Industri dan Masa Depan Sepak Bola NTB

Coach Bima United, Syamsuddin dan Akademisi STKIP Taman Siswa, Dr Rabwan Satriawan M.Pd., AIFO Memaparkan Masa Depan Sepak Bola NTB.,

Menurut Dino, sepak bola di NTB menuju babak baru. Pada tahun 2021 lalu, sedikitnya terdapat tujuh program yang telah diselesaikan Asprov PSSI NTB. Salah satunya mengesahkan tiga peserta baru Liga III Zona NTB, yaitu Lombok FC, Hamzanwadi FC dan Galaxy FC.  Asprov PSSI NTB juga telah menyelesaikan 81 pertandingan untuk Liga III tahun 2021, sedangkan pada tahun 2022 ini,  klub Liga III Zona NTB akan bertambah 5-6 peserta baru.

“Sepak bola di NTB ini akan berkembang dengan pesat, karena target di PraPON 2023. Kemarin kita sudah ketemu Pak Sekjen PSSI, karena kita akan menjadi tuan rumah PraPON 2023,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Dalam kancah nasional, prestasi dua klub yang memuncaki Liga III Zona NTB, PS Lobar dan PS Bima Sakti, mungkin belum memenuhi ekspektasi masyarakat Bumi Gora.  Klub sepak bola asal Lombok Barat tersebut harus mengakui ketangguhan PS Persida Sidoarjo, dengan skor 10-1 dan keluar pada 64 besar pada perhelatan Liga III nasional. Demikian juga PS Bima Sakti harus mengakui keunggulan lawan setelah sempat merobek jala lawan pada menit 85. Hasil evaluasi Asprov NTB terhadap duta Bumi Gora tersebut, NTB harus memiliki modal yang cukup dan mental bertanding.

BACA JUGA:  Sejumlah Tokoh Bima Berharap tak ada lagi Aksi Vandalisme dalam Penyampaian Aspirasi

“Jika kurang dari kebutuhan itu akan menganggu persiapan mental pemain-pemain. Dari sisi teknis pemain kita di Mataram PS Bima Sakti dan PS Lobar tidak kalah dengan tim tim nasional yang bertanding di liga III nasional, sehingga faktor modal dan mental ini dibutuhkan untuk menunjang pemain NTB di level berikutnya,” ujarnya. 

Pengurus Askot PSSI Bima, Ahmad Yani mengatakan, mengembangkan sepak bola memerlukan keterlibatan berbagai pihak seperti pemain, wasit, pemerintah, masyarakat  serta organisasi . “Hal- hal yang perlu menjadi perhatian dalam rangka kemajuan sepak bolah di NTB, kompenen melaksanakan secara maksimal. Tentu secara manajerial harus tepat, memerhatikan bagaimana perencanaan, demikian juga melek organisasi,” katanya.

Khusus dalam lingkup Askot PSSI Bima, pihaknya hanya menggelar turnamen sebagaimana yang menjadi kebutuhan dan agenda PSSI.  “Kami tidak akan melaksanakan kompetisi antarklub bebas umur, karena kepentingan di sini bagaimana meraih prestasi yang ada. Salah satu kami punya program setiap tahun melaksanakan liga pelajar SD, SMP dan SMA, kemudian kompetisi kelompok umur yang diikuti oleh klub, kelomok umur 17 dan U-21, karena kami ingin ada prestasi yang diraih,” katanya.

Menurut Ahmad Yani, turnamen terbuka (open tournament)  adalah hanya sekadar hiburan bagi rakyat. Namun yang lebih penting Askot menyelenggarakan kompetisi sesuai kebutuhan PSSI yang dapat menjadi nilai tambah untuk sepak bola di daerah. 

“Mengurus sepak bolah itu buka saja sekadar kegiatan, tapi punya output yang jelas. Kalau kita sekadar melaksanakan kompetisi tanpa hasil atau tanpa membina pemain yang kita harapkan, saya kira ini perjuangan yang sia-sia. Dalam mengurus organisasi punya tujuan yang jelas,” katanya.

BACA JUGA:  Positif DBD Tembus 90 Kasus, Tujuh Meninggal Dunia, Pemkab Bima Intensifkan 3M
Ketua Askot PSSI Bima, Ahmad Yani Memaparkan Masa Depan Sepak Bola NTB.

Pelatih Bima United (SSB), Syamsuddin mengatakan,  meraih kemajuan sepak bola tidak semudah membalikan telapak tangan, namun membutuhkan proses panjang.  Misalnya memahami kondisi pemain. Mengembangkan bakat pemain tidak hanya berkaitan latihan fisik, namun juga harus memahami psikologi pemain. Hal itu dapat dikembangkan dengan bekerja sama dengan sekolah-sekolah sepak bola dan kampus seperti yang memiliki program studi khusus PJKR.

“Kemudian membantu kita terkait konsumsi pemain atau kebutuhan nutrisi. Memahami target yang dilatih. Harus memahami tujuan dan maksud latihan, yang membedakan antarpelatih yaitu ilmunya,” ujarnya.

Akademisi Olahraga STKIP Taman Siswa Bima,  Dr Rabwan Satriawan M.Pd., AIFO mengatakan, sepak bola adalah salah satu aset yang dimiliki Kota Bima dan Kabupaten Bima yang dapat dikembangkan dan dikaitkan dengan pariwisata melalui konsep sport tourism, sehingga secara langsung ada efek yang diterima masyarakat seperti meningkatkan ekonomi masyarakat.

“Pertanyaan saya sepak bola NTB ini mau dibawa ke mana? Apakah statis atau jadi hiburan rakyat? Ini yang harus dipikirkan, Askab dan Askot dan Asprov,  apakah sepak bola kita hanya sebagai peserta saja. Bima Sakti sampai liga III nasional, tapi keluar di 64 besar, apakah mau jadi peserta saja atau mau melihat prestasinya,” ujarnya.

Pos terkait