Jakarta, Berita11.com— Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini ambruk ke level terburuk sepanjang sejarah, mengalami momen yang sulit seperti 1998 dan 2008. Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS ambles pada Jumat pagi (28/2/2025).
Hal tesebut seiring penguatan dolar AS yang dipicu meningkatnya kekhawatiran terhadap eskalasi perang dagang global. Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.14 WIB di pasar spot exchange, rupiah anjlok 106 poin (0,64%) ke level Rp 16.300,5 per dolar AS. Pada perdagangan Kamis (27/2/2025), mata uang rupiah sempat tersungkur 73 poin (0,45%) berada di level Rp 16.454 per dolar AS
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah semakin besar seiring dengan kaburnya modal asing dari pasar keuangan domestik. Bank Indonesia (BI) mencatat, dalam periode 24-27 Februari 2025, investor asing mencatatkan jual neto sebesar Rp 10,33 triliun.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per hari ini Jumat (28/2/2025) mengalami kondisi yang mengkhawatirkan.
IHSG terpantau turun 1,51% ke level 6.387,73. Sementara, mata uang garuda pagi ini juga dikethui melemah pada perdagangan pasar spot.
Hingga kini sekitar 338 saham turun, 114 naik dan 148 tidak berubah. Adapun nilai transaksinya mencapai Rp 1,98 triliun yang melibatkan 1,79 miliar saham dalam 148.010 kali transaksi.
Pada Kamis (27/2/2025), rupiah ditutup di level Rp16.445 per dolar AS. Kemudian pada Jumat (28/2) pagi, rupiah kembali melemah hingga dibuka di level Rp16.520 per dolar AS.
Dolar AS bertahan di dekat level tertingginya dalam beberapa pekan terhadap mata uang mitra dagang utamanya. Tekanan tambahan datang dari aksi jual besar-besaran pada saham teknologi, terutama Nvidia dan saham raksasa teknologi lainnya yang dikenal sebagai ‘Magnificent Seven’ di Wall Street. Investor bereaksi negatif terhadap laporan keuangan terbaru Nvidia, yang dirilis sehari sebelumnya.
Ekonom Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai pelemahan rupiah seiring dengan lonjakan volatilitas yang disertai aksi ambil untung investor seiring dengan penerapan kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menaikkan tarif barang impor dari Kanada, Meksiko, dan Tiongkok sejak awal 25 Maret.
Krisis Ekonomi Asia atau Krisis Moneter pada 1997/1998 bermula dari krisis mata uang di beberapa negara Asia, seperti Thailand.
Rupiah dalam kondisi krisis beberapa tahun silam
Krisis 1997/1998 bermula dari Thailand yang meninggalkan kebijakan nilai tukar tetapnya (fixed exchange rate) terhadap dolar AS pada Juli 1997.
Kebijakan tersebut membuat banyak perusahaan menjadi gagal bayar karena nilai mata uang yang melemah. Krisis menjalar ke negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia dan dengan cepat menggoyang perekonomian nasional yang fondasi ekonominya rapuh.
Fondasi ekonomi Indonesia dinilai keropos karena sistem perbankan yang buruk serta besarnya utang dalam dollar AS.
Krisis menjatuhkan nilai tukar rupiah dari Rp4.650/US$ pada akhir 1997 menjadi Rp7.300/US$ pada akhir November 1998. Bahkan rupiah di pertengahan 1998, sempat anjlok hingga ke level Rp16.800/US$.
Secara performa tahunan, rupiah terpuruk 128,72% pada 1997 dan anjlok 44,44% pada 1998.
Penurunan tajam pun kembali terjadi pada 2008 yakni saat masa Krisis Finansial Global yang dipicu oleh masalah keuangan serius di sejumlah perbankan global atau akibat masalah yang dikenal dengan istilah subprime mortgage. Rupiah saat itu melemahnya juga sangat dalam dari kisaran Rp9.000/US$ pada Januari 2008 merosot hingga ke atas Rp12.000/US$ pada akhir tahunnya, meski tak menyentuh level Rp16.000/US$.
Kendati terpuruk, namun posisi mata uang Garuda tidak seburuk saat 1998 di mana pada saat itu, kondisi struktur perekonomian Indonesia cukup rentan.
Selanjutnya saat tahun taper tantrum yakni di awal 2013, rupiah berada pada level Rp9.630/US$ dan ditutup akhir tahun berada pada level Rp12.160/US$.
Perkembangan Nilai Tukar 24 – 28 Februari 2025
Pada akhir hari Kamis, 27 Februari 2025
1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.445 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 6,88%.
3. DXY[1] menguat ke level 107,24.
4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke 4,260%.
[1] DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF).
[2] UST atau US Treasury Note merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.
Pada pagi hari Jumat, 28 Februari 2025
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp16.520 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun naik ke 6,93%.
Aliran Modal Asing (Minggu IV Februari 2025)
1. Premi CDS Indonesia 5 tahun per 27 Februari 2025 sebesar 75,13 bps, naik dibanding dengan 21 Februari 2025 sebesar 70,34 bps.
2. Berdasarkan data transaksi 24 – 27 Februari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp10,33 triliun. Terdiri dari jual neto sebesar Rp7,31 triliun di pasar saham, Rp1,24 triliun di pasar SBN. Dan Rp1,78 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
3. Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen s.d. 27 Februari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp15,47 triliun di pasar saham. Lalu beli neto sebesar Rp12,86 triliun di pasar SBN dan Rp7,67 triliun di SRBI.