Daftar Volatile Food Penyumbang Inflasi di Pasar Kabupaten Bima yang Naik Drastis

Aktivitas pedagang bahan pangan di Pasar Pagi Sila Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Foto US/ Berita11.com. 
Aktivitas pedagang bahan pangan di Pasar Pagi Sila Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Foto US/ Berita11.com.

Bima, Berita11.com— Harga sejumlah bahan pangan yang selama ini diketahui sebagai kelompok volatile food penyumbang inflasi, naik drastis di sejumlah pasar di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, seperti di Pasar Sila Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

Harga bawang merah misalnya yang sebelumnya paling murah pernah dijual Rp18 ribu per kilogram (kg), kini naik drastis tembus Rp40 ribu per kg, meskipun Kabupaten Bima diketahui sebagai salah satu lumbung bawang merah.

Bacaan Lainnya

Selain itu, harga tomat yang sebelumnya paling murah pernah dijual Rp5 ribu per kg, kini melonjak menjadi Rp30 ribu per kg. Hampir tak beda jauh, kelompok volatile lainnya yang selama ini diketahui penyumbang inflasi, harga cabai keriting Rp60 ribu per kg, cabai rawit Rp50 ribu, bawang putih Rp45 ribu per kg.

Sejumlah kelompok bumbu dapur yang dijual sejumlah pedagang di Pasar Sila Kabupaten Bima juga mengalami kenaikan. Harga merica butir naik menjadi Rp120 ribu per kg dari sebelumnya Rp80 ribu per kg. Harga cengkeh naik Rp160 ribu per kg, naik dari sebelumnya hanya Rp35 ribu per kg.

BACA JUGA: Bahas Pilkada, Pj Wali Kota Bima Ikut Rakor Bersama Mendagri

Semenara itu, harga beras premium merangkak naik menjadi Rp13 ribu per kg, dari sebelumnya Rp12 ribu per kg. Beras medium (SPHP) bertahan pada harga Rp11.500 per kg. Harga minyak goreng bersubsidi merek Minyak Kita Rp18 ribu per liter, minyak goreng premium merek Bimoli dijual bervariasi oleh pedagang antara Rp20 ribu hingga Rp22 ribu per liter. Ayam broiler dijual RpRp65 ribu hingga Rp75 ribu per ekor, bergantung ukuran. Adapun harga telur ayam ras Rp57 ribu per trail, daging merah Rp120 ribu per kg.

Sejumlah pedagang mengungkapkan, kenaikan harga bahan pokok terjadi di tingkat produsen dan distributor sehingga para pedagang juga menyesuaikan dengan harga terbaru. “Kalau kita para pedagang sebenarnya tidak menginginkan kenaikan harga bahan pokok, karena berpengaruh terhadap modal yang harus kita keluarkan,” ujar Rohana, salah satu pedagang di Pasar Sila Kabupaten Bima, Senin (27/5/2024).

BACA JUGA: Saat Massa “Duduki” Kantor Bupati Bima

Menurut Rohana, kenaikan harga bahan pangan tidak selalu dipengaruhi tingkat produksi. Misalnya harga bawang merah yang saat ini produksinya melimpah, tapi harga justru naik. Padahal Kabupaten Bima merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di Indonesia.

“Apa-apa sekarang hampir semuanya naik. Jadi mau tidak mau pedagang menyesuaikan,” ujarnya.

Pedagang bahan pokok lainnya, Wahidah mengungkapkan hal yang sama. Pihaknya memperkirakan harga bahan pangan akan kembali naik beberapa pekan ke depan, dipengaruhi musim kemarau dan stok yang terbatas. “Kemungkinan harga bahan pokok dan bahan pangan akan kembali naik lagi. Belum ada tanda-tanda akan turun. Bahkan harga beras sekarang sedikit demi sedikit naik,” ujarnya.

Sementara itu, pantauan Berita11.com, harga LPG (elpiji) bersubsidi ukuran 3 kg di wilayah Kabupaten Bima seperti di Kecamatan Soromandi, Kecamatan Bolo dan Kecamatan Madapangga rata-rata dijual Rp23 ribu pada tingkat pangkalan resmi, sedangkan di tingkat pengecer (pejual tidak resmi yang tidak mengantungi izin), rata-rata dijual Rp25 ribu hingga Rp30 ribu, tergantung rendah-tingginya permintaan dan stok barang. [B-19]

Follow informasi Berita11.com di Google News

Pos terkait