Ombdusman NTB akan Turun Investigasi Pelayanan di RSUD Bima soal Keluhan Keluarga Pasien

Kepala Perwakilan Ombudsman Nusa Tenggara Barat, Dwi Sudarsono. Foto Ist.
Kepala Perwakilan Ombudsman Nusa Tenggara Barat, Dwi Sudarsono. Foto Ist.

Kota Bima, Berita11.com— Kepala Perwakilan Ombudsman Nusa Tenggara Barat, Dwi Sudarsono mengisyaratkan Ombudsman akan tetap melakukan investigasi internal berkaitan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima pasca munculnya keluhan kerabat pasien rujukan ke rumah sakit setempat, yang kemudian meninggal dunia.

Dikatakan Dwi, Ombudsman NTB akan memberi atensi khusus jika ada laporan dari pihak keluarga bayi yang meninggal dunia setelah ditolak ditangani RSUD Bima karena alasan kondisi Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit setempat telah penuh pasien (overload).

Bacaan Lainnya

“Walaupun tidak ada laporan dari pihak keluarga si bayi, kami akan tetap turun untuk melakukan investigasi. Hari Senin kami akan melakukan rapat internal dengan anggota yang lain karena besok libur,” isyarat Dwi kepada Berita11.com melalui sambungan telepon selular, Jumat (10/2/2023) malam.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Ibu Rumah Tangga (IRT) asal Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Hesti, menumpahkan curahan hatinya di kanvas maya facebook pengalaman getirnya saat bayinya, Arshaka Virendra Shafwan yang sedang sakit dirujuk di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima.

Menurutnya, bayi malangnya yang baru berusia 41 hari itu perlahan merenggang nyawa hingga meninggal dunia di atas ambulance Puskesmas Monta Kabupaten Bima setelah tiba di halaman RSUD Bima, Jumat (19/1/2023) lalu.

BACA JUGA: Sitti Rohmi: Penanganan Covid-19 di NTB Kian Membaik

Dia mengaku, saat tiba di RSUD Bima, bidan yang ikut mendampinginya telah menunjukan surat rujukan pasien kepada petugas RSUD Bima. Namun pihak RSUD setempat menjawab tidak dapat menerima pasien baru karena stok oksigen dan ranjang bagi pasien di rumah sakit setempat sedang kosong. Hesti pun mengaku heran stok oksigen di rumah sakit setempat kosong, sehingga anaknya yang sedang kritis tidak bisa dirawat di RSUD setempat.

Hesti juga mengaku, sebelum dirujuk ke RSUD Bima, anak keduanya itu mengalami sakit karena beberapa hari tidak buang air besar (BAB). Dia kemudian berinisiatif membawa bayinya itu ke Puskesmas Monta Kabupaten Bima, kemudian dirujuk ke RSUD Bima.

Dia mengungkapkan, setelah menunggu konfirmasi dari pihak RSUD Bima yang berlangsung pelik, bidan dari Puskesmas Monta Kabupaten Bima yang mendampinginya menyuruh dia membawa bayi malangnya itu kembali mobil ambulan yang digunakan saat proses rujukan dari Puskemas Monta ke RSUD Bima.

Saat oksigen ambulan akan kembali dipasang pada bayinya, Hesti mengaku harus menerima kenyataan getir. Karena saat itu menjadi detik-detik akhir bayinya mengembuskan napas terakhir. Seketika hatinya pun remuk, karena pertolongan pertama yang diharapkan untuk anaknya sirna seketika.

BACA JUGA: Jumat Curhatan, Polsek Kawasan Pelabuhan Bima Tampung Unek-unek Buruh

“Duniaku gelap dan hatiku hancur, keluarga yang hadir saat itu merasa sedih, termasuk juga suamiku. Saya berteriak dan marah juga kecewa dengan pelayanan pihak rumah sakit,” katanya, Jumat (10/2/2023).

Hesti pun menyinggung bahwa dia dan anggota keluarganya merupakan peserta BPJS Kesehatan gratis (penerima bantuan iuran/PBI) dari pemerintah, yang biasanya tidak mendapat prioritas pelayanan.

Hesti juga mengungkapkan, beberapa saat setelah bayinya meninggal dunia, saudara iparnya sempat mengamuk di rumah sakit. Namun cepat ditenangkan oleh sejumlah kerabatnya yang lain. Setelah itu mereka memutuskan kembali pulang.

Dia juga mengaku, sebelum merujuk bayinya ke RSUD Bima, sejumlah anggota kerabatnya menyarankan agar mendaftar sebagai pasien umum.

“Mungkin mereka tahu jika daftar dengan BPJS apalagi yang gratis akan dapat pelayanan yang seperti itu mungkin Pak ya. Di satu sisi kami tidak mungkin daftar jalur umum karena sulit untuk mendapat biaya untuk perawatan inap . Kerena semua bukankah harus diperhitungkan lebih dulu Pak,” kata Hesti saat dihubungi melalui pesan layanan media sosial.

Sementara itu, pihak RSUD Bima melalui Bagian Hubungan Masyarakat rumah sakit setempat, dr H Muhammad Akbar, mengatakan, saat pasien tersebut dirujuk ke RSUD Bima, kondisi instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit setempat sedang melebihi kapasitas (overload). [B-22]

Pos terkait