Pertahankan BI Rate 6,25%, Bank Indonesia sebut Net Inflows hingga Juni 4,0 Miliar Dolar AS

Ilustrasi tren Fed Rate dan BI Rate di 2024.
Ilustrasi tren Fed Rate dan BI Rate di 2024.

Dari faktor domestik, tekanan pada Rupiah juga disebabkan oleh kenaikan permintaan valas oleh korporasi, termasuk untuk repatriasi dividen, serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan. Dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah melemah 5,92% dari level akhir Desember 2023, lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan  Won Korea, Baht Thailand, Peso Meksiko, Real Brazil, dan Yen Jepang masing-masing sebesar 6,78%, 6,92%, 7,89%, 10,63%, dan 10,78%.

Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan akan bergerak stabil sesuai dengan komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar Rupiah, serta didukung oleh aliran masuk modal asing, menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

Bacaan Lainnya

Dia mengatakan, Bank Indonesia terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter termasuk peningkatan intervensi di pasar valas serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI. Bank Indonesia memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.

BACA JUGA:  Pemkot Bima ikut Rakor Pengendalian Infasi, Mendagri Tekankan Kepala Daerah Rutin Monitor Pertumbuhan Ekonomi

Inflasi menurun dan tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2024 tercatat 2,84% (yoy), lebih rendah dari inflasi pada April 2024 sebesar 3,00% (yoy). Perkembangan ini dipengaruhi oleh inflasi inti dan inflasi administered prices (AP) yang rendah masing-masing sebesar 1,93% (yoy) dan 1,52% (yoy). Sementara itu, inflasi volatile food (VF) menurun dari 9,63% (yoy) menjadi sebesar 8,14% (yoy) sejalan dengan meningkatnya produksi komoditas pangan dipengaruhi masih berlangsungnya musim panen, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi oleh Bank Indonesia dan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Bank Indonesia meyakini inflasi IHK 2024 tetap terkendali dalam sasarannya. Inflasi inti diprakirakan terjaga seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas perekonomian yang masih besar, dan dapat merespons permintaan domestik, imported inflation yang terkendali sejalan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah Bank Indonesia, serta dampak positif berkembangnya digitalisasi.

Inflasi VF diprakirakan menurun didukung oleh sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah. “Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan moneter pro-stability dan meningkatkan sinergi kebijakan dengan Pemerintah Pusat-Daerah sehingga inflasi tahun 2024 dan 2025 terkendali dalam sasaran 2,5±1%,” ujar dia.

Untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dan tercapainya sasaran inflasi, Bank Indonesia terus mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro-market, yaitu SRBI, SVBI, dan SUVBI. Kebijakan ini juga dimaksudkan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri.

BACA JUGA:  Kunjungi Bali, Dubes Australia Jajaki Kerja Sama Pendidikan Tinggi, Ekraf dan Digital

Hingga 14 Juni 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp666,53 triliun, 2.301,50 j​uta dolar AS, dan 395 juta dolar AS. Penerbitan SRBI telah menarik aliran masuk asing ke dalam negeri, tecermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp179,86 triliun (26,98% dari total outstanding).

“Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil, dan didukung kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat, untuk mendorong berlanjutnya aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik,” katanya.

Transmisi kebijakan moneter berjalan dengan baik. Suku bunga pasar uang (IndONIA) tetap bergerak dalam kisaran BI-Rate, yaitu 6,09% pada 19 Juni 2024. Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan pada tanggal 14 Juni 2024 tercatat menarik masing-masing pada level 7,16%, 7,28%, dan 7,35%, sehingga mendukung efektivitas SRBI sebagai instrumen pro-market dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.

Sementara itu, suku bunga perbankan tetap terjaga, dipengaruhi oleh likuiditas perbankan yang memadai sejalan dengan bauran kebijakan Bank Indonesia serta dampak kebijakan transparansi SBDK yang membuat efisiensi suku bunga perbankan terjaga.

Pos terkait