Ancaman Seram Selain Covid sudah Makan Korban: Italia dan Oman

Demonstran perubahan iklim di tambang Garzweiler dalam kampanye menolak penggunaan bahan bakar fosil (REUTERS/Thilo Schmuelgen)

Jakarta, Berita11.com— Tanda-tanda perubahan iklim semakin nyata terjadi. Terbaru, Italia dan Oman dilaporkan mulai mengalami fenomena hujan yang terkait dengan bencana ekologis itu.

Senin (4/10/2021), terjadi deras disertai badai di barat laut Italia. Hujan itu merupakan hujan yang belum pernah terlihat di seluruh Eropa dengan debit air lebih dari 36 inch dan terjadi dalam 12 jam.

Bacaan Lainnya

Sebagai perbandingan, debit air 36 inch kira-kira setara dengan curah hujan rata-rata yang terjadi di Seattle, Amerika Serikat (AS) dalam setahun. London, ibu kota Inggris, membutuhkan waktu rata-rata 15 bulan untuk mendapat curah hujan seperti itu.

Hal ini membuat warga di beberapa lokasi Provinsi Genoa harus dievakuasi. Bahkan, sebuah jembatan diruntuh di kota Quiliano akibat aliran air yang mengalir deras dengan debit air yang tinggi. Hanya beberapa mil dari Quiliano, banjir dilaporkan menggenangi kota Vicomorasso.

BACA JUGA: Ambisi Mega Proyek Mandalika, Masa depan HAM, Lingkungan dan Rakyat NTB

Hal yang sama juga terjadi di Oman. Dua hari sebelumnya, Topan Shaheen mendarat di ujung utara negara padang pasir itu dengan angin berkekuatan badai Kategori 1. Bahkan, intensitas badai dan hujan ini setara dengan curah hujan lebih dari 3 tahun dalam waktu sekitar 24 jam.

“Badai itu membasahi kota Al Khaburah yang biasanya kering dengan curah hujan lebih dari 14 inci (300 mm) dalam hitungan jam,” tulis media setempat The Times of Oman.

Di kota Suwaiq, lebih dari satu tahun hujan turun hanya dalam 6 jam. Badai telah menghasilkan curah hujan 4,57 inci (116 mm) yang luar biasa dalam rentang waktu 6 jam, melebihi apa yang biasanya terlihat dalam satu tahun penuh di kota itu.

Ilmuwan sendiri mengatakan bahwa ini merupakan dampak perubahan iklim yang telah diakibatkan oleh manusia. Ini membuat pemanasan bumi yang membuat lebih banyak air dari permukaan yang terserap.

BACA JUGA: KSTEB: Perubahan Permen ESDM 26/ 2021 Berpotensi Hambat Pertumbuhan Startup PLTS Atap

“Frekuensi dan intensitas kejadian hujan lebat telah meningkat sejak 1950-an di sebagian besar wilayah daratan,” menurut laporan PBB tentang perubahan iklim yang dikutip CNN International, Kamis (7/10/2021).

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara yang terancam dengan perubahan iklim. Hal ini diingatkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden beberapa bulan lalu. Ia menyebut bahwa Jakarta terancam tenggelam dikarenakan perubahan iklim yang saat ini sedang menghantui seluruh dunia.

“Departemen Pertahanan mengatakan apa ancaman terbesar yang dihadapi Amerika: perubahaniklim,” tegasnya dalam pidato itu sebagaimana dipublikasikan whitehouse.gov, pada Juli lalu

“…Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?”

Sumber: CNBCIndonesia.com

Pos terkait