Nestapa Hesti, Ibu dari Bayi yang Meninggal di Halaman RSUD Bima

Hesti tak kuasa menahan tangis saat menceritakan kembali peristiwa yang dialami anaknya hingga meninggal dunia di halaman RSUD Bima. Foto MR/ Beita11.com.
Hesti tak kuasa menahan tangis saat menceritakan kembali peristiwa yang dialami anaknya hingga meninggal dunia di halaman RSUD Bima. Foto MR/ Beita11.com.

Bulir-bulir air mata menetes di pipi wanita berparas putih itu. Tangisnya nyaris meledak saat ia mengulas peristiwa yang dialami anaknya. Sekelebat tanganya meraih potongan ujung kerudung yang kemudian ia gunakan untuk menyeka air matanya.

Hawa dingin yang ditinggal gerimis pagi itu tak mampu membuat kesedihannya membeku. Ia masih tergiang peristiwa kelam di halaman rumah sakit di Kota Bima, Jumat (19/1/2023) lalu. Sesekali ia menghela napas saat mengingat kembali kondisi detik-detik anak keduanya, Arshaka Virendra Shafwan yang baru berumur 41 hari menemui ajal. Itu terjadi setelah upayanya membawa buah hatinya itu untuk dirawat di rumah sakit menemui jalan buntu karena ditolak petugas Instalasi Gawat Darurat, Rumah Sakit Umum Daerah (IGD RSUD) Bima, lantaran alasan kehabisan stok oksigen.

Bacaan Lainnya

Hesti menceritakan, selama beberapa hari bayinya kesulitan buang air besar (sembelit) hingga perutnya membuncit melebihi ukuran normal. Ia pun berinisiatif membawa bayinya ke Puskesmas Monta Kabupaten Bima agar lekas mendapat perawatan, sebelum kemudian dirujuk ke RSUD Bima.

“Setelah sampai bisa (ditangani). Karena melihat kondisi bayi kami, kata bidan di sana harus dirujuk dan dibuatklah surat rujukan,” cerita Hesti kepada Berita11.com di kediamannya di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima, Minggu (12/2/2023).

BACA JUGA: Lewat Darul Huffaz, Mahasiswa STKIP TSB Didampingi Hafal 30 Juz Alquran

Setelah tiba di halaman RSUD Bima, hari itu bidan dari Puskesmas Monta yang mendampinginya hingga proses rujuk di rumah sakit, menjelaskan kepada dia jika stok oksigen dan ranjang di IGD RSUD Bima seluruhnya sedang dipakai. Padahal menurutnya, bayinya dalam kondisi darurat (emergency), sehingga mestinya mendapat prioritas, terlebih sebelum itu sudah ada koordinasi terlebih dahulu dari dokter di Puskesmas Monta dengan pihak RSUD Bima melalui sambungan telepon, bahwa rumah sakit tersebut dapat menerima pasien rujukan.

Kondisi bayi Arshaka Virendra Shafwan semasa hidup.

“Sampai di sana dibilang nggak ada oksigen. Kalau nggak ada kamar masih bisa kami maklumi, tapi bilangnya nggak ada oksigen. Kami kan heran,” ujar Hesti.

Setelah menerima konfirmasi dari petugas RSUD Bima melalui bidan Puskesmas yang mendampinginya malam itu, dia dan anggota keluarganya berupaya bersabar menunggu beberapa jam walaupun malam itu hatinya terus berkecamuk. Dia dan keluarganya berharap akan tersedia oksigen bagi bayinya yang dalam kondisi emergency malam itu.

“Sampai saat itu saya lihat mata anak saya masih terbuka, masih bernapas. Dia langsung sesak dan kami langsung teriak (karena) panik. Sampai bidan pedamping dari Puskesmas menyuruh naik kembali ke ambulan dan pakai oksigen di ambulan,” ujarnya.

Hesti pun menuruti saran dari bidan yang mendampingi proses rujukan hari itu. Dalam kondisi panik, secepat mungkin dia bergegas membawa bayinya naik ke ambulan untuk dipasangi kembali oksigen di mobil milik Puskesmas Monta itu.

BACA JUGA: Balada Masyarakat Miskin Wilayah Pesisir di Kabupaten Bima, Beli Air saat Musim Kemarau
Mata Hesti sembab setelah berupaya menahan tangis saat menceritakan kembali peristiwa yang dialami anaknya hingga meninggal dunia di halaman RSUD Bima. Foto MR/ Beita11.com.

“Ternyata saat dipasang oksigen di ambulan anak saya tidak tertolong,” ujar Hesti seraya menyeka air matanya.

Wanita 29 tahun ini mengungkapkan, tidak ada niatnya untuk mempermasalkan petugas medis. Namun ia kecewa dengan pelayanan di RSUD Bima, karena sebelum anaknya dibawa dirujuk ke rumah sakit, bidan di Puskesmas Monta meyakinkan dia bahwa petugas medis di RSUD Bima menunggu anaknya untuk dirawat.

“Takutnya ada apa-apa katanya. Tapi pas sampai sana (RSUD Bima) berbanding terbalik dengan apa yang mereka katakan. Ternyata di sana kami tidak dapat (pelayanan) apa-apa,” ujarnya dia.

Hesti berharap RSUD Bima membenahi sistem pelayanan dan tidak membeda-bedakan antara pasien umum dengan pasien peserta penerima bantuan iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang umumnya berasal dari masyarakat kategori tidak mampu seperti dirinya.

“Harapan saya, (rumah sakit) tidak membeda-bedakan pasien umum dengan pasien (gratis) BPJS,” ungkapnya.

Dia mengungkapkan, Arshaka Virendra Shafwan merupakan putra keduanya. Selama ini suaminya mengandalkan pekerjaan serabutan membantu mengurus sapi. Dia dan suaminya juga masih menumpang tinggal di rumah mertunya di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

Sebelum itu, pihak RSUD Bima melalui pernyataan pers menjelaskan, bahwa sebelum peristiwa yang dialami bayi Arshaka Virendra Shafwan, telah ada komunikasi antara RSUD Bima dengan dokter Puskesmas Monta terkait pasien tersebut akan dirujuk. (MR/US)

Pos terkait