Kisah Sukses H Sukardin, Bangun Peternakan Kambing dan Sapi di Kabupaten Bima

Sejumlah pekerja sedang membersihkan kadang kambing varietas local dan varietas etawa di peternakan milik H Sukardin di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis (5/12/2024) lalu. Foto US/ Berita11.com.
Sejumlah pekerja sedang membersihkan kadang kambing varietas local dan varietas etawa di peternakan milik H Sukardin di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Kamis (5/12/2024) lalu. Foto US/ Berita11.com.

Tiga bangunan kadang berdiri tegak di atas tanah tegalan seluas lebih kurang 2 hektar di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Tak jauh dari kendang, hamparan rumput gajah (rumput odot) dan sejumlah tanaman lain tampak menghijau setelah beberapa hari diguyur hujan. Puluhan pohon jambu mente juga tampak memayungi beberapa tanaman hijau yang tumbuh di sekitarnya.

Saat mentari beringsut mencarak, lima pria tampak sibuk dengan aktivitas harian. Dua pria terlihat mengalirkan air dari selang dan menyiram sapi dan ubinan kadang, sedangkan tiga pria lainnya sibuk menyiapkan potongan rumput untuk dimasukan ke kadang sapi.

Bacaan Lainnya
Iklan%20KPU%20Dompu

Lima pria itu membagi tugas, setiap hari melakoni aktivitas yang sama. Mereka adalah adalah karyawan Haji Sukardin, seorang pengusaha ternak sukses asal Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, yang kini Tengah merantau di ibukota Jakarta mengembangkan usaha.

Di tengah tanah tegalan yang awalnya tandus itu, mereka berhasil mengalirkan air bersih menggunakan pipa sejauh tiga kilometer yang diambil So Lanco Salo Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi untuk kebutuhan ternak kambing dan sapi.

Pemilik kadang, H Sukardin menuturkan, usaha budidaya kambing dan ternak sapi ia mulai dua tahun lalu. Ia merasa tertantang untuk mengembangkan potensi yang ada di tanah kelahirannya di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi. Harapannya melalui usaha ini, ia bisa menjadi insipirasi bagi masyarakat lain.

Menurut H Sukardin, secara historis, mata pencaharian utama masyarakat Donggo, termasuk Kecamatan Soromandi merupakan peternak. Namun seiring waktu telah bergeser. Sebagian banyak masyarakat umumnya fokus menjadi petani jagung karena tegiur proses yang cepat dan hasil yang banyak. Padahal satu sisi, aktivitas bertani jagung juga memberi dampak langsung kepada masyarakat itu sendiri.

Ternak 3
Pekerja di peternakan milik H Sukardin di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat sedang menyiram salah satu ternak sapi, Kamis (5/12/2024) lalu. Foto Berita11.com.

“Karena di Donggo itu besarnya (mata pencaharian) karena ternak. Jadi mudah-mudahan kehadiran saya di sini menjadi motivasi masyarakat, bukan saja masyarakat Desa Wadukopa, tapi saya menginginkan semua masyarakat di sekitar kita. Supaya lingkungan terjaga,” ujar H Sukardin.

Walaupun pernah dicap gagal saat mencoba menggeluti budidaya ternak kambing pada tahun 2010, Sukardin tidak patah arang. Ia berharap bubidaya ternak kambing dan ternak sapi yang dilakukan dengan cara modern saat ini, termasuk disertai penyiapan pakan, memotivasi masyarakat di kampungnya. Tujuan akhirnya apa yang dilakukannya menjadi inspirasi bagi orang lain di wilayah lain terutama di Bima.

“Kalau sekarang mereka (warga) tahunya tanam jagung. Tanam jagung itu sudah rusak (hutan dan lingkungan) hutan-hutannya habis. Saya memulai di situ dengan harapan masyarakat mau ikut dan sudah ada yang ikut di bawah kandang saya, yang punya tanah di sekitar kadang saya punya keinginan untuk mengambil air seperti saya. Tujuannya untuk menanam rumput. Kalau mereka menanam rumput, berarti mereka akan kembali ke ternak,” ujar Sukardin.

Sukardin menceritakan, inspirasinya menggeluti usaha ternak modern seperti sekarang setelah ia berkeliling sejumlah daerah di Jawa. Ia melihat kegiatan usaha ternak di Jawa yang fokus penggemukan, pembimbitan sapi dan kambing walaupun umumnya tidak memiliki lahan yang memadai. Dari sana ia berpikir untuk mengembangkan usaha ternak di kampung halamannya di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi. Kebetulan orang tua dan sejumlah kerabatnya pada masa lampau juga menjadi peternak walaupun dengan cara-cara konvesional (tradisional).

BACA JUGA: Pernah Rasakan Getirnya menjadi Buruh, Anak Petani ini Sukses jadi Anggota DPRD

“Saya sendiri pun bisa merasakan hasil dari orang tua saya dulu. Saya melakukan ini untuk mengubah dari cara kampung (beternak dengan cara konvensional) menjadi cara profesional. Pertanyaan ini apakah bisa maju? Pasti lebih maju dibandingkan cara tradisional, dengan cara lama kita,” ujarnya.

Menurut bapak tiga anak ini, usaha ternak sapi dan kambing sangat prospek di Indonesia. Apalagi untuk kebutuhan dalam negeri selama ini masih sering diimpor dari sejumlah negara. Misalnya untuk kebutuhan sapi disupply dari Australia, Kanada dan India. Demikian juga untuk kebutuhan sapi dan kambing di Bima, banyak didatangkan dari Flores dan Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

“Untuk prosek di Indonesia itu seacra umum masih kekurangan. Kita kan negara muslim terbesar di dunia, penduduknya banyak kegiatan-kegiatan agama yang membutuhkan hewan seperti itu. Banyak kegiatan adat, di Bima sendiri bahkan masih kurang. Kita bahkan ngambil dari Flores dan dari Sumba untuk menutupi kekurangan. Bahkan Indonesia masih supply sapi dari Australia, dari Kanada bahkan dari India. Kekurangan, artinya prospeknya besar untuk Indonesia,” ujar Sukardin.

H Sukardin menargetkan, usaha ternak yang ia bangun di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi pada beberapa tahun mendatang berkembang dan memiliki populasi ternak ribuan bahkan ratusan ribu ekor. Untuk mendukung mimpi tersebut, pada tahap awal ia mengutus tenaga kerjanya untuk menimba ilmu beberapa bulan di Lantung Farm, sebuah perusahaan ternak sukses di Magetan, Jawa Timur.

“Saya bermimpi ke depan itu tidak berbicara 10-20 ekor saja, tapi berbicara ribuan hingga ratusan ribu ekor. Pembangunan (pengembangan ternak) saya masih bertahap, ini tahap awal. SDM baru satu yang saya siapkan yang ahli. Untuk ke depan akan terus tambah. Kita sekolahkan khusus,” katanya.

Ia yakin dengan pengelolaan yang profesional disertai tenaga terampil, usaha ternak modern akan dapat berkembang. Apalagi sudah dibekali pakan yang memadai melalui budidaya rumput odot di sekitar kandang. “Di jawa itu semua ada termasuk training di bidang apa saja. Tergantung dari kesungguhan kita sekarang mau nggak mencari ilmu datang ke kota besar ke Jawa, di bidang apa saja,” ujarnya.

Diceritakannya, pada suatu saat ia pernah ditawarkan dukungan pemerintah untuk kolaborasi mengembangkan usaha ternak. Namun ia tolak. Ia ingin berhasil dengan usahanya sendiri hingga berkembang dan dapat menyerap tenaga kerja lokal di sekitar.

“Untuk sementara saya tidak membutuhkan keterlibatan pemerintah. Saya mau kasih contoh untuk diri sendiri dulu. Mimpinya kita ribuan ekor, terus mau dipasarkan di mana? Pasarnya di Indonesia, kalau produk kita sudah siap di Bima, sudah terpenuhi (di Bima), kenapa tidak kita membawa ke Jawa? Membawa ke daerah lain, kenapa tidak kita ekspor keluar negeri? Kan mimpi boleh saja,” ujarnya.

H Sukardin juga berharap apa yang dilakukan menjadi insiprasi orang lain, termasuk para pengusaha sukses asal Bima di luar daerah. Para pengusaha asal Bima mau kembali ke daerah dan mengembangkan potensi di daerah sehingga bisa memberdayakan masyarakat, menyiapkan lapangan kerja bagi generasi muda di Bima.

“Saya secara pribadi berharap teman-teman yang sudah sukses di luar daerah kembali ke Bima membangun daerah sendiri. Tapi harus benar-benar membangun usaha. Jangan terjun ke politik. Mohon maaf, karena kalau kita sudah campur adukan dengan politik itu sudah terbengkalai. Nggak akan bisa fokus,” kata dia.

Perjalanan ke Titik Sukses

Sebelum menjadi pengusaha sukses seperti saat ini, H Sukardin melewati jalan terjal untuk menggapainya. Saat memutuskan berangkat ke ibukota pada tahun 1995 silam, ia hanya memiliki modal ongkos bus untuk berangkat ke Jakarta.

BACA JUGA: Hasilkan hingga Rp8 Juta per Malam dari Menjual Sosis dan Salome Goreng

“Saya dari Bima itu berangkat ke Jakarta setelah tamat (sekolah) tahun 1995. Berangkat ke Jakarta hanya punya ongkos bus dan nggak ada yang lebih. Jadi di Jakarta kita nggak punya apa-apa. Hanya punya keluarga saja di Jakarta, H Jakaria Umar dan Ali, tahun-tahun segitu mereka belum sukses,” cerita H Sukardin.

Ternak 2
Tenaga terampil di peternakan milik H Sukardin di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat sedang menyiapkan pakan untuk sapi dan kambing, Kamis (5/12/2024) lalu. Foto Berita11.com.

Puluhan tahun silam, H Sukardin membantu pamanya H Jakaria Umar, CEO PT JM Mutu Utama, sebuah perusahaan jaringan Migas dan penyuplai bahan kimia untuk tambang asal Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima sebelum berkembang seperti saat sekarang. Dalam perkembangannya, bos PT JM Mutu Utama banyak membantu masyarakat di Soromandi, membantu membangun jalan utama khususnya di Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi dan membantu pembangunan sejumlah masjid.

“Kita membantu dari nol, tapi kita belajar. Kita nggak punya modal ilmu di bidangnya, kita belajar di jalanan saja (di tengah proses). Kalau diceritakan perjalanan hidup umumnya sama dengan teman-teman di situ, yang paling berkesan yang paling pahit, di kota besar nggak punya apa. Ibaratnya hanya bisa makan saja. Cuma mimpinya ingin kembali membangun di daerah untuk tanah kelahiran,” cerita H Sukardin.

Saat ini H Sukardin menjadi salah satu pengusaha sukses di Jakarta yang menyuplai daging sapi dan kambing di Pulau Jawa terutama di daerah ibukota Jakarta.

Ingin bermanfaat untuk banyak orang

H Sukardin mengaku tidak memiliki nazar khusus yang hendak dicapainya dalam kehidupan ini beberapa tahun mendatang. Namun ia berharap dapat menjadi pelita bagi banyak orang, terutama kaum papah (marginal) yang luput dari perhatian banyak orang.

“Harapan (dari usaha ternak) menyerap tenaga kerja lokal. Saya kalau untuk diri sendiri dan keluarga kecil nggak perlu saya bangun di situ, hidup di Jakarta dengan bekerja dan dengan ada usaha kecil-kecil juga di sana sudah cukup. Cuma kenapa saya membangun usaha di situ (di Desa Wadukopa), saya berpikir agar bisa bermanfaat untuk keluarga-keluarga yang butuh,” ungkapnya.

Menurutnya, sesuai tuntunan dalam Islam, tanda bersyukurnya orang sukses harus mampu menjadi pelita bagi orang yang membutuhkan, dengan mengulurkan tangan membantu orang yang susah.

“Lebih ke mimpi kita besar, kalau sukses itu kan, bersyukurnya harus banyak. Kata Rasul itu bukti bersyukur kita harus mengeluarkan. Artinya harus memberi. Artinya memberi atau membantu. Bukan hanya mendapatkan nikmat yang besar. Kita mendapatkan rezeki yang besar, tapi kita hanya menikmati untuk diri sendiri tanpa mengeluarkan untuk membantu bantu orang susah, bukan bersyukur namanya,” ujar alumnus SMKN 2 Kota Bima sekaligus alumnus SMPN 1 Soromandi ini.

Penanggung jawab peternakan H Sukardin di Desa Wadukopa, Arman mengungkapkan, sejak sukses dengan usaha ternak di ibukota Jakarta dan memulai usaha di tanah kelahirannya, H Sukardin telah banyak memberdayakan warga dan kerabat dekatnya. Beberapa di antaranya diberangkatkan umrah.

Sejauh ini, usaha ternak H Sukardin di Desa Wadukopa didukung lima tenaga kerja, termasuk dirinya yang memastikan kegiatan usaha berlangsung baik. Selain rumput gajah, usaha H Sukardin juga sudah dilengkapi mesin produksi pakan dan didukung air bersih untuk memastikan usaha ternak berlangsung lancar.

“Kalau untuk mesin pakan sudah ada. Termasuk ketersediaan rumput odot tersedia memadai. Tinggal tenaga khusus profesional yang akan terus ditambah. Saat ini sudah ada satu orang yang disekolahkan khusus di Jawa,” ujar Arman.

Selain varietas kambing lokal, peternakan H Sukardin juga mengembangkan kambing etawa. Pada masa mendatang ditargetkan menjadi salah satu sentra produksi susu kambing etawa. “Kalau tenaga (kerja) di sini memang rata-rata yang butuh pekerjaan. Seiring waktu saat berkembang, harapannya akan banyak menyerap tenaga kerja,” katanya. (*)

12036653233235931344

Pos terkait