinator penangan bencana hidrometeorologis di Kabupaten Bima, termasuk tenaga pendukung seperti pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) dan armada mobil tangki air milik Dinas Sosial.
“Efek dari kekeringan beberapa hari yang lalu ada reaksi masyarakat di Desa Kalampa yang melakukan aksi unjuk rasa. Sebenarnya di Desa Kalampa itu ada tiga sumur bor kanada, akan tetapi debit airnya kurang dari standar, karena salah lokasi bor mereka itu pilih lokasi di kaki gunung,” ujarnya.
Hal yang sama juga disampaikan Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bima, Abdi. Ia menyampaikan Satuan Pol PP hingga Seksi Trantib di Kecamatan siap mendukung penuh upaya pencegahan dan penanganan Karhutla di Kabupaten Bima.
“Kami siap mengerahkan personel Satpol PP, baik yang ada di Mako maupun di kecamatan untuk membantu serta mendukung langkah-langkah preventif,” kata Abdi.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Satuan Sabhara Kepolisian Resor Bima, Inspektur Satu Muhtar mengatakan, berkaitan Karhutla Polres Bima dan jajaran mendapat teguran keras dari Polda NTB dan Mabes Polri, karena terdapat banyak titik panas ynag dapat dipantau langsung dari Mabes Polri.
“Kami sangat membutuhkan koordinasi dari semua jajaran, karena kami juga mempunyai Bhabinkamtibmas dan dibantu oleh Babinsa untuk menangani setiap upaya pencegahan dan penanganan Karhutla,” kata Muhtar.
Berkaitan dampak kekeringan, Polres Bima sudah melakukan penanganan dengan mendroping air bersih hingga lima kali sehari.
Perwakilan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Kabupaten Bima, Amiruddin mengatakan, kebakaran hutan akibat dari ulah manusia yang sengaja membakar lahan paska masa panen jagun.
Ia menyebut wilayah yang berdampak kekeringan di Kabupaten Bima tersebar pada sejumlah kecamatan, antara lain Kecamatan Donggo, Kecamatan Woha dan Kecamatan Palibelo. “Kami juga sudah siap mendistribusikan air bersih,” ujar mantan aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ini.
Sementara itu, perwakilan Orari Bima, Rosita Chandra menekankan upaya mencegah Karhutlan. “Jangan hanya penanganan saja dilakukan. Koordinasi perlu dilakukan kapan bisa dilakukan, terutama kaitan dengan Orari,” ujar pegiat sosial yang juga aktivis perempuan dari Rumah Solud ini. [B-19/B-22]
Follow informasi Berita11.com di Google News