Mataram, Berita11.com— Sejumlah instansi yang tergabung dalam dedicated team NTB Genjot Ekspor terus berupaya menggenjot “bazar” keluar barang nontambang untuk mendorong ekonomi Bumi Gora.
Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri memproyeksi ekonomi NTB tumbuh tinggi pada kuartal IV 2021 hingga kisaran 5,01-5,81% (year on year/ yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Heru Saptaji menyebut, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB cenderung terus membaik. Hal itu tercermin dari pertumbuhan PDRB sejak triwulan II-2021 dan triwulan-III 2021 yang terus tumbuh masing-masing sebesar 4,76% dan 2,42% (yoy), jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada triwulan-I 2021 yang masih mengalami kontraksi sebesar -1,13% (yoy).
“Walau sedikit melambat pada triwulan-III 2021 akibat pemberlakuan PPKM di tengah maraknya varian delta covid-19, namun pada triwulan-IV 2021 diproyeksikan ekonomi NTB kembali tumbuh tinggi yakni pada kisaran 5,01%-5,81% (yoy) seiring dengan terus membaiknya pengendalian covid-19 serta gelaran event besar internasional WSBK 2021 pada November 2021,” sebut Heru dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Percepatan dan Penguatan Ekspor Komoditas Non-Tambang di Provinsi Nusa Tenggara Barat, di Mataram Jumat (12/11/2021).
Menurut Heru, terdapat tiga faktor kunci dalam mendorong pemulihan ekonomi NTB. Pertama, vaksinasi dan penerapan prokes Covid-19. Satu syarat utama agar pemulihan ekonomi tetap kuat dan terjaga, NTB harus mampu mengawal dan menjaga agar pandemi Covid-19 terkendali dengan baik, menyusut dan berangsur hilang. Kedua, kondisi pemulihan ekonomi harus direspon dengan tetap optimis dan jeli menangkap peluang, utamanya untuk mengembangkan pasar ekspor non-tambang sebagai new source engine of growth di wilayah NTB.
Ketiga, saat ini, komoditas non-tambang yang mendominasi ekspor non-tambang NTB 2021 antara lain ekspor non-tambang untuk kelompok komoditas ikan dan udang, perhiasan/permata, daging dan ikan olahan, buah-buahan serta kopi, teh, rempah-rempah, sehingga pendampingan dan pembinaan end-to-end process kepada pelaku untuk komoditas ekspor non-tambang sangat esensial untuk menghasilkan hasil produk non-tambang yang berkualitas ekspor.
“Terdapat Sembilan komoditas unggulan ekspor nontambang yang dikembangkan oleh Bank Indonesia NTB, di antaranya ialah lobster hidup dan ikan segar, perhiasan mutiara, sayur segar, kopi, teh kelor, vanili, sarang burung walet, kerajinan ketak, dan kerajinan bambu. Komoditas-komoditas ini merupakan komoditas yang patut kita kembangkan karena peluang ekspornya yang besar,” ujarnya.
Dalam mendorong pengembangan UMKM ekspor, Bank Indonesia NTB terus berupaya melakukan pendampingan secara end to end process dari hulu ke hilir, kemudian melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana produksi, serta alat-alat pendukung hilirisasi produk sehingga dapat mendorong UMKM meningkatkan kapasitas dan kualitas produk yang dihasilkan.
“Pada sisi hulu, kami memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pelaku UMKM. Pada sisi hilir, Bank Indonesia NTB melakukan fasilitasi promosi perdagangan untuk UMKM potensial eskpor, di antaranya melalui fasilitasi one on one meeting secara virtual, mengikutsertakan UMKM pada pameran/showcase di luar negeri sebagai media promosi dan pengenalan produk, melakukan pendampingan kepada UMKM dalam berkoordinasi dengan calon buyer,” kata Heru.
Bank Indonesia siap memberikan dukungan penuh dan fasilitasi untuk meningkatkan produk unggulan ekspor nontambang sehingga tercapai pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas dan bersifat inklusif.
Dalam diskusi mendorong peningkatan ekspor non-tambang, terdapat beberapa tantangan dan peluang antara lain: level of playing field yang berbeda dan dapat diatasi dengan memanfaatkan korporatisasi untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pemanfaatan Free Trade Agreement (FTA) yang belum maksimal sehingga Informasi lengkap mengani FTA dapat digali melalui FTA Center. Kemampuan market research yang masih perlu ditingkatkan agar produk yang lebih market targeted memiliki potensi yang lebih tinggi untuk menembus pasar ekspor.
Selain itu, adanya hambatan non-tarif, dapat diatasi dengan sertifikasi produk sesuai dengan demand pasar. dan kendala pengurusan dokumen ekspor yang rumit sehingga perlu diatasi dengan pemaksimalan peran asosiasi/konsultan ekspor.
Hasil tindak lanjut dari FGD ini, akan menjadi rumusan untuk menyusun strategi yang sifatnya dapat memberikan solusi yang berdimensi jangka pendek, menengah dan panjang, serta akan menjadi rumusan program yang integrative yang melibatkan para stakeholder terkait sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing lembaga yang secara tegas dan jelas serta dan memetakan points of improvement untuk strategi tahun 2022. Selain itu Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi NTB, Balai Karantina Pertanian, Balai Karantina Perikanan, Bea Cukai, Garuda Indonesia, Pelindo, Angkasa Pura, dan Pos Indonesia, dan instansi lainnya yang tergabung dalam dedicated team “NTB Genjot Ekspor” serta seluruh pelaku ekspor berkomitmen untuk bersama-sama dan bersinergi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor di Provinsi NTB.
Saat FGD, juga dilakukan evaluasi peluang dan tantangan ekspor dari UMKM pelaku ekspor komoditas vanili, kopi, sarang burung walet, mutiara dan kelor. FGD juga diperkaya materi dari para narasumber antara lain Kepala Bapedda Provinsi NTB, H Iswandi, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Fathurrahman, Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Mataram, I Putu Alit Ari Sudarsono, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I A Mataram, Arinaung. [B-11]