Mataram, Berita11.com— Klub sepak bola Liga 1 Indonesia, Persiraja Banda Aceh, memastikan memberi dukungan penuh kepada Lombok Football Club (LFC), klub sepak bola profesional yang didirikan anggota DPR RI dari Dapil NTB 2/Pulau Lombok, H Bambang Kristiono.
Presiden Persiraja Banda Aceh Nazarudin Dek Gam, secara khusus menggelar pertemuan dengan pengurus inti LFC, Jumat (10/09/2021) malam.
Nazar sedang berada di Lombok dalam rangka kunjungan kerja spesifik dalam kapasitasnya sebagai anggota Komisi III DPR RI. Hadir dalam pertemuan tersebut, para pengurus inti LFC, antara lain Komisaris LFC Ali Al Khairi, Manajer Tim LFC Nouvar Farinduan, dan Direktur Teknik LFC Anang Zulkarnain.
Pertemuan tersebut didasari keinginan kuat LFC yang sangat serius dalam membangun dan mengembangkan dunia sepakbola di NTB di tengah kondisi sepakbola Bumi Gora yang diketahui khalayak mengalami pasang surut.
“Ini adalah kesempatan emas bagi kami para pengurus LFC dapat menimba ilmu dan sekaligus pengalaman, langsung dari presiden salah satu klub Liga 1 Indonesia,” kata Juru Bicara LFC, Rannya Agustyra Kristiono, Sabtu (11/09/2021).
Liga 1 Indonesia sendiri adalah liga sepak bola kasta tertinggi di Indonesia tempat klub-klub sepak bola terbaik Indonesia berlaga. Dalam pertemuan tersebut, pengurus LFC meminta kiat-kiat yang dilakukan Nazaruddin ketika membangun Persiraja Banda Aceh.
Komisaris LFC Ali Al Khairi mengatakan, Chairman LFC HBK ingin agar para pengurus LFC menimba pengalaman langsung perjuangan dari Persiraja, mengingat klub kebanggaan Tanah Rencong tersebut sanggup mengarungi kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia dan memiliki pengalaman yang layak ditiru.
“Sepakbola sebagai olah raga yang dicintai rakyat diyakini dapat membawa nama Pulau Lombok semakin eksis di kancah nasional,” kata Ali.
Kepada para pengurus inti LFC, HBK memang acap berceritera dan membahas kisah sukses Persiraja di bawah kepemimpinan Nazar, sehingga kesempatan pertemuan tersebut dimanfaatkan betul oleh para pengurus LFC untuk benar-benar memperdalam pengelolaan klub profesional sepakbola.
Pada kesempatan tersebut, Nazaruddin Dek Gam berkisah bahwa awalnya dirinya bukanlah pengurus klub Persiraja. Tahun 2017, usai dualisme di tubuh PSSI selesai dan sanksi FIFA dicabut, tim kebanggaan Tanah Rencong ini harus ikut berkompetisi. Persiraja kemudian berusaha menjual sahamnya agar dapat ikut berkompetisi di Liga 2 Indonesia.
“Saat itu Persiraja tak dapat pembeli, saya sedang berada di Jepang, kemudian ada orang menghubungi saya dan meminta supaya Persiraja saya beli, karena Persiraja harus segera mendaftar sebagai peserta kompetisi, akhirnya Persiraja saya beli. Karena ini berkaitan dengan nama Aceh juga, daerah kelahiran saya,” katanya.
Pada fase awal keterlibatannya di Persiraja, kata Nazar, dia begitu percaya kepada para pengurus senior di tim. Namun, semua berjalan kurang profesional, karena para pengurus senior merasa dapat menentukan segala hal di dalam tim. Bahkan terkadang sangat subjektif. Hasilnya nyaris saja Persiraja Banda Aceh tergelincir ke Divisi 3 Liga Indonesia.
“Akhirnya saya minta para pengurus untuk bersikap profesional. Saya turun tangan langsung dan dengan berat hati memutus hubungan dengan para pengurus lama,” sambungnnya.
Pengusaha muda Aceh ini menyebut, buah dari manajemen pengelolaan yang profesional telah membuat Persiraja Banda Aceh kian menanjak prestasinya. Manajerial klub dijalankan dengan serius dan ketat, mulai dari urusan lapangan, gaji pemain, asupan makanan, jersey klub sampai operasional pertandingan, semuanya diawasi secara ketat.
Sampai di ujungnya, yaitu pada Liga 2 tahun 2018, Persiraja memperoleh posisi kedua di klasemen grup wilayah barat. Persiraja pun diperbolehkan melaju ke babak kedua yang menggabungkan empat tim dengan poin tertinggi dari wilayah barat dan wilayah timur Liga 2. Saat itu Persiraja hanya mampu mendapatkan posisi ketiga di Grup B, kalah satu poin dari PSS Sleman dan Persita Tangerang, yang menggagalkan Persiraja masuk Liga 1 atau Divisi Utama.
“Saat itu saya mulai meminta pemain Aceh yang bermain di luar untuk pulang kampung dan bergabung dengan Persiraja. Penampilan bagus di Liga 2 mulai menarik minat banyak pihak,” bebernya.
Lebih lanjut, manajemen yang kian membaik dan keseriusannya dalam mengelola tim membuat perjalanan Liga 2 musim 2019 semakin membuat Persiraja bersinar. Tim yang bermarkas di Stadion Harapan Bangsa berhasil menjadi juara III setelah di pertandingan perebutan tempat ketiga mengalahkan Sriwijaya FC 1-0. Persiraja pun berhak promosi ke Liga 1 di tahun 2020 yang lalu.
“Imbasnya juga pada pendapatan tim. Keuntungan juga naik terus sejalan dengan prestasi yang berhasil ditorehkan Persiraja di Liga 2,” kata Nazar.
Pada 2018, Persiraja sempat membukukan keuntungan sebesar Rp300 juta. Jumlahnya terus bertambah hingga pada 2020 lalu, Persiraja mencapai keuntungan Rp8 miliar. Sponsor pun kini, kata Nazar, ikut berdatangan dan memberikan dukungannya kepada tim.
Tips lain, Nazar membagi cerita bagaimana membentuk pemain yang kompak. Selain dikumpulkan dalam satu asrama, secara khusus para pemain juga disiapkan katering. Ini dilakukan untuk meningkatkan asupan makanan bergizi.
“Jangan diberi uang. Nanti makanannya kurang bergizi, uang makan malah dipakai beli mie instan atau pulsa HP saja,” selorohnya.
Cerita Presiden Persiraja ini disambut antusias pengurus inti Tim LFC. Direktur Teknik LFC Anang Zulkarnain menyebut, saat ini para pemain LFC sudah berlatih. Dalam tak lama lagi seluruh pemain juga akan dikumpulkan dalam satu asrama.
“Saya sepakat dengan Bang Nazar, soal tim work, pola makan, dan asupan gizi. Karena itu, para pemain LFC harus disatukan dalam satu asrama,” katanya.
Anang mengatakan, secara potensi, bibit-bibit pemain sepak bola di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa itu cukup banyak, seperti saat ini, ada Ady Setiawan pemain Persebaya Surabaya. Sebelumnya ada pula Saddam Husein yang bermain di beberapa klub.
“Kami senang sekali dapat menimba ilmu dari Persiraja. Tentu nanti akan berlanjut dengan klub-klub yang lain,” tambah legenda sepak bola NTB ini.
Sekadar diketahui, Persiraja Banda Aceh didirikan pada 28 Juli 1957 dan telah malang melintang mengikuti berbagai kompetisi sepak bola di tanah air. Prestasi terbaik yang dicapai Persiraja yakni tampil sebagai juara Perserikatan pada tahun 1980. Pada babak final yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta itu, Persiraja sukses mengalahkan Persipura Jayapura dengan skor 3-1. Kala itu, 2 gol Persiraja berhasil disarangkan oleh Bustamam dan 1 gol lainnya dicetak oleh Rustam Syafari.
Persiraja terkenal dengan permainan taktis dan kerasnya, terutama saat bermain di kandangnya yang terkenal angker bagi tim-tim lawan yang bermain di Kota Banda Aceh. Salah satu yang membuat Persiraja sulit dikalahkan di kandangnya sendiri adalah dukungan luar biasa yang ditunjukkan oleh para penonton dan supporter mereka yang dikenal dengan SKULL (Suporter Kutaraja untuk Lantak Laju).
Tim berjuluk Laskar Rencong dengan motto lantak laju (hajar terus) ini telah membuat persebakbolaan di Banda Aceh menjadi hidup. Penggemar sepak bola Aceh juga terus bertambah. Imbasnya permintaan akan merchandise seperti jersey, cangkir, slayer, dan atribut lainnya semakin tinggi. Tanah Rencong memiliki potensi besar karena tersedia bakat-bakat pemain muda dan suporter sepak bola yang aktif dan militan.
Pemain Persiraja pun kini diminati oleh banyak klub, yang terbaru ada yang dikontrak Persis Solo, klub sepak bola milik Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo.
Eksekusi Rencana Kegiatan LFC
Rannya, Jubir LFC kembali menambahkan, HBK telah menginstruksikan pengurus inti LFC agar belajar banyak dan menimba ilmu yang seluas-luasnya dari kisah sukses klub-klub sepak bola di tanah air. Sejumlah rencana yang telah disiapkan klub kini sudah siap dieksekusi.
LFC kata Rannya, segera mencari dan membangun asrama, termasuk menerapkan pemberian makanan bergizi kepada pemain dengan pengelolaan langsung klub.
“Dengan ini, kekompakan tim dan asupan gizi pemain bisa terkontrol dengan baik,” kata Rannya.
Mahasiswi Brunel University, London, Inggris ini mengaku senang dengan bimbingan dari Presiden Persiraja dalam manajemen pengelolaan klub sepakbola yang mumpuni. Diakuinya, ketika klub sepak bola sudah masuk di Liga 1 Indonesia, menunjukkan bahwa secara kualitas klub tersebut telah teruji.
“Dari materi pemain, manajemen pengelolaan, sisi pendanaan, dan banyak lagi yang dapat kita timba,” katanya.
Dara yang hobi berorganisasi ini menyebutkan, sesuai arahan dari HBK, LFC harus sanggup menjadi contoh klub sepak bola yang mumpuni. Tidak hanya dalam pencarian bibit-bibit pemain, urusan kontrak pemain, sesi latihan, asupan gizi, dan dukungan kelengkapan lain juga harus ditunjang dengan baik.
Ketika manajemen pengelolaan telah berjalan dengan baik, maka secara otomatis nama klub pun akan semakin harum.
“Dampaknya tentu saja nanti para sponsor akan berdatangan, tertarik untuk terlibat memberikan dukungan,” sambungnya.
Dia mengibaratkan Persiraja Banda Aceh sebagai kakak angkat klub LFC, penting dipelajari klub yang sudah merasakan Liga 2 dan berlanjut ke Liga 1 bisa berbagi cerita sukses dan pengalaman dengan LFC.
Tak sekadar urusan manajemen, Rannya berharap jaringan Persiraja ikut menular ke Lombok FC. “Saya gembira dengan penerimaan dan masukan dari Presiden Persiraja,” ungkapnya.
Rannya yang dikenal sebagai penggemar Manchester City, berbeda dengan ayahnya yang fans berat Chelsea FC ini yakin ketika LFC mampu menjalankan segala saran dan masukan dari Persiraja, maka pelan-pelan LFC akan berkembang menjadi klub yang besar. Dia pun saat ini tengah mengarahkan agar LFC mampu membangun komunikasi dengan sejumlah apparel tanah air untuk membuat jersey bagi para penggemar.
“Ya, sesuai dengan arahan Pak HBK, manajemen LFC juga diminta supaya segera membuat cafe dan merchendise klub, tempat para fans klub berkumpul,” tutupnya. [B-12]