Bima, Berita11.com— Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, Nusa Tenggara Barat mengantisipasi potensi penyebaran Virus Nipah, kendati kasus tersebut belum ditemukan di Indonesia.
Antisipasi tersebut mengingat kasus Virus Nipah pertama kali ditemukan di Negara sekitar, di Malaysia.
Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Bima, Suryadin mengatakan, antisipasi tersebut sebagai tindaklanjut pemerintah daerah terhadap Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.02/C/4022/2023 Tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Nipah kepada Pemerintah Daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Kantor Kesehatan Pelabuhan, dan para pemangku kepentingan terkait.
“Pada tanggal 25 September 2023 Kementerian Kesehatan sudah menerbitkan surat edaran tentang penanganan kasus ini sebagai pedoman bagi jajaran kesehatan di seluruh Indonesia,” ujarnya kepada Berita11.com melalui layanan media sosial whatshapp, Rabu (27/9/2023) lalu.
Suryadin mengatakan, menindaklanjuti surat edaran Kemenkes tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Bima membuat konsep surat edaran kepada seluruh pemangku kepentingan.
“Terbitnya surat edaran ini ditujukan untuk meningkatkan kewaspadaan berkaitan dengan penyebaran virus tersebut mengingat tingginya potensi kemunculan virus tersebut di Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, kendati penyebaran Virus Nipah di Kabupaten Bima kecil, namun Pemkab Bima tetap mengantisipasi potensi tersebut mengingat secara geografis Kabupaten Bima dekat dengan wilayah memiliki peternakan babi dan habitat kelelawar.
Sementara itu, secara terpisah, Fungsional Epidemiologi Ahli Madya Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, Sri Kurniati M.Epid mengatakan, dinas setempat terus melakukan sosialisasi upaya mencegah dan tata laksana kasus Virus Nipah, walaupun belum secara massif.
“Kami juga terus meningkatkan surveillance migrasi atau melacak dan mengamati para pendataan terutama dari daerah terjnagkit atau sedang mewabah kasus Nipah,” ujar alumnus Universitas Airlangga tersebut.
Selain itu, pihaknya juga berkoordinasi dengan lintas sektor berkaitan kesiapan mencegah dan menanggulangi kasus tersebut.
Untuk diketahui, wabah Virus Nipah pertama kali terjadi di perternakan babi di desa dekat sungai Nipah, Malaysia tahun 1999 dan menyebar hingga ke Singapura. Wabah ini terjadi akibat adanya penebangan hutan secara besar-besaran yang menyebabkan banyak kelelawar berpindah mendekati area peternakan dan kemudian menularkan virus Nipah ke babi. [B-22]
Follow informasi Berita11.com di Google News