Harga Beras di Pasar Tradisional masih Rp13 Ribu/ Kg

Aktivitas Pedagang Bahan Pokok di Pasar Tradisional Sila Kabupaten Bima. Foto US/ Berita11.com.
Aktivitas Pedagang Bahan Pokok di Pasar Tradisional Sila Kabupaten Bima. Foto US/ Berita11.com.

Bima, Berita11.com— Harga beras super di pasar tradisional Sila Kecamatan Bolo Kabupaten Bima masih dijual Rp13.000/ kg. Kenaikan harga beras terjadi sejak dua pekan lalu berbarengan dengan kenaikan harga bahan pokok dan komiditi lain seperti cabai keriting, cabai rawit, bawang merah, bawang putih dan harga telur ayam ras.

Pedagang beras di Pasar Sila Kabupaten Bima, Sunari mengatakan, harga beras yang dijual sejumlah pedagang di pasar setempat naik karena stok beras yang terbatas. “Hampir seluruh wilayah naik. Termasuk di berbagai kecamatan di Kabupaten Bima dan daerah lain,” ujarnya di Pasar Sila, Kamis (9/2/2023).

Bacaan Lainnya

Dikatakannya, para pedagang beras dan bahan pokok lain seperti dirinya juga berharap agar harga beras kembali stabil, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga dan para pedagang mendapatkan omzet seperti biasa.

“Kemungkinan beberapa hari ke depan ini harga beras akan turun lagi seperti biasa. Tidak lagi akan kami jual Rp13 ribu/ kilogram,” ujarnya.

Pedagang bahan poko di Kabupaten Bima, Arfah mengaku terpaksa menaikan harga beras yang dijual oleh dirinya hingga Rp13 ribu/ kg karena mengikuti kenaikan harga beras di berbagai wilayah. “Kalau kami tidak ikut naikan, maka kami juga akan rugi,” katanya.

Harga beras premium di berbagai wilayah di Kabupaten Bima seperti Kecamatan Bolo, Kecamatan Soromandi dan Kecamatan Woha naik secara bertahap. Pekan lalu harga beras dijual Rp12 ribu/ kg, namun beberapa hari kemudian dijual Rp13 ribu/ kg.

BACA JUGA: Kota Bima Inflasi 1,11 Persen dan Kota Mataram 0,86, Pemprov NTB Tekankan Optimasi 4K

Penjual nasi di Kabupaten Bima, Ramla berharap pemerintah segera menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga pasar, karena kenaikan harga beras menjadi dilema bagi para penjual nasi bungkus dan penganan (jajan) berbahan dasar dari beras.

“Kalau kami ikut naikan harga nasi bungkus, maka pembeli bisa lari atau mengulurkan keinginannya untuk membeli nasi bungkus atau nasi jadi. Paling yang bisa kami lakukan mengurangi porsi sedikit, sehingga keuntangan kami sangat sedikit,” ujarnya.

Berkaitan kenaikan harga beras pada berbagai wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pemprov NTB melalui Kepala Dinas Perdagangan NTB Baiq Nelly Yuniarti membenarkan jika harga beras awal Februari naik.

Menurut dia, kenaikan itu terjadi karena petani belum memasuki masa panen raya. Untuk mengimbangi harga beras yang meroket, Pemprov NTB melalui Bulog juga sudah melakukan operasi pasar beras medium dengan harga Rp9.400/ kg, melalui Badan Urusan Logistik (Bulog).

Kenaikan harga beras juga menjadi atensi Wakil Ketua Komisi II DPRD Provinsi NTB, Abdul Rauf. Menurut dia naiknya harga beras karena menipisnya cadangan beras lokal.

“Kalau kita cermati ini diakibatkan oleh karena cadangan yang tersedia ini semakin menipis atau diakibatkan produksi beras kita banyak yang keluar, tidak ada pengendalian, sehingga stok dalam daerah semakin menipis,” katanya kepada wartawan di Mataram, Selasa (7/2/2023) lalu.

Dikatakannya, stok beras yang terbatas dan tidak seimbang dengan kebutuhan atau permintaan secara otomatis memengaruhi harga jual (supply and demand).

Rauf mengaku sepekan terakhir menerima keluhan dari warga (konstituen) berkaitan harga beras yang melonjak. Untuk itu, dia meminta pemerintah menyiapkan berbagai langkah strategis. Apalagi sekira Maret 2023 akan memasuki bulan suci Ramadan, sehingga kebutuhan masyarakat akan meningkat.

BACA JUGA: Gerakkan Ekonomi Kerakyatan, Desa Pamanto Bertekad jadi Kantung Sarang Walet

Bulog juga diharapkannya memastikan stok pangan tetap tersedia, terutama menjelang Ramadan mendatang. Jika stok beras dan pangan di gudang Bulog sedikit, maka harus diantisipasi sehingga tidak menimbulkan menurunya daya beli masyarakat yang dapat menimbulkan inflasi. Apalagi data kesiapan beras di NTB mengantisipasi kerawanan pangan tahun 2023 hanya berkisar 52 ton.

Mantan Direktur Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bima itu juga khawatir jika kenaikan harga beras tidak segera diatasi, maka akan berdampak dan mendorong harga barang dan komoditi lain naik.

Diisyaratkannya, Komisi II DPRD Provinsi NTB dalam waktu tak lama lagi akan menggelar rapat dengar pendapat dengan sejumlah organisasi perangkat daerah Provinsi NTB untuk memastikan kesiapan daerah menghadapi isu kerawanan pangan.

“Stok yang disiapkan ini sangat kecil, sehingga kita harus membicarakannya kembali dengan pemerintah bagaimana cara mengantisipasi ketika benar-benar terjadi kerawanan pangan,” katanya. Hasil pemantauan Berita11.com, sejumlah bahan pokok dan barang strategis yang naik di sejumlah pasar tradisional di wilayah Kabupaten Bima, di antaranya harga cabai rawit naik menjadi Rp60 ribu/ kg dari sebelumnya Rp30 ribu, harga cabai rawit naik menjadi Rp50 ribu/ kg dari sebelumnya Rp25 ribu, harga bawang putih naik menjadi Rp45 ribu/ kg dari sebelumnya Rp38 ribu. Harga telur ayam ras naik menjadi Rp60 ribu/ krak dari sebelumnya Rp58 ribu. [B-19]

Pos terkait