Rata-rata usia pemain yang ditempa di Generation Foot, tidak lebih dari 18 tahun. Sebanyak 30 pemain jebolan akademi tersebut juga merumput di Eropa. Nama-nama besar dari akademi tersebut kemudian “merumput” di Eropa, seperti Sadio Mane, yang bergabung di Liverpool serta penyerang West Ham Diafra Sakho, winger Watford Ismaila Saar, dan eks Newcastle Papiss Cisse.
“Ini harus kita garis bawahi, Senegal barusan juara Piala Afrika, mereka bukan ujuk-ujuk, tapi Senegal bisa juara Afrika karena sejak 2000 ada yang namanya Mady Toure, dia mendirikan akademie Generation Foot, lahirlah orang seperti Sadio Mane dan lain-lain. Dari tahun 2000 mereka membina dan mulai membangun akdemik, mereka kerja sama dengan FC Metz di Perancis, 17 tahun kemudian mereka dapatkan hasilnya,” ujar Khairuddin.
Pada kancah lokal dan regional pun demikian. Munculnya kehebatan para pemain Persebi bukan secara tiba-tiba. Demikian juga geladang bertahan Persebaya dan pemain Timnas asal Bima, Ady Setiawan. Dia tidak langsung meraih prestasi di kasta tertinggi sepak bola nasional di kompetisi Liga 1 seperti sekarang, namun dibentuk dan dibina oleh klub di Sulawesi serta melalui proses panjang.
“Belasan yang bermain di Persebi kemarin bukan ujuk-ujuk langsung jadi, tapi 4-5 pemain yang star adalah anak-anak yang sudah dibina Bima United mungkin 5-6 tahun. Begitu juga anak-anak yang bermain dari PS Woha yang sudah dibina 3-4 tahun, sehingga mereka adalah anak-anak (pemain) yang dibina,” ujarnya.
Punya Anggaran Nyaris Rp2 M, Klub Sepak Bola NTB Takluk pada 64 Besar Kasta III
Pengurus Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI NTB, Muhammad Dino menyebut, dari aspek anggaran organisasi sepak bola di Bumi Gora sedikit bergairah. Jika pada tahun 2021 anggaran untuk Asprov PSSI NTB hanya Rp400 juta, tahun 2022 pemerintah mengalokasikan di atas tiga kali lipat. Nilainya nyaris Rp2 miliar. Walaupun tak seberapa jika dibandingkan kebutuhan untuk mengembangkan talenta sepak bola di Bumi Gora.
“Tahun 2021 kita punya anggaran Rp400 juta, tapi tahun 2022 kita punya anggaran hampir sekitar Rp2 miliar,” ujar Dino yang bergabung dalam Talk Show NTB menyapa melalui sambungan zoom meeting, Sabtu lalu.
Dia mengatakan, pada tahun 2022 ini yang dimulai akhir Maret ini, Asprov PSSI NTB akan gencar melaksanakan program dan target organisasi. Misalnya mewujudkan pelatih berlisensi D dan NTB Insight yang akan memilih 10 pemain terbaik hasil pencarian bakat (talent scouting) dari klub sepak bola 10 kota dan kabupaten di NTB. Semua pemain potensial tersebut kemudian dikirim ke Jakarta.
“Kemudian kita bawa ke sini, kita akan mess-kan di sini dan selama tiga bulan. Kenapa di Jakarta, karena banyak tim-tim sedang persiapan liga I dan liga II. Kita uji coba setiap minggu dan setiap bulannya dengan harapan pemain mempunyai pengalaman yang luar biasa. J adi mereka (pemain NTB) balik ke klubnya masing-masing mereka sudah siap tampil di level nasional karena golnya ini menjadiakan pemain timnas dan pemain internasional,” ujarnya.
Sebanyak 10 pemain hebat dari NTB yang dipilih melalui pencarian bakat tersebut berpeluang bermain di Jawa dan luar Jawa.