Menyusuri Aliran Sungai: Mengapa Kota Bima Terus Terkena Banjir?

Luapan banjir di Kota Bima beberapa hari lalu. Foto Ilustrasi.
Luapan banjir di Kota Bima beberapa hari lalu. Foto Ilustrasi.

Oleh : Surya TD Putra

Bacaan Lainnya
Iklan%20tamsis

Salinan%20dari%20Salinan%20dari%20Salinan%20dari%20Emas%20dan%20Hitam%20Geometris%20Selamat%20Har 20250329 105626 0000

Banjir yang melanda Kota Bima pada tanggal 24 Desember 2024 disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor meteorologis, klimatologis, dan lingkungan. Berikut adalah penjelasan lebih detil penyebab kejadian cuaca ekstrem yang memicu bencana ini:

1. Curah Hujan Ekstrem

Hujan deras dengan intensitas tinggi terjadi selama lebih dari 6 jam tanpa jeda. Data radar cuaca menunjukkan pola hujan lebat dengan tingkat reflektivitas tinggi (>50 dBZ), mengindikasikan keberadaan awan Cumulonimbus yang sangat aktif. Curah hujan harian yang tercatat pada pos hujan Kecamatan Wawo melebihi 100 mm, yang melampaui kapasitas drainase lokal dan menimbulkan genangan di berbagai wilayah.

2. Aktivitas Mesoscale Convective System (MCS)

Fenomena Mesoscale Convective System (MCS) merupakan kumpulan awan konvektif berskala besar yang menghasilkan hujan deras secara terus-menerus. Pada kejadian ini, MCS terbentuk dan bertahan lama akibat adanya asupan massa udara basah dari Samudra Hindia. Selain menghasilkan hujan, MCS juga membawa risiko angin kencang dan petir yang menambah tingkat bahaya dari cuaca ekstrem.

3. Pengaruh Gelombang Atmosfer

a) Madden-Julian Oscillation (MJO)

Aktivitas MJO berada pada fase basah di wilayah maritim Indonesia (update terakhir di tanggal 22 Desember 2024 berada pada fase 5). Fase ini meningkatkan pasokan kelembapan dan mendukung pembentukan awan konvektif dalam skala besar.

b) Gelombang Kelvin

Gelombang Kelvin mempercepat proses pembentukan awan dengan meningkatkan konvergensi udara di lapisan troposfer bawah, sehingga meningkatkan intensitas dan luas cakupan hujan.

BACA JUGA: Kodim Bima dan Komunitas Lingkungan Deklarasi Gerakan jaga Alam dan Air

c) Gelombang Equatorial Rossby

Gelombang Equatorial Rossby, juga dikenal sebagai gelombang planet, adalah pola gelombang yang terjadi di atmosfer dan oseanik akibat rotasi Bumi. Gelombang ini mempengaruhi pergerakan udara dan laut, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi cuaca dan iklim di berbagai wilayah termasuk wilayah Bima yang dilewatinya.

4. Indeks Labilitas Atmosfer

Nilai indeks labilitas atmosfer mendukung terbentuknya kondisi konveksi yang kuat:

  • K-Index: Nilai tinggi (>30) menunjukkan lapisan atmosfer di wilayah Bima yang sangat lembap.
  • Lifted Index: Nilai negatif (<-2) menunjukkan udara sangat tidak stabil, memicu pembentukan awan cumulonimbus di wilayah Bima dan sekitarnya.
  • Showalter Index: Angka negatif (<-2) menunjukkan potensi tinggi untuk terjadinya petir di wilayah Bima dan sekitarnya.

5. Kondisi SOI dan Niño 3.4

a) Southern Oscillation Index (SOI)

Dengan nilai +13.10, SOI mengindikasikan kondisi La Niña yang aktif. La Niña cenderung membawa kelembapan tinggi ke wilayah Indonesia.

b) Niño 3.4 Index

Nilai -0,73 menunjukkan La Niña lemah, tetapi cukup signifikan untuk meningkatkan curah hujan di Indonesia bagian tengah dan timur, termasuk Kota Bima.

6. Topografi dan Drainase Lokal

a) Topografi Perbukitan

Kota Bima dikelilingi oleh daerah berbukit, menyebabkan air hujan mengalir dengan cepat menuju dataran rendah, sehingga meningkatkan risiko banjir bandang.

b) Drainase yang Terbatas

Kapasitas saluran air di kota ini tidak mampu menampung volume runoff yang besar, memperparah genangan dan aliran permukaan.

7. Faktor Lingkungan

a) Deforestasi

    Penurunan tutupan hutan di daerah tangkapan air menyebabkan berkurangnya kapasitas tanah untuk menyerap air hujan dan mempercepat aliran ke sungai.

    BACA JUGA: 42 Persen Warga NTB di Daerah Pesisir, Terdampak Perubahan Iklim, Layanan Kesehatan dan Penyediaan Infrastruktur

    b) Erosi dan Sedimentasi

    Erosi lereng di daerah perbukitan menyebabkan akumulasi sedimen di sungai, mengurangi kapasitas alirannya dan meningkatkan risiko banjir. Selain itu, sedimentasi sungai dapat menyumbat aliran air, memperburuk kondisi banjir saat curah hujan tinggi.

    c) Pengelolaan Sampah

    Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menyumbat saluran drainase, memperburuk kondisi banjir.

    d) Perubahan Iklim Global

    Perubahan iklim global menyebabkan pola curah hujan yang tidak menentu dan peningkatan kejadian hujan ekstrem, serta kenaikan permukaan laut yang dapat meningkatkan risiko banjir rob.

    8. Runoff Berlebih

    Runoff, adalah aliran air di permukaan tanah yang terjadi setelah hujan atau pencairan salju. Air ini tidak meresap ke dalam tanah, melainkan mengalir di atas permukaan menuju saluran air seperti sungai, danau, atau laut. Runoff yang tinggi terjadi akibat kombinasi hujan ekstrem dan kondisi tanah yang sudah jenuh air. Aliran ini membawa lumpur, puing, dan sedimen yang berasal dari hulu sungai. Material ini menyumbat saluran drainase, memperburuk kondisi banjir di daerah Kota Bima.

    Kesimpulan dan Saran

    Bencana banjir yang telah terjadi di Kota Bima pada tanggal 24 Desember 2024 adalah hasil dari interaksi kompleks berbagai fenomena atmosfer global, seperti MJO dan La Niña, dengan kondisi lokal, seperti topografi, dan drainase yang terbatas. Kejadian ini menunjukkan perlunya pengelolaan risiko bencana yang lebih baik, termasuk:

    • Peningkatan sistem peringatan dini
    • Penguatan infrastruktur drainase
    • Konservasi lingkungan
    • Mitigasi dampak perubahan iklim

    Langkah-langkah ini penting untuk mencegah bencana serupa di masa mendatang dan memastikan keselamatan serta kesejahteraan masyarakat (*)

    Salinan%20dari%20Salinan%20dari%20Salinan%20dari%20Salinan%20dari%20Salinan%20dari%20Emas%20dan%20H 20250329 142724 0000

    Pos terkait