Bima, Berita11.com— Disrupsi industri 4.0 mendorong setiap orang lebih kreatif dan inovatif untuk bertahan hidup. Faktanya, tidak sedikit pengusaha yang merugi dan terpaksa menutup bisnisnya karena tidak siap menghadapi persaingan di era disrupsi, sehingga harus menemukan strategi yang tepat untuk bertahan di tengah era persaingan.
Pada sisi lain eks Pekerja Migran Indonesia (PMI) juga harus beradaptasi dengan zaman. Misalnya dalam menciptakan kegiatan wirausaha.
Hal tersebut mengemuka dalam dialog kebangsaan bertajuk Peran Pekerja Migran Bima dalam Merespon Era Disrupsi, yang digelar Pusat Pengkajian dan Pemantau Perlindungan TKI (PP3TKI) Pulau Sumbawa di aula Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Bima, Rabu (18/5/2022).
Ketua Esekutif PP3TKI Pulau Sumbawa, Muhammad Yamin M.Pd mengatakan, melalui dialog kebangsaan, pihaknya dapat mendorong kegiatan wirausaha bagi PMI sebagai agenda strategis.
“Hampir semua narasumber menyebutkan bahwa era disrupsi mensyaratkan masyarakat untuk berinovasi. Menjadi wirausaha menjadi agenda cukup strategis,” kata Yamin.
Menurutnya mencentak wirausaha yang terampil merupakan salah satu ihtiar di tengah lonjakan masyarakat yang memilih menjadi PMI, karena tidak memiliki keterampilan (soft skill) maupun kemampuan berinovasi menyesuaikan perkembangan zaman.
“Selain itu, keterampilan berwirausaha menjadi agenda strategis lantaran ketika pekerja migran kembali ke tanah air. Mereka tidak mampu mengelola uang hasil kerja saat menjadi pekerja migran,” ujarnya.
Dia menjelaskan, tabungan PMI saat bekerja di luar negeri umumnya digunakan untuk kegiatan nonproduktif. Kondisi itu berdampak terhadap kesejahteraan keluarga eks PMI.
“Perkerja migran membutuhkan keahlian untuk berwirausaha. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja migran ketika bekerja dan balik ke tanah air,” ujar Yamin.
Dikatakannya, menciptakan wirausaha baru dapat menjadi solusi masalah ekonomi yang dihadapi mantan PMI yang kembali ke tanah air. Selain itu, dengan melatih dan membina mantan PMI dan keluarganya untuk berwirausaha, berpotensi membuka lapangan kerja baru.
“Era disrupsi saat ini membuka ruang secara setara kepada masyarakat, terutama kepada mantan pekerja migran untuk bersaing dan berkolaborasi untuk berusaha,” ujarnya.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bima, Fatahullah S.Pd yang juga hadir dalam dialog kebangsaan yang digelar PP3TKI memaparkan strategi dan solusi penempatan dan perlindungan tenaga kerja di luar negeri. Sementara itu, narasumber lain, Staf Khusus Gubernur NTB, Julhaidin MM memaparkan materi roadmap pengambilan keputusan untuk mendorong usaha ekonomi kreatif untuk mantan PMI. Adapun akademisi dan peneliti M Azriansyah M.Pd memaparkan materi berkaitan upaya perguruan tinggi untuk merespon dunia kerja bagi anak pekerja migran.
Dialog kebangsaan digelar secara dalam jaringan dan luar jaringan. Kegiatan diikuti kurang lebih 300 peserta. [B-12]