Mataram, Berita11.com— Lembaga kajian sosial dan politik Mi6 menyakini kaum disabilitas dan indigo memiliki kekuatan extra ordinary yang tidak biasa. Karena di balik keterbatasan fisik, kaum disabilitas pasti dikaruniai kelebihan super sebagai senjata memertahankan hidup.
Untuk itu, Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto mengusulkan perlu ada pekan khusus untuk disabilitas dan indigo, sebagai implementasi sikap adil dan beradab terhadap kelompok khusus tersebut. Karunia kekuatan extra ordinary disabilitas dan indigo yang tidak dimiliki manusia normal merupakan konsekuensi logis di balik kelemahan pada sisi lain.
“Dari berbagai kajian, menyangkut penyandang disabilitas atau difabel (different ability) masih mengalami diskriminasi atau dianaktirikan, tidak diperlakukan selayaknya orang normal,” ujar Bambang, Kamis (20/1/2022).
Menurut pria yang akrab disapa Didu ini, cara pandang masyarakat terhadap difabel cenderung bersifat karikatif atau atas dasar belas kasihan. Padahal pendekatan seperti itu, sadar atau tidak semakin menguatkan sterotype kaum difabel sebagai warga kelas dua yang tidak bisa diperlakukan sebagai manusia normal.
“Padahal di balik kekurangan fisik yang dimiliki, penyandang disabilitas memiliki banyak kelebihan untuk survive,” katanya.
Untuk itu, perlu ada perubahan cara pandang yang lebih egaliter dan adil terhadap penyandang disabilitas, agar mereka bisa mengoptimasi kemampuan dan kapasitas secara menyeluruh.
“Termasuk perlakuan stigma terhadap anak indigo perlu diubah yang selalu dikaitkan dengan hal-hal serba mistis,” ucap mantan Direktur Walhi NTB dua periode ini.
Didu mengatakan, anak indigo tidak harus dikaitkan dengan dunia supranatural. Ada sisi lain yang dimiliki anak indigo yang jarang diungkap ke publik. Dengan kemampuannya berkomunikasi dengan dimensi lain dan dapat melihat masa depan, anak indigo pasti memiliki kelebihan yang bisa dimanfaatkan lebih prroduktif untuk kemajuan. “Anak indigo rata-rata memiliki kecerdasan/ IQ yang tinggi dalam bidang akademis, memiliki kreativitas tinggi dan memiliki intuisi yang lebih kuat,” ujarnya.
Guna mengetahui lebih jauh sisi kelebihan exstra ordinary penyandang disabilitas dan indigo perlu dipikirkan agenda pekan khusus untuk melihat beragam keunggulan yang dimiliki.
“Pekan penyandang disabilitas dan indigo harus dimaknai pula sebagai bentuk pengakuan dan dukungan publik terhadap individu yang dikaruniai kelebihan dibalik keterbatas fisik yang dimiliki,” ujar Didu.
Menurut didu penggunaan kata ‘pekan khusus’ lebih humanis dari sisi tangkapan persepsi publik ketimbang memakai kata ‘festival’. “Kata pekan lebih mengedepankan kelebihan kemampuan yang dimiliki, sehingga publik dapat menilai lebih dan pencerahan. Sementara kata festival lebih mengedepankan proses entertain semata, hanya untuk kepentingan showbizz sesaat,” tukasnya. [B-19]