BMKG: Walaupun Sempat Diguyur Hujan, Kekeringan Meteorologis tetap Berpotensi Landa NTB

Ilustrasi Kekeringan.
Ilustrasi Kekeringan.

Mataram, Berita11.com— Sepekan terakhir sejumlah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memang diguyur hujan. Bahkan ada yang sampai dua hari berturut-turut dan menimbulkan luapan banjir seperti di wilayah Timur Kabupaten Sumbawa. Namun demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) / Stasiun Klimatologi NTB menyebut kekeringan meteorologis tetap berpotensi melanda sejumlah daerah di Bumi Gora.

Forecaster BMKG / Stasiun Klimatologi NTB, Suci Agustiariani menjelaskan, curah hujan di wilayah NTB pada dasarian I Juli 2023 umumnya dalam kategori Rendah (0 – 50 mm/das) yang terjadi di seluruh wilayah NTB. Namun, terdapat juga wilayah yang mendapatkan curah hujan dengan kategori tinggi (151 – 300 mm/das) hingga sangat tinggi (>300 mm/das) yang termonitor terjadi di sebagian kecil wilayah Kabupaten Lombok Timur bagian tengah dan sebagian wilayah Kabupaten Sumbawa bagian Selatan.

Bacaan Lainnya

“Curah hujan tertinggi tercatat terjadi di Pos Hujan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa sebesar 419 mm/dasarian. Sifat hujan pada dasarian I Juli 2023 di wilayah NTB didominasi kategori Atas Normal (AN) yang terjadi secara merata di seluruh wilayah NTB,” ujarnya dalam siaran BMKG / Stasiun Klimatologi NTB yang dikutip Senin (10/7/2023).

Sejumlah daerah tanpa hujan hingga kategori ekstrem di NTB

BACA JUGA: Duta PAN dan KSBSI sempat Suarakan Direktur PDAM Diganti, kini Pemkab Bima buka Lowongan

Sebagiamana hasil monitoring BMKG/ Stasiun Klimatologi NTB, terdapat sejumlah daerah yang termonitor hari tanpa hujan berturut – turut (HTH) dan umumnya berada pada kategori sangat pendek (1 – 5 hari) hingga kategori pendek (6 – 10 hari). Beberapa titik yang termonitor dalam kategori ekstrem panjang (>60 hari) yaitu di pesisir Utara Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Utara, serta pesisir Utara Kota Bima.

“HTH terpanjang tercatat di pos hujan Labuhan Pandan Kabupaten Lombok Timur selama 91 hari tanpa hujan,” jelas Suci.

Forecaster BMKG/ Stasiun Klimatologi NTB juga menjelaskan kondisi dinamika atmosfer yang menunjukkan indeks ENSO berada pada kondisi El Nino lemah (indeks ENSO : +0.89) yang sudah berlangsung sejak awal Juni 2023. Indeks IOD pada akhir Juni 2023 menunjukkan kondisi IOD netral (+0.21), diprakirakan kondisi IOD positif akan kembali terjadi setidaknya hingga Oktober 2023.

Dijelaskan, aliran massa udara umumnya didominasi angin timuran dan merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia sejak Juni 2023. Anomali suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia umumnya menunjukkan kondisi Hangat (+0.41°C).

Sementara itu, di wilayah perairan Jawa-Nusa Tenggara anomali suhu muka laut menunjukkan kondisi lebih hangat (+0.5 s/d +1.0°C). Hangatnya suhu muka laut sekitar wilayah perairan NTB masih dapat mendukung terjadinya pembentukan awan hujan dalam beberapa waktu ke depan, walaupun saat ini musim kemarau telah berlangsung secara merata di wilayah NTB.

BACA JUGA: Tiba di Kota Bima, Tim Medis RS Apung Malahayati Target Tangani 500 Pasien per Hari

Adapun peluang curah hujan dasarian II Juli 2023, merujuk kondisi pada dasarian I Juli 2023 (1-10 Juli 2023) diprakirakan terdapat peluang curah hujan >20 mm/dasarian dengan probabilitas 70% hingga >90% di wilayah Kabupaten Sumbawa bagian Selatan. Peluang Curah Hujan dengan intensitas 50-100 mm/dasarian merata di seluruh wilayah NTB dengan peluang <10%.

Peta Analisis Curah Hujan Provinsi NTB.

Sejumlah daerah berpotensi dilanda kekeringan meteorologis

BMKG juga mengingatkan masyarakat berkaitan potensi kekeringan meteorologis yang dibagi dalam sejumlah level, di antaranya level awas di Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur dan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, level siaga bagi Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa serta level waspada bagi Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa.

BMKG juga mengimbau masyarakat NTB agar bijak menggunakan air pada periode musim kemarau saat ini.

“Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan yang dapat terjadi di periode musim kemarau ini,” kata Suci dalam broadcast catatan tertulis BMKG.

Selain itu, menurut BMKG, masyarakat dapat memanfaatkan penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi periode puncak musim kemarau yang sedang memasuki wilayah NTB khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan.

“Tetap perhatikan informasi BMKG guna mengantisipasi dampak bencana maupun kerugian dalam perencanaan kegiatan Anda ke depan dan tetap selalu menjaga kesehatan,” imbau forecaster BMKG, Suci Agustiariani dan Ni Made Adi P. [B-22]

Follow informasi Berita11.com di Google News

Pos terkait