Bima, Berita11.com— Pemerintah akan mengumumkan nama-nama tokoh yang mendapat gelar pahalwan nasional pada Senin, 10 November 2025. Diisyaratkan ada 10 nama tokoh yang akan diumumkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai pahlawan nasional.
Menteri Sosial (Mensos) RI Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyatakan daftar 49 nama yang akan diberi gelar pahlawan sudah diserahkan ke Presiden Prabowo Subianto. Salah satu dari 49 nama yang masuk dalam daftar yang akan diberi gelar pahlawan nasional di antaranya, Sultan Bima, Muhammad Salahuddin.
Nah, berikut Berita11.com rangkum salah satu calon pahlawan nasional yang akan diumumkan Presiden Prabowo Subianto.
Nama Lengkap : Muhammad Salahuddin
Gelar Kekuasaan : Sultan Bima XIV
Lahir :14 Juli 1889, di Istana Kesultanan Bima
Orang Tua : Sultan Ibrahim (Ayah) dan Fatimah Binti Lalu Yusuf Ruma Sakuru (Ibu)
Masa Pemerintahan : Mulai tahun 1917, menggantikan Sultan Ibrahim, di tengah gejolak penjajahan Belanda.
Wafat : 11 Juli 1951 (usia 62 tahun), di Rumah Sakit Cikini, Jakarta.
Pendidikan : Pendidikan agama dan ilmu pemerintahan dari ulama dan pejabat istana, termasuk H. Hasan Batawi dan Syech Abdul Wahab (Imam Masjidil Haram Mekkah).
Karya Tulis : Mengarang buku Nurul Mubin
Pewaris : Digantikan oleh putranya, Abdul Kahir (dari pernikahan dengan Siti Aisyah).
Jejak Perjuangan Melawan Penjajah
Perjuangan Sultan Muhammad Salahuddin terbagi dalam dua fase penting: pengusiran kolonial Belanda dan perlawanan pasif-aktif terhadap Jepang, yang menjadikannya pemimpin yang sangat dihormati.
1. Pengusiran Kekuasaan Belanda (1942)
Pemanfaatan situasi: memanfaatkan kekalahan Sekutu terhadap Jepang (9 Maret 1942) dan meningkatnya kebencian rakyat terhadap tindakan semena-mena pilot Belanda (30 Maret 1942).
Peristiwa kunci: Pada 5 April 1942, Sultan mendukung aksi para pemuda Bima (dipimpin Mahmud Kashmir, Amin Daeng Emo, dkk) dan tentara KNIL/Polisi pro-nasionalis untuk menyerang objek-objek penting Belanda (tangsi polisi, pemancar radio, sentral telepon).
Pengambilalihan kekuasaan: sejak 5 April 1942, kekuasaan pemerintah di Bima secara de facto dipegang oleh Sultan Salahuddin, mengakhiri kekuasaan Belanda di sana.
Pertempuran Jambata Kampaja: ketika Belanda menyusun kekuatan balasan, Sultan membentuk laskar yang dibantu tentara KNIL dan Polisi pro-nasionalis di bawah pimpinan Aritonang. Pada 30 April 1942, laskar Kesultanan Bima berhasil memukul mundur pasukan Belanda dalam pertempuran sengit di Jambata Kampaja, mengamankan kedaulatan sementara Kesultanan.
2. Perlawanan terhadap Penjajahan Jepang (1942-1945)
Penolakan Wajah Simpatik: meskipun Jepang datang dengan janji sebagai “saudara tua,” Sultan dan rakyat segera menyadari kekejaman dan keserakahan penjajah baru tersebut (Kempetai menyiksa dan membunuh rakyat).
Perlawanan Pasif (Aksi Kembar): menolak permintaan tentara Jepang untuk menyerahkan gadis-gadis Bima sebagai pelayan seks.
Strategi Perlindungan: Sultan bersama tokoh Bima memberlakukan “kawin berontak” (nika baronta) atau nikah massal. Pernikahan sederhana dan cepat yang dilakukan secara besar-besaran ini bertujuan melindungi gadis-gadis Bima dari paksaan tentara Jepang.
Akhir Pendudukan: kekuatan Jepang di Bima melemah seiring kekalahan mereka di Perang Dunia II, hingga akhirnya menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.
3. Kesetiaan Mutlak kepada Republik Indonesia
Pengakuan Kedaulatan: Setelah berita Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945) sampai di Bima pada 2 September 1945 melalui utusan Gubernur Sunda Kecil, I Gusti Ketut Puja, Sultan Muhammad Salahuddin segera dan tegas menyatakan dukungan serta bergabung dengan Republik Indonesia.
Alasan Layak Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional
Sultan Muhammad Salahuddin memenuhi kriteria Pahlawan Nasional karena:
- Pelopor Pengusiran Kolonial: Berhasil secara fisik mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda di Bima pada 1942 dan memenangkan pertempuran penting.
- Pembela Martabat Rakyat: Mengambil langkah luar biasa (nika baronta) untuk melindungi martabat dan keselamatan perempuan Bima dari kejahatan perang tentara Jepang.
- Tokoh Integrasi Bangsa: Menjadi salah satu penguasa kerajaan pertama di wilayah Nusa Tenggara yang secara sukarela dan tanpa syarat menyatakan kesetiaan Kesultanan Bima kepada negara kesatuan Republik Indonesia, memperkuat fondasi negara baru.
Demikian kisah Sultan Muhammad Salahuddin yang dirangkum Berita11.com, salah satu calon pahlawan nasional yang akan diumumkan Presiden Prabowo Subianto. [B-19]













