Stok Beras Bulog Mencukupi untuk Kebutuhan di Bima-Dompu hingga Februari 2025 Mendatang

Ilustrasi Beras Bulog.
Ilustrasi Beras Bulog.

Kota Bima, Berita11.com— Sampai 5 Agsutus 2024 stok beras Badan Urusan Logistik (Bulog) Cabang Bima mencapai 10.779.081 kilogram (kg). Stok tersebut untuk kebutuhan tiga wilayah yang meliputi Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.

Kepala Perum Bulog Cabang Bima, Kurnia Rahmawati menyebut, stok tersebut mampu mencukupi kebutuhan penyaluran Februari 2025 mendatang.

Bacaan Lainnya

“Ketahanan stok cukup untuk memenuhi kebutuhan penyaluran sampai dengan Februari 2025,” ujar Kurnia melalui layanan media sosial whatshapp, Selasa (6/8/2024).

Sementara itu, stok gula pasir di Bulog Cabang Bima 109.350 kg dan stok minyak goreng 71.513 liter.

Bulog Diminta segera Tumpuk Beras

Pada bagian lain, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi meminta Perum Bulog segera melakukan pengisian cadangan beras. Perintah itu diberikan menyusul kondisi dan tren beras di dalam negeri setiap tahunnya.

Menurut Arief, hal tersebut juga menjadi sorotan Plt Sekjen Kemendagri Komjen Pol Tomsi Tohir.

BACA JUGA: Ketua DPRD Dompu Jelaskan hasil Zoom Meeting dengan Bapanas, HAP Jagung Rp4.200 per Kg

Berdasarkan kerangka sampel area (KSA) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), proyeksi produksi beras di dalam negeri mengalami kenaikan. Hal itu, kata Arif, berkat usaha yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).

“Harus disampaikan ke masyarakat luas, proyeksi produksi (beras) kita naik. Kita lihat effort dari kementerian teknis, pak Menteri Pertanian, sehingga proyeksi naik,” kata Arif dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah tahun 2024, Senin (5/8/2024) lalu.

“Tapi, perlu diwaspadai bersama. Tren ini nggak pernah berubah tiap tahun. Baru saja diingatkan oleh pak Tomsi, pak Sekjen, kondisinya di akhir tahun,” ujar Arief.

Menurut Arief meski proyeksi naik, namun tren penurunan produksi beras yang selalu terjadi di akhir tahun.

Ia memaparkan produksi beras nasional sepanjang Januari-September 2024 diprediksi lebih rendah 1,78 juta ton atau 6,81% dibandingkan periode sama tahun 2023. Sementara, konsumsi beras nasional di periode sama naik 230 ribu ton atau 1% menjadi 23,16 juta ton di Januari-September 2024 dibandingkan Januari-September 2023.

Hasilnya, neraca beras nasional periode Januari-September 2024 diproyeksikan mengalami defisit sampai 2,01 juta ton. Angka ini melonjak dari posisi defisit di tahun 2023 periode sama yang tercatat sebesar 1,78 juta ton.

BACA JUGA: Pemuda dan Mahasiswa Cenggu Sorot Masalah Infrastruktur, Lampu Penerang Jalan hingga Penanganan Sampah

Padahal, kata dia, data menunjukkan, produksi beras nasional di Agustus dan September tahun 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan sama sepanjang tiga tahun terakhir.

Setelah produksi beras nasional mencapai puncak April 2024 yang mencapai 5,31 juta ton, secara bertahap produksi mengalami penurunan. Hingga ke level terendah sampai saat ini, yaitu 2,06 juta ton beras di bulan Juni 2024.

Dikatakannya, jika melihat tren tahun 2021-2023, setelah mencapai puncak, produksi beras memang terus menurun sampai akhir tahun. Meski ada peningkatan di musim panen kedua, meski tak sampai ke level di saat puncak musim panen pertama.

Tahun 2021-2023, produksi kembali naik di bulan Juli, setelah anjlok ke level terendah di bulan Mei. Hingga kemudian, produksi turun terus sampai ke akhir tahun, hingga kembali meningkat di bulan Februari tahun berikutnya.

Untuk tahun 2024, polanya mengalami pergeseran sebagai efek domino El Nino yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 2023 dan baru resmi dinyatakan berakhir oleh BMKG pada bulan lalu.

“Tahun 2024, puncak produksi terjadi April, lalu turun. Diprediksi akan meningkat lagi di bulan Agustus dan September,” katanya. [B-22/B-19]

Follow informasi Berita11.com di Google News

Pos terkait